Berita
SELAMAT TAHUN BARU
Banyak orang mengekspresikan kegembiraan dengan beragam gaya dan cara yang kadang aneh. Bunyi terompet diselingi gelak tawa (bahkan dengan minum keras) bersahut-sahutan di setiap tempat. Deru sepeda motor dan semua kendaraan di jalan membunyikan klakson. Café, diskotik dan tempat-tempat hiburan malam sesak. Sebagian lagi merayakannya dengan pesta gorengan dan jagung bakar merayakan Tahun Baru. Sebagian lagi bikin majelis taklim sebagai cara melawan kemaksiatan yang marak pada malam pergantian tahun. Ada pula yang teriak-teriak di sosmed mengharamkan ucapan selamat tahun baru karena menganggapnya tahun kafir.
Paling sedikit ada tiga jenis kalender yang dipakai umat manusia penghuni planet ini. Pertama, kalender solar (syamsiyah, berdasarkan matahari), yang waktu satu tahunnya adalah lamanya bumi mengelilingi matahari yaitu 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik atau 365,2422 hari. (setiap tahunnya berjumlah 365/366 hari, sementara untuk tahun bulan, memiliki hari 354 per tahun). Kalender Masehi (yang dimulai pada setiap tanggal 1 Januari), kalender Hijriah syamsiah yang berlaku di Iran dan Afghanistan, Uzbekistan, Azerbeyjan dan lainnya dengan perayaan Nou Ruz, dan Jepang merupakan kalender solar. Pada kalender ini, pergantian hari berlangsung tengah malam (midnight) dan awal setiap bulan (tanggal satu) tidak tergantung pada posisi bulan.
Kedua adalah kalender lunar (qamariyah, berdasarkan bulan). Waktu satu tahunnya adalah dua belas kali lamanya bulan mengelilingi bumi, yaitu 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik (29,5306 hari = 1 bulan) dikalikan dua belas, menjadi 354 hari 8 jam 48 menit 34 detik atau 354,3672 hari. Kalender Hijriah qamariyah (Arab) dan kalender Jawa, yang merupakan kombinasi Hijriyah qamariyah dan kalender Saka, adalah kalender lunar.
Ketiga adalah kalender lunisolar. Ia adalah kalender lunar yang disesuaikan dengan matahari. Karena kalender lunar dalam setahun 11 hari lebih cepat dari kalender solar, maka kalender lunisolar memiliki bulan interkalasi (bulan tambahan, bulan ke-13) setiap tiga tahun, agar kembali sesuai dengan perjalanan matahari. Yang mengikuti kalender lunisolar adalah Imlek, Saka, Buddha, dan Yahudi.
Pada kalender lunar dan lunisolar pergantian hari terjadi ketika matahari terbenam (sunset) dan awal setiap bulan adalah saat konjungsi (Imlek, Saka, dan Buddha) atau saat munculnya hilal (Hijriah qamariyah, Jawa, dan Yahudi). Mungkin kalender inilah yang mungkin lebih harmonis dengan ayat, “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yasin 38). Itulah sebabnya, masyarakat Iran tetap menggunakannya, dan menghitung pergantian hari sejak pertengahan malam pukul 00.00.
Sebenarnya, bangsa Indonesia memiliki kalender sendiri, yaitu kalender Jawa. Kalender tahun Jawa ini adalah adptasi dari kalender Islam (hijriah qamariyah), karena sama-sama mengawali tahun baru pada tanggal 1 Muharram meski berbeda nama, yang sejatinya juga merupakan olahan dari nama bulan Arab. Nama Muharam diubah dengan Suro, berasal dari Asyura, (‘asyrah’ atau 10), tanggal monumental yang dikenang sebagai tragedi pembantaian al-Husain, cucu Nabi SAW. Sampai awal abad ke-20 kalender Hijriah masih dipakai oleh kerajaan-kerajaan di Nusantara. Bahkan raja Karangasem, Ratu Agung Ngurah yang beragama Hindu, dalam surat-suratnya kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda Otto van Rees yang beragama Nasrani, masih menggunakan tarikh 1313 Hijriyah (1894 Masehi).
Terlepas dari itu semua, merayakan pergantian tahun apa saja bukanlah sesuatu yang buruk karena tahun, matahari dan bulan tak beragama selama tidak melanggar norma etika, hukum agama dan hukum negara. Hanya saja, lebih baik ia disambut dengan evaluasi, perencanaan dan tekad perbaikan, bukan dengan aksi negatif, berjingkrak-jingkrak, berteriak-teriak, mengganggu ketentraman, mengotori jalan dengan sampah terompet dan menghamburkan BBM.
Selamat Tahun Baru.
Ustaz Muhsin Labib Assegaf