Berita
Sejarah Orang Kecil, Pilar Bangsa yang Besar
Ketika kita membaca sejarah, yang selalu muncul adalah nama-nama orang-orang besar, orang-orang yang menjadi pemenang. Namun jarang kita mendengar dan membaca sejarah tentang bagaimana perjuangan orang-orang kecil, yang sebenarnya merupakan tulang punggung dan pelaku sejarah juga.
Inilah kiranya yang menjadi alasan Hendi Jo, menuliskan buku “Zaman Perang, Orang Biasa dalam Sejarah Luar Biasa” ini, untuk mengungkapkan peran orang-orang biasa dalam sejarah bangsa yang ironisnya sering diremehkan.
“Sejarah kita dibangun oleh elit. Selama ini kita selalu mengatakan bahwa negara kita didirikan oleh Soekarno-Hatta-Syahrir-Tan Malaka. Tapi orang lupa bahwa di balik orang-orang besar itu ada orang-orang kecil yang mengabdikan diri kepada upaya pendirian bangsa ini begitu militan,” ujar Hendi Jo saat ABI Press wawancarai dalam launching bukunya ini di Gedung Joeang 45, Jakarta, Jumat (29/5).
“Orang-orang kecil ini kecil, tapi sebetulnya sangat signifikan dalam sejarah kita. Tapi justru itu tak pernah terangkat,” keluh Hendi. “Padahal sejarah sebuah bangsa sejatinya adalah sejarah orang-orang yang tertindas, sejarah orang-orang kecil.”
Sejarah Dinamis, Menggerakkan
Anhar Gonggong, seorang sejarawan yang juga hadir sebagai pembedah buku ini sangat mengapresiasi terbitnya buku yang mengungkap sisi perjuangan orang-orang kecil yang tak tercatat dalam sejarah meski peran mereka amat besar dalam memperjuangkan kemerdekaan.
Menurut Anhar, masyarakat banyak yang buta bahkan anti sejarah. Ini sungguh amat ia sesalkan.
“Kesalahan kita melihat sejarah adalah sejarah sekadar masa lampau. Seakan-akan gak ada hubungannya dengan masa kini. Ini menyebabkan orang anti sejarah. Karena mengira sejarah sudah terjadi dan berhenti,” ujar Anhar. “Ini kesalahan fatal. Justru sejarah itu dinamika. Sebuah peristiwa sejarah dalam dirinya ada dinamika yang bisa menggetarkan orang, menggerakkan orang.”
Sadar Ruang dan Waktu Sejarah, Bekal Masa Depan Anak
Sebagai seorang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, Henny Supolo Sitepu, selaku ketua Yayasan Cahaya Guru (YCG) juga amat mengapresiasi diterbitkannya buku sejarah orang-orang kecil ini. Dalam pendidikan anak, pembelajaran sejarah seperti ini bisa memberikan kesadaran ruang dan waktu bagi anak didik.
“Buku ini memberikan inspirasi betapa pentingnya pemahaman kita melalui sejarah. Ada kesadaran ruang dan waktu di sini. Dan anak-anak yang mempunyai kesadaran ruang dan waktu itu akan mempunyai pijakan yang kuat dalam melangkah ke masa depan dengan lebih tegar,” ujar Henny yang merekomendasikan guru-guru di sekolah membaca buku ini dan mengajarkannya kepada para anak didiknya.
“Seluruh pendidik, guru dan orangtua itu perlu sekali memberikan kepada anak cerita-cerita yang dekat dengan diri mereka. Seperti sejarah nama jalan, nama lapangan, apa arti ruangan yang dipakai, gedung-gedung tua di sekitarnya.”
“Memahami sejarah orang biasa itu sangat penting. Karena kita jadi tahu bahwa orang biasa itu sebenernya luar biasa. Ketika seorang anak didik memahami itu maka ini adalah bagian dari pembentukan kepercayaan dirinya,” terang Henny.
“Ini akan jadi bagian dari konsep dirinya. Dia tahu dia berasal dari lingkungan setempat, dia kenal orang-orang di sana yang punya konsep-konsep diri positif yang semua punya peran, dan dia sendiri juga bisa punya peran karena dia tahu dia adalah bagian dari kekuatannnya. Sehingga sejarah itu bukan jadi hal mati.”
“Nah, pengakuan dan pemahaman ini adalah bagian dari konsep ruang dan waktu yang perlu dipelajari oleh anak,” pungkas Henny. (Muhammad/Yudhi)