Berita
Sayidah Fatimah Az-Zahra, Puncak Keagungan Perempuan
Terkait kehidupan Sayidah Fatimah, penyair dan penulis terkemuka Kristen Lebanon, Suleiman Kettani menulis, “Fatimah Zahra memiliki kedudukan yang sangat tinggi melebihi apa yang dijelaskan dalam literatur sejarah dan berbagai riwayat. Beliau lebih agung dari sejarah yang menjelaskan kehidupannya. Untuk itu, cukup kiranya; beliau adalah putri Muhammad Saw, istri Ali, ibu dari Hassan dan Husein, serta wanita agung dunia.”
Pada tanggal 20 Jumadil Tsani tahun kelima Hijriah, rumah Nabi Muhammad Saw diterangi kebahagian dengan lahirnya manusia agung. Rasulullah Saw memberi nama bayi mulia itu Fatimah. Allamah al-Majlisi dalam kitab Bihar al-Anwar menukil sebuah riwayat dari Imam Jakfar Shadiq as, yang menyatakan bahwa “Ia dinamakan Fatimah, karena tidak terdapat keburukan dan kejahatan pada dirinya. Apabila tidak ada Ali, maka sampai hari kiamat tidak akan ada seorang pun yang sepadan dengannya (untuk menjadi pasangan beliau)”.(Bihar al-Anwar, jilid 43, hal 10).
Di bagian lain, Imam Ali as berkata, “Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, ‘Ia dinamakan Fatimah, karena Allah Swt akan menyingkirkan api neraka darinya dan dari keturunannya.Tentu keturunannya yang meninggal dalam keadaan beriman dan meyakini segala sesuatu yang diturunkan kepadaku’,”(Bihar al-Anwar, jilid 43, hal 18-19). Sayidah Fatimah juga memiliki beberapa sebutan mulia di antaranya: Zahra, Muhaddatsah, Mardhiyah, Siddiqah Kubra, Raihanah, Bathul, Rasyidah, Haura Insiyah (bidadari berbentuk manusia), dan Thahirah.
Baca juga Fatimah Az Zahra: Perempuan Teladan dan Pilar Bangsa
Fatimah tumbuh dewasa di rumah seorang Nabi yang penuh kasih sayang dan penebar rahmat. Nabi Muhammad Saw mendidik dan membimbingnya sedemikian rupa agar kelak ia menjadi teladan bagi umat manusia. Di antara hal yang membuat ibunya, Khadijah as, merasa amat bahagia kepadanya adalah karena Fatimah memiliki sifat-sifat yang suci dan terpuji. Dengan didikan itulah, Fatimah tumbuh menjadi seorang wanita yang selalu menjaga kesucian dan kehormatan dirinya, menyenangi kebaikan, berakhlak mulia, dan mampu meneladani Rasulullah Saw, sang teladan teringgi dan panutan terbaik sepanjang masa. Rasulullah Saw bersabda: “Fatimah adalah bagian dariku, siapa saja yang membuatnya marah, maka ia telah membuatku marah dan siapa saja yang membahagiakannya, maka ia telah membahagiakanku.”
Kedudukan spiritual Sayidah Fatimah sangat tinggi sampai-sampai malaikat berbicara dengannya. Oleh karena itu, ia disebut Muhaddatsah, artinya orang yang mampu berkomunikasi dengan malaikat. Para malaikat dapat berbicara dengan selain para nabi atau rasul. Mereka bisa mendengar suara dan melihat para malaikat. Allah Swt telah menjelaskan bahwa Maryam binti Imran as melihat malaikat dan berbicara dengannya. Dalam surah al-Imran ayat 42, Allah Swt berfirman: “Dan (Ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).”
Sayidah Fatimah az-Zahra adalah penghulu para wanita seluruh alam, dari awal sampai akhir. Sayidah Fatimah dikenal keteladanannya dalam rumah tangga. Beliau contoh terbaik dari sosok istri dan ibu. Bersama suaminya, Ali bin Abi Thalib, Sayidah Fatimah menjalani suka dan duka kehidupan, dan sepanjang sejarah hingga kini sebagai teladan keluarga terbaik.Terkait hal ini, Imam Ali as berkata, “Demi Allah dia tidak pernah membuatku marah dan tidak pernah menolak perintahku sama sekali. Kapan saja aku melihat Fatimah, maka hilanglah semua kesedihanku.”(Biharul Anwar, jilid 43, hal 134).
Pada permulaan malam setelah pernikahan Imam Ali dan Sayidah Fatimah, Rasulullah Saw membagi pekerjaan untuk mereka berdua, pekerjaan dalam rumah adalah urusan Sayidah Fatimah sedangkan pekerjaan di luar rumah adalah urusan Imam Ali as. Setelah pembagian itu Sayidah Fatimah as berkata, “Hanya Allah yang tahu betapa gembiranya aku akan pembagian kerja ini. Karena Rasulullah Saw telah menghalangi aku dari melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan lelaki.” (Biharul Anwar, jilid 43, hal 81)
Sayidah Fatimah bukan saja pendamping hidup bagi suaminya tapi beliau juga kawan dalam urusan spiritual. Ketika Imam Ali as ditanya Rasulullah Saw, bagaimana engkau menilai Fatimah? Imam Ali as menjawab, “Ia adalah sebaik-baiknya penolong dalam ketaatan kepada Allah.” (Biharul Anwar, jilid 43, hal 117)
Sayidah Fatimah adalah istri yang tidak pernah meminta sesuatu di luar kemampuan suaminya. Dalam hal ini beliau berkata kepada Imam Ali as, “Aku malu kepada Tuhanku bila aku meminta sesuatu kepadamu sementara engkau tidak mampu memenuhinya.”(Amali Syeikh Thusi, jilid 2, hal 228).Imam Ali dan Sayidah Fatimah as adalah pasangan yang tiada duanya. Mengenai kehidupan mereka, Rasulullah Saw bersabda, “Jika Allah tidak menciptakan Ali maka Fatimah tidak memiliki pasangan yang sekufu baginya.”(Yanabi’ul Mawaddah, hal 177 dan 237).
Selain dalam keluarga, sayidah Fatimah juga memainkan peran penting dalam masyarakat terutama meningkatkan budaya dan pemikiran masyarakat ketika itu. Beliau juga memberikan kontribusi terhadap penyelesaian masalah yang dihadapi umat Islam di masanya.
Penyair dan penulis terkemuka Kristen Lebanon menulis berbagai buku mengenai tokoh-tokoh Islam. Terkait Sayidah Fatimah, Suleiman Kettani menulis, “Fatimah Zahra memiliki kedudukan yang sangat tinggi melebihi yang dijelaskan dalam literatur sejarah dan berbagai riwayat. Beliau lebih agung dari sejarah yang menjelaskan kehidupannya.Untuk itu, cukup kiranya; beliau adalah putri Muhammad Saw, istri Ali, ibu dari Hassan dan Husein, serta wanita agung di dunia.”
Selamat atas kelahiran wanita agung nan mulia ini. Mengambil berkah dari hari kelahiran Sayidah Fatimah, di penghujung acara kami petikkan perkatan mulia beliau, “Orang yang ibadahnya ikhlas demi Allah swt, Tuhan Yang Maha Besar, maka kemaslahatan terbaik akan dinugerahkan kepadanya.”(alhasanain)
Purkon Hidayat