Berita
Sambut Ultah Ke-37 Kemenangan Revolusi Islam, Warga Iran: Semangat Kami Masih Sama Seperti Dulu
Tanggal 12 Februari 2016 bertepatan dengan 22 Bahman 1934 (dalam kalender Persia) adalah perayaan Hari Ulang Tahun Kemenangan Revolusi Islam Iran yang ke-37.
Pukul 09.00 pagi waktu setempat, bersama sekitar 45 orang lainnya kami berangkat naik bis dari Kampus Imam Khomeini menuju tempat berkumpul di pusat belajar bahasa, Al-Mahdi, untuk ikut serta meramaikan perayaan Hari Besar Nasional Iran itu dengan aksi jalan kaki (long march) menuju Makam Sayyidah Maksumah as.
Meski sudah dua tahun lebih tinggal di Qum, sudah mengenakan jaket musim dingin, kemeja dan bahkan celana rangkap dua, tapi tetap saja penulis tak cukup kuat menahan hawa dingin hari itu. Terpaksa, kedua tangan pun mesti dimasukkan ke saku jaket.
Selang beberapa menit, kurang lebih seratusan orang dari beberapa negara, seperti Pakistan, Indonesia, Thailand, Azerbeijan, Jepang, dan banyak negara lain, turut hadir bergabung mengikuti acara ini.
Kami pun mengambil atribut untuk acara long march hari itu, seperti foto-foto Imam Khomeini, foto Rahbar Sayid Ali Khamenei, potongan kertas bertuliskan slogan-slogan, dan lain-lain.
Seperti halnya di Indonesia, aksi turun jalan yang kami lakukan pun dipandu oleh satu orang yang bertugas menggemakan takbir dengan berdiri di sebuah mobil yang biasa disebut di Indonesia sebagai mobil komando, sehingga suasana pun menjadi hangat dalam cuaca dingin itu.
“Allahu Akbar.. Allahu Akbar… Khamenei Rahbar… Margh bar Amrika … ” adalah yel-yel yang kami gemakan di sepanjang jalan.
Hampir 40 menit berlalu setelah melewati rute jalan Bulvar Amin, Shafaiyyah lalu ke Cohor Roh-e Syuhada, sampailah kami di sebuah perempatan tak jauh dari makam Sayyidah Maksumah as. Di sini kami kembali meneriakkan slogan kami dengan lebih bersemangat lagi.
Masyarakat Qum juga berbondong-bondong meramaikan acara ini. Di perempatan inilah semua orang berkumpul sebelum bergerak menuju tempat utama, Makam Sayyidah Maksumah as.
Menyaksikan dan ikut terlibat langsung dalam aksi ini, ada beberapa hal yang membuat penulis kagum dan takjub. Meski dihantam musim dingin, hampir semua kalangan masyarakat tetap datang berpartisipasi. Ibu-ibu datang membawa bayi berbalut baju hangat sambil memegang bendera Iran. Terlihat juga dua orang ibu-ibu tua berdiri di trotoar, sedangkan seorang lagi duduk di kusi roda dengan foto Rahbar di tangan mereka.
Satu hal yang ada di benak penulis menyaksikan semangat warganegara Iran hari itu. Dengan nasionalismenya yang tinggi, seolah mereka hendak menyatakan kepada dunia Internasional, “Saksikanlah, semangat kami masih sama seperti yang dulu.” (Sutia/Yudhi)