Berita
Revolusi Islam Iran: Model Panutan Gerakan Politik Islam
Revolusi Islam Iran tahun 1972 adalah salah satu momen besar yang mengguncang dunia. Keberhasilannya tak hanya sekadar menggulingkan rezim tiran Reza Pahlevi, tapi lebih jauh lagi Revolusi Islam ini menjungkirbalikkan tatanan dunia sekuler yang mendominasi dunia kala itu.
Hal ini diungkapkan oleh Dr. Ali Munhanif, Ketua PPIM UIN Jakarta dalam Seminar Nasional “Revolusi Iran dan Imam Khomeini” di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Selasa (9/2).
“Revolusi Islam Iran merupakan salah satu peristiwa besar di abad 20. Ketika hampir semua negara di dunia terbingkai oleh pengaruh sekulerisme, Revolusi Islam Iran menjungkirbalikkan itu semua. Iran menunjukkan bahwa revolusinya berbasis ideologi atau agama,” terang Munhanif.
“Dan berbeda dengan revolusi-revolusi di tempat lain yang di dalamnya ditemukan jejak pengaruh negara super power, Revolusi Islam Iran istimewa karena tidak digerakkan oleh dukungan super power, Soviet atau Amerika,” tambah Munhanif.
Karena karakter khas itulah, menurut Munhanif, Revolusi Islam Iran yang menghasilkan sistem politik Wali Fakih menjadi model dari gerakan politik di dunia Islam lainnya.
“Di tengah-tengah arus deras sekularisme, konsep Wali Fakih Imam Khomeini ini adalah model pelembagaan baru dimana agama memiliki posisi lebih penting dalam suatu negara. Ini kan yang dirindukan oleh umat Islam sebenarnya, termasuk di dunia Sunni,” terang Munhanif.
“Di sinilah Iran akan terus menjadi model dari kombinasi agama dan sekuler. Hanya saja di dunia Sunni bentuknya berbeda,” tandasnya.
Rahasia Kekuatan Iran
Trias Kuncahyono, salah satu narasumber dari Kompas menyebutkan dalam percaturan politik global keberhasilan Revolusi Islam Iran ini menjadi kekuatan penyeimbang di Timteng dan bahkan dunia hingga saat ini.
“Iran kini jadi kekuatan penyeimbang di Timteng. Karena sejak 1972, Iran tak mau lagi didikte kekuatan asing. Ini rahasia kekuatan Iran,” terang Trias.
Kemandirian Iran inilah, meski diembargo oleh Barat membuat Iran makin kuat dan kokoh dari hari ke hari.
“Iran mampu menjadi kekuatan penyeimbang karena kekuatannya sendiri, tanpa bantuan asing. Kemandirian inilah yang akan menjadi modal kekuatan Iran di masa depan. Iran tak akan tunduk pada asing karena mandiri. Berbeda dengan Arab yang tidak mandiri. Sangat bergantung pada asing,” lanjut Trias.
Selain kemandirian, rahasia kekuatan Iran menurut Trias ada pada sistem dan patron gerakan.
“Hasil revolusi Iran dan Mesir kita lihat sangat beda. Mesir 5 tahun saja pasca revolusi sudah bubar, Iran malah semakin kuat. Ini karena Iran memiliki sistem (Wilayatul Faqih) yang mapan dan panutan (yang layak),” tambah Trias.
Sementara Dr. Abbas Famouri, Konselor Kebudayaan Iran dalam sambutannya menegaskan bahwa revolusi Iran ini adalah revolusi Islam, bukan revolusi Syiah saja.
“Revolusi kami adalah Revolusi Islam, tapi oleh kekuatan media Barat dialihkan menjadi revolusi Syiah. Dan bahkan kami diserang oleh negara-negara muslim (salah satunya Irak), tanpa kami tahu apa salah kami kepada mereka,” sesal Famouri.
Lebih lanjut Famouri menyebutkan rahasia keberhasilan Iran adalah karena bersandar pada Islam.
“Kami negara kecil tapi karena bersandar pada Islam yang besar kami jadi besar dan berani melawan kekuatan hegemoni yang menindas,” tekan Famouri. (Muhammad/Yudhi)