Berita
Bang Ojan Punye Cerite
Banjir yang menggenangi hampir seluruh pelosok Jakarta, menyisakan banyak cerita. Bukan hanya tentang tinggi air yang hampir menutupi atap rumah warga, bukan pula hanya soal berjubelnya pengungsi di tenda-tenda penampungan, atau sekadar soal macet parah di sejumlah ruas jalan Ibukota. Di balik semua kisah biasa itu, tersimpan kisah menarik dan luar biasa; yakni tentang tim relawan penyelamat banyak nyawa.
Sebut saja PSO (Panti Satu Organizer). Tim relawan penyelamat yang bermarkas di Cililitan Kecil ini menyimpan beragam kisah menarik saat beraksi selamatkan korban banjir.
Saat tim ABI Press berkunjung ke pos mereka, dengan antusias para awak tim berkisah tentang sejumlah pengalaman yang mendebarkan sekaligus mengharukan.
Ojan, salah seorang crew tim relawan PSO bercerita tentang salah seorang warga yang masih saja nekad tak mau beranjak dari rumahnya meski air kian meninggi. Dia menolak dievakuasi hanya demi menjaga ternak kambingnya yang berjumlah 17 ekor. Hampir seminggu lebih sang peternak beserta kambing peliharaannya itu bertahan di wilayah rendaman banjir. Tak ayal keberadaan “Pak Kambing yang Bandel” itu sontak menjadi tontonan para pengendara yang lalu-lalang di Fly Over Cililitan.
Pada awalnya, sejumlah relawan tak habis pikir dengan aksi nekad Pak Kambing, sampai mereka sadar bahwa semua ini ternyata soal cinta dan persahabatan si Bapak dengan 17 ekor ‘anak asuh’ yang telah sekian lama menjadi bagian keluarga besarnya.
Mungkin karena rasa cinta itu juga lah yang pada akhirnya membuat Pak Kambing luluh tekadnya untuk bertahan. Dia sadar bila tinggi air benar-benar ‘melahap’ kandangnya, maka tamatlah sudah riwayat persahabatan itu. Tentu saja mustahil baginya mengorbankan keselamatan kambing-kambing kesayangannya. Itulah kenapa pada akhirnya dia memilih rela untuk dievakuasi setelah mendapat jaminan bahwa ke 17 ekor ‘anak-‘nya itu benar-benar dalam kondisi aman seperti dirinya, dengan ditempatkan di dataran yang lebih tinggi.
Kisah berbeda yang terasa ironis dan menggelikan terjadi ketika seorang ibu-ibu paruh baya datang setengah memaksa agar TV miliknya segera diselamatkan. Padahal saat itu tim relawan sedang sibuk dan berupaya keras menunaikan aksi penyelamatan nyawa beberapa orang warga yang pada awalnya juga memilih bertahan di lantai dua rumah mereka. Ironisnya, pada saat yang sama si Ibu bolak-balik mengiba agar dipinjami perahu, TV milik sang relawan sendiri justru luput dari perhatian dan sudah ludes ditelan banjir dan hanyut entah kemana!
“Nih kita kan mau nolongin nyawa orang. Eeee….Perahunya malah dipinjem paksa buat nyelamatin TV. Namanya barang, tarohlah ilang, kan masih bisa dbeli lagi, Bang. Ini kan kita mestinya lebih mentingin urus nyawa orang dulu,” tutur Ojan ketawa geli. “Heran deh pokoknya, Bang. Ibu itu sepertinya benar-benar sudah cinta mati deh sama itu TV. Kok bisa ya?” takjub Ojan campur geregetan.
Begitulah tim penyelamat PSO tak hanya bertugas mengevakuasi korban tapi juga mesti mengantar makanan bagi warga yang memilih bertahan di rumah masing-masing karena berbagai macam alasan; dari sekadar demi menjaga barang –barang berharga mereka, hingga yang benar-benar terpaksa tinggal karena sedang dalam kondisi sakit.
“Awalnya kita nggak mau deh kalo disuruh bawa-bawain makanan buat orang-orang yang ternyata gak mau ninggalin rumah hanya gara-gara jaga-jaga barang. Tapi kalo untuk orang tua-tua, apalagi mereka yang sedang sakit, mau lah kita bawain juga,” tutur Ojan dengan mimik pasrah saat menjelaskan, mustahil rasanya bagi dia dan timnya kuasa menolak permintaan dari keluarga orang-orang tua yang sakit itu.
Dari banyak cerita relawan, mulai yang bikin haru, mengherankan, dan terkadang lucu. Ternyata ada pula yang bikin Ojan kesal. Yaitu saat ada korban banjir yang tetap nekad bertahan di rumahnya dan dengan ‘wajah tanpa dosa’ minta tolong dibelikan rokok. “Eh Jan, jangan lupa Gue nitip rokok kalo Lu balik kemari lagi ya…” tiru Ojan dengan mimik lucu campur sebel.
Itulah sekelumit kisah tentang suka-duka relawan yang menurut Ojan mesti bermental baja dan siap menghadapai segala kemungkinan. Dia menambahkan, jangan kaget kalau misalnya ada sejumlah permintaan korban yang aneh-aneh. Pantang bagi relawan seperti dirinya untuk menyerah.
“Mungkin di tengah fisik dan pikiran kita yang kadang capek, ada saja ulah nyeleneh korban yang mintanya aneh-aneh dan neko-neko. Yaah.. Kesal-kesal dikit boleh lah, Bang. Namanya kita kan juga manusia. Tapi bagi kami relawan PSO, sejak awal kami sudah bertekad tetap akan berusaha semampunya dan membantu sepenuhnya para korban bencana banjir dengan sekuat tenaga yang kami punya,” tegasnya.
Ya, betapa kami semua warga–termasuk juga pemerintah–Jakarta, layak berterimakasih dan memberikan penghargaan tulus kami buatmu dan buat para relawan lain sepertimu, Bang Ojan! (Lutfi/Yudhi)