Berita
Rangkaian Kabar Seputar Wujud Imam Mahdi
Semenjak zaman Rasulullah saw hingga masa Imam Hasan Askari, kabar tentang wujud Imam Mahdi telah disampaikan. Dalam kaitan ini, banyak sekali hadis yang terdapat dalam kitab hadis, misalnya, yang memuat kabar semacam itu. Kami akan menyinggung beberapa di antaranya.
Jabir bin Abdillah Anshari menukil dari Rasulullah saw yang bersabda, “Mahdi adalah dari anakku, namanya adalah namaku, dan nama panggilannya adalah nama panggilanku. Ia paling menyerupaiku dalam akhlak dan fisik dibanding manusia lainnya. Ia akan gaib sehingga manusia mengalami kebingungan dan kesesatan. Kemudian ia akan muncul laksana meteor dan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya telah dipenuhi dengan kezaliman.”
Imam Husain as meriwayatkan dari Imam Ali as, “Qaim (penyelamat) umat ini adalah orang kesembilan dari keturunanku. Ia akan gaib dan warisannya akan dibagikan di masa hidupnya.”
Sa’id bin Jubair berkata, “Aku mendengar dari Zainal Abidin Ali bin Husain as yang berkata, ‘Dalam Qaim terdapat salah satu sunah Nabi Nuh as, yaitu panjang umur.’”*
Muhammad bin Muslim Tsaqafi berkata, “Aku mendengar dari Abu Ja’far Muhammad bin Ali yang berkata, ‘Qaim akan mendapatkan pertolongan dan dukungan dari Allah sehingga para musuhnya merasa ketakutan dan bumi pun akan terlipat karenanya sementara harta karunnya akan menampakkan diri dan kekuasaannya akan meliputi Timur dan Barat.”
Allah Swt akan memenangkan agama Islam di tangan Imam Mahdi as terhadap agama-agama lainnya meskipun kaum musyrikin memusuhi dan membencinya. Beliau akan memakmurkan semua bumi. Nabi Isa as akan turun dan mendirikan shalat bersamanya.
Shafwan menuturkan bahwa dirinya mendengar dari Imam Ja’far Shadiq as yang berkata, “Barangsiapa menerima semua imam tapi menolak Imam Mahdi as, laksana orang yang menerima semua nabi tapi mengingkari Muhammad saw. Telah ditanyakan kepada Rasulullah saw, ‘Anak siapakah Mahdi as itu?’ Rasulullah bersabda, ‘Mahdi adalah anak kelima dari imam ketujuh. Ia gaib dari kalian dan penyebutan namanya diharamkan bagi kalian.’”
Yunus bin Abdurrahman menceritakan bahwa dirinya bertanya kepada Imam Musa bin Ja’far as, “Apakah engkau itu qaim?” Beliau menjawab, “Aku adalah qaim kebenaran tapi qaim yang membersihkan bumi dari musuh dan memenuhinya dengan keadilan sebagaimana sebelumnya telah dipenuhi kezaliman adalah putra kelima dari keturunanku. Ia gaib begitu lama karena mengkhawatirkan keselamatan dirinya. Sekelompok orang akan kehilangan kepercayaan kepadanya dan sebagiannya lagi tetap meyakini keberadaannya.”
Lalu, beliau menambahkan, “Betapa beruntungnya para Syiah kami yang di masa gaibnya masih tetap berpegangan dengan kami dan tetap teguh dengan kecintaan kepada kami dan berlepas diri dari musuh-musuh kami! Mereka dari kami dan kami dari mereka. Mereka ridha dengan imamah kami dan kami juga senang dengan kesyiahan mereka. Betapa beruntungnya mereka! Betapa beruntungnya mereka! Demi Allah! Pada hari kiamat nanti, mereka akan bersama kami.”
Rayyan bin Shalt menuturkan bahwa dirinya bertanya kepada Imam Ali Ridha as, “Adakah engkau shahibul amr?” Beliau menjawab, “Aku adalah shahibul amr tetapi ia (Imam Mahdi as) adalah shahibul amr yang memenuhi bumi dengan keadilan dan kesejahteraan setelah sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman. Dengan kelemahan tubuhku ini, bagaimana aku dapat menjadi dirinya? Qaim adalah orang yang dalam usia tuanya keluar dalam wajah muda yang tangguh dan kuat sehingga mampu mencabut pohon terbesar dari akarnya. Bila ia berteriak di antara gunung, batu-batu akan berguguran. Tonggak Musa dan cincin Sulaiman ada di tangannya. Ia putra keempat dari keturunanku. Allah Swt menggaibkannya dari pandangan lalu ia akan muncul dan memenuhi bumi dengan keadilan setelah sebelumnya dipenuhi kezaliman.“
Abdul Adzim Hasani mengisahkan bahwa dirinya menemui Imam Muhammad bin Ali bin Musa as dan berniat menanyakan tentang qaim; apakah beliau itu qaim ataukah orang selain dirinya. Lalu beliau berkata kepadanya, “Wahai Abul Qasim! Qaim adalah Mahdi yang di masa gaibnya haruslah dinantikan kemunculannya dan saat muncul, harus dipatuhi. Demi Tuhan yang telah mengutus Muhammad saw sebagai nabi dan menjadikan kami sebagai imam, ia adalah putra ketiga dari keturunanku! Apabila usia dunia ini tidak tersisa kecuali sehari saja, maka Allah akan memanjangkannya hingga muncul Mahdi yang akan memenuhi bumi dengan keadilan setelah dipenuhi dengan kezaliman. Allah akan mengatur urusan Mahdi dalam semalam, sebagaimana urusan Musa diperbaiki hanya dalam semalam. Musa pergi untuk membawa api namun kembali sebagai nabi.” Kemudian, beliau menegaskan, “Amalan umat Syiah yang paling utama adalah menantikan munculnya Imam Mahdi as.”
Shaqar bin Abu Dalaf berkata, “Aku telah mendengar dari Imam Ali bin Muhmmad bin Ali as yang berkata, ‘Imam setelahku adalah Hasan, putraku, dan setelah Hasan adalah putranya, yakni Qaim yang akan memenuhi bumi dengan keadilan setelah diwarnai kabut kezaliman.”
Ahmad bin Ishaq Asy’ari menuturkan bahwa dirinya menemui Abu Muhammad Hasan bin Ali dan berencana menanyakan penggantinya. Beliau menjawab, “Wahai Ahmad bin Ishaq! Allah Swt tidak akan membiarkan bumi kosong dari hujjah hingga hari kiamat. Berkat keberadaan hujjah, malapetaka dan bencana dijauhkan dari penduduk bumi serta hujan turun dan berkah bumi pun keluar.” Ahmad kembali bertanya, “Wahai putra Rasulullah! Siapakah imam dan khalifah sepeninggalmu nanti?” Imam segera masuk ke dalam rumah dan tak lama kemudian keluar dalam keadaan memanggul seorang putra yang wajahnya mirip rembulan di malam keempat belas (purnama) dan usianya kira-kira tiga tahun. Beliau berkata, “Wahai Ahmad! Jika engkau tidak mulia di sisi kami, kami tiada akan pernah menunjukkan putraku ini kepadamu. Ia memiliki nama dan panggilan yang sama dengan Rasulullah saw. Ia adalah insan yang akan memenuhi bumi dengan keadilan setelah dipenuhi oleh kezaliman.”
Dari hadis tersebut, serta puluhan hadis serupa, dapat disimpulkan bahwa Rasulullah saw dan para imam suci secara berkesinambungan mengabarkan ihwal wujud Imam ke-12 atau Imam Mahdi as atau Sang Qaim as. Dengan cara ini, mereka menyiapkan opini publik untuk menerimanya. Rasulullah saw telah memulai pemberitahuan ini yang kemudian dilanjutkan para imam suci.
Ayatullah Ibrahim Amini