Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Rakyat Bahrain! (Catatan 4 Tahun Revolusi Bahrain)

Tanggal 14 Februari selalu diperingati sebagai hari Kasih Sayang atau Valentine Day oleh sebagian kalangan di seluruh dunia. Namun hal tersebut tidak berlaku bagi masyarakat Bahrain. Pada tanggal itu rakyat Bahrain sebagai The National Action Charter Day, ketika 98,4% warga Bahrain menggunakan hak pilihnya untuk mengubah amandemen konstitusi di tahun 2001 yang memberikan warga hak dan sekaligus pondasi demokrasi bagi warga Bahrain.
 
Namun pada kenyataannya hak dan demokrasi yang diimpikan masyarakat Bahrain hingga 10 tahun berikutnya tetap belum terwujud, sampai datangnya Arab Spring yang terlebih dahulu melanda Tunisia dan Mesir hingga ke Bahrain. Dengan modal itu sejumlah kelompok Wa’ad, Haq dan Amal bergabung dalam satu koalisi untuk melakukan revoulsi demi mendapatkan persamaan hak dan demokrasi seperti halnya negara-negara tetangganya.
 
Beda Bahrain dan Suriah
 
Sekitar 300.000 orang yang berdemo di ibukota Bahrain Manama, pada 14 Februari 2011 berusaha untuk mendapatkan hak-hak mereka dan membangun demokrasi di negara mereka seperti halnya di negara-negara tetangga mereka yang terlebih dahulu telah merasakan demokrasi ala Arab Spring. Tapi apa yang diterima oleh masyarakat Bahrain ternyata jauh berbeda dengan apa yang di dapat oleh negara-negara tetangganya itu.
 
Setelah 4 minggu demo menuntut turunnya al-Khalifa yang dianggap diktator, masyarakat Bahrain yang sedang berdemo dikejutkan serangan beberapa negara koalisi yaitu pasukan Bahrain, Arab Saudi, Qatar dan sejumlah negara yang tergabung dalam Gulf Peninsula Shield Force.
 
Selama sebulan serangan dari pasukan gabungan tersebut mengakibatkan 35 warga Bahrain meninggal. Laporan Bahrain Independent Commission of Inquiry menyimpulkan banyak warga Bahrain yang ditangkap kemudian disiksa secara fisik dan mental. Belum lagi mereka yang terluka akibat gas air mata.
 
Kejadian di Bahrain ini bertolak belakang dengan kejadian di Suriah, ketika protes anti pemerintah bermula di wilayah selatan Suriah, pada tanggal 15 Maret 2011 di kota Daraa yang berbatasan dengan Yordania. Para pendemo Suriah sangat terorganisasi dan dilengkapi dengan senjata. Sejumlah pendemo meninggal dan hampir seluruh dunia menuduh tanpa bukti Bashar al-Assad telah membunuhi rakyatnya.

Sedangkan di Bahrain tidak berlaku demikian. Fakta pembunuhan dan penangkapan para pendemo tidak mengakibatkan al-Khalifa dicap sebagai pembunuh rakyatnya.

Arti Bahrain bagi Amerika

Bahrain sendiri, sejak tahun 1970 memiliki hubungan dekat dengan militer Amerika. Sejak tragedi 9/11, Bush meningkatkan hubungan dan menjadikan Bahrain sebagai sekutunya selain NATO. Dengan adanya hubungan militer sejak tahun 70an tersebut, memudahkan  Amerika menempatkan pangkalan militernya di Bahrain untuk membantu kegiatan Amerika di Timur Tengah.

Pangkalan ini berperan penting selama terjadinya Perang Teluk 1991, perang Afghanistan 2001 dan perang Irak tahun 2003. Saat ini pangkalan militer Amerika di Bahrain diklaim digunakan Amerika untuk melakukan operasi penumpasan ISIS.

Pangkalan ini sangat strategis bagi Amerika sebab dengan adanya pangkalan militer di Bahrain, kapal-kapal perang Amerika dapat dengan mudah menjangkau Teluk Persia, Laut Arabia, Laut Merah dan sebagian Samudera India. Maka sangat wajar jika Amerika membela al-Khalifa dan tidak mempedulikan teriakan rakyat Bahrain yang menuntut tegaknya demokrasi kepada pemerintahan Bahrain seperti yang biasanya selalu Amerika lakukan terhadap negara lain yang tidak mau tunduk kepadanya.

Fakta Manama

Manama yang merupakan ibukota Bahrain, selama di bawah kekuasaan al-Khalifa telah menjelma menjadi sebuah Kota Maksiat (Sins City) urutan kedua di dunia setelah Pattayat, Thailand bahkan masih di atas Las Vegas yang merupakan Kota Judi.

Manama sendiri menjadi sebuah kota modern yang mendapatkan pengaruh sangat kuat dari Eropa, bahkan 1/3 dari warga Manama adalah warga asing. Bahrain juga merupakan satu-satunya negara Teluk yang memperbolehkan minuman beralkohol.

Hal ini membuat Bahrain memiliki citra buruk karena juga dibanjiri para pelacur dari Eropa dan Asia yang dapat ditemukan dengan mudah di hotel-hotel Manama. Ibukota Bahrain ini menjadi oasis di padang gersang di Timur Tengah yang membuat para pria dari Arab Saudi terbang ke Manama setiap minggunya untuk menghabiskan akhir pekan mereka, sebab jarak antara Manama ke Saudi cukup dekat.

Kini setelah terbukti pemerintahan al-Khalifa justru membawa Manama, ibukota Bahrain menjadi Kota Maksiat, apakah belum cukup alasan untuk menggalang Revolusi dan meneriakkan “Free Bahrain!”? (Lutfi/Yudhi)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *