Berita
Rajut Toleransi di Sekolah Harmoni Indonesia
Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Indonesia (PSIK-Indonesia) pimpinan Yudi Latief menghadirkan muda-mudi lintas agama dalam Program Sekolah Harmoni Indonesia (SHI). Program ini diselenggarakan dalam rangka mencegah terjadinya sikap intoleransi yang seringkali berujung pada kekerasan di masyarakat.
SHI diselenggarakan selama tiga hari di Wisma Catur, Ciruas, Serang, Banten, 11 sampai 13 Agustus 2017.
“Selama tiga hari ini kami adakan SHI sebagai wadah para pemeluk agama dan keyakinan untuk berdialog satu sama lain. Sehingga semakin mereka saling mengenal, mereka akan saling rukun untuk hidup berdampingan,” kata Sunaryo, selaku Direktur Eksekutif SHI.
Sunaryo menambahkan, orang yang tidak terbiasa dengan heterogenitas, akan menjadi sempit cara berpikirnya sehingga mereka akan cenderung menolak perbedaan. Penolakan terhadap adanya perbedaan itulah yang memicu sikap intoleransi dan kekerasan terhadap penganut keyakinan lain.
“Kami percaya bahwa keberagaman merupakan sebuah keniscayaan. Tidak ada jalan lain bagi setiap orang kecuali mengenali, memahami, dan menerima keberagaman tersebut.“ Tutur Mujib, salah satu peserta yang berasal dari Jakarta.
Dengan saling mengenal ajaran agama dan keyakinan lain, akan membuat kita menjadi semakin terbuka menerima perbedaan. “Kita harus legowo menerima perbedaan yang ada di masyarakat, sehingga kita akan lebih toleran terhadap pemeluk agama atau keyakinan lain.” Pungkas Mujib.
Kegiatan ini diikuti oleh berbagai kalangan dari pemeluk agama Islam, Katolik, Hindu dan Budha di daerah Banten dan Jakarta. Dari kalangan Muslim sendiri dihadiri perwakilan dari berbagai ormas seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Ahlulbait Indonesia, dan beberapa Ormas Islam lainnya. (AM/Munawan)