Ikuti Kami Di Medsos

Artikel

Psikologi Berkabung dan Menangis

Manfaat terpenting dari penyelenggaraan upacara berkabung adalah efek psikologis. Kebanyakan orang yang mengambil bagian dalam majelis berkabung melakukannya dengan keinginan untuk mendapatkan manfaat psikologis dan emosional. Namun demikian, sebagian orang mengatakan bahwa menyelenggarakan upacara berkabung dan banyak ritual sedih selama setahun menghalangi masyarakat tersebut dari kebahagiaan dan sukacita. Mereka berpendapat bahwa praktik-praktik ini menyebabkan orang lebih merasa tidak bahagia, putus asa dan depresi. Pada bagian ini, kita akan membahas dan menganalisis masalah ini.

Tahapan Berkabung

Berkabung atau menangis memiliki aspek eksterior (manifestasi luar) dan interior (manifestasi batin). Penampilan luar bersifat fisiologis, dan merupakan hasil dari pengaruh psikologis dengan menggunakan rangsangan eksternal atau internal, seperti pemikiran dan perenungan. Efek psikologis ini memasuki fisiologi otak dan saraf-saraf dan mengaktifkan bagian khusus dari otak yang mengirimkan pesan ke kelenjar air mata untuk merangsang mata supaya menjadi aktif. Hasilnya adalah air mata itu mengalir dan inilah apa yang dikenal sebagai menangis.

Baca Penalaran di Balik Menangis untuk Wali Allah

Manifestasi interior atau mental dari menangis mencakup efek psikologis internal. Pandangan psikologis, yang mana kami sependapat, adalah bahwa menangis akan menimbulkan rasa sayang dan kebajikan. Menangis ditekankan dalam hadis, sejauh itu dikatakan menangis. menyebabkan orang lain menangis atau bahkan berada dalam suasana hati meratap ketika seseorang itu menghadiri upacara berkabung, untuk Imam Husain as adalah sumber manfaat duniawi dan surgawi. Berikut apa yang tersirat adalah efek internal.

Konsekuensi psikologis internal dari menangis dibagi menjadi empat jenis. Yang pertama diarahkan pada diri sendiri dan rasa tertindasnya. Jenis menangis ini dapat meningkatkan depresi dan juga bisa menyebabkan kemampuan sosial individu diganggu atau bingung, Sedangkan tiga jenis tangisan lainnya bersifat mendorong dan motivasional karena tangisan ini memiliki hubungan terbalik dengan kesedihan dan depresi. Jenis pertama dari menangis ini adalah sebagai akibat dari kesedihan nyata yang disebabkan, misalnya, oleh kematian, tetapi tiga jenis lainnya tidak memiliki kesedihan yang nyata untuk peristiwa sekarang, meskipun tangisan tersebut berlangsung dalam upacara berkabung saat ini. Empat jenis menangis ini adalah sebaga berikut;

1. Menangis sebagai akibat dari hubungan dan kasih sayang

Jenis menangis ini terjadi karena masalah atau saat peristiwa tragis terjadi, seperti kehilangan seorang kekasih. Menangis semacam ini biasanya tidak terjadi dari kemauannya sendiri, tetapi terjadi tanpa sengaja. Jenis menangis ini, dalam terminologi psikolog dan terapis mental, disebut pengosongan psikologis atau pelepasan emosional dari perasaan yang terstimulan dan berhubungan dengan individu dan rasa tertindasnya.

2. Menangis sebagai akibat dari keyakinan

Jenis menangis ini adalah jenis menangis dari orang yang meneteskan air mata pada saat berdoa sembari mengevaluasi perbuatan dan keadaannya sekarang dan yang akan datang. Jenis menangis ini berakar dalam iman dan ideologi dan tidak berhubungan dengan kekhawatiran tentang dunia ini dan kehidupan kita sehari hari.

3. Menangis untuk mencari kesempurnaan dan keunggulan

Kadang-kadang menangis adalah hasil dari mencari kebajikan dan kesempurnaan moral, seperti tangisan yang terjadi ketika seorang guru, penasihat moral, nabi, imam atau siapa saja dengan kaliber moral yang tinggi, meninggalkan kehidupan ini. Jenis menangis ini memandang hal-hal tersebut dari perspektif ini bahwasanya kita, di relung terdalam dari hati kita, memiliki kekaguman yang kuat atas kesempurnaan dan pertumbuhan spiritual. Kita menjadi tenggelam ketika jenis kesempurnaan ini tersedia, dan kita menjadi tertekan ketika mereka hilang. Tangisan yang terjadi dalam upacara berkabung kadang-kadang jenis tangisan ini.

4. Menangis bagi orang yang dianiaya dan tertindas

Dalam jenis menangis ini, kita merasa simpati kepada orang yang tengah diperlakukan dengan zalim atau tidak manusiawi, seperti ketika kita menangis karena penindasan keras yang dipaksakan kepada Nabi saw dan para Imam suci. terutama penindasan brutal yang dilakukan terhadap pemimpin para syuhada, Imam Husain as, dan berbagai kesulitan lain yang diderita oleh Ahlulbait as.

Dikutip dari buku karya Ali Ashgar Rihwani. Asyura dan Kebangkitan Imam Husain – Menjawab Fitnah dan Tuduhan.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *