Setelah sebelumnya mengadakan pertemuan dengan PT. TWBI (Tirta Wahana Bali Internasional) di Jakarta, 3 bulan lalu (Pro-Kontra Reklamasi Teluk Benoa), sebagian masyarakat Bali yang tinggal di Jakarta terus menggelar aksi penolakan rencana Reklamasi Teluk Benoa, Bali di tangan PT. TWBI.
Minggu pagi (23/11) aksi itu kembali digelar dengan melakukan parade budaya dan aksi pengumpulan tanda tangan di Bundaran HI Jakarta. Dengan penampilan khas Bali, dan beberapa tarian Bali yang disuguhkan, menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung untuk berpartisipasi mendukung penolakan Reklamasi Teluk Benoa.Di tengah keramaian Car Free Day pagi itu, mereka menggelar beberapa lembar kain untuk mengumpulkan tanda tangan pengunjung sebagai bentuk dukungan.
Sebelumnya, Marvin yang mewakili PT. TWBI menjelaskan bahwa reklamasi itu tidak hanya sekadar reklamasi, namun juga berbasis revitalisasi demi kesejahteraan bersama. Marvin juga menjelaskan beberapa data misalnya; meningkatnya area tidak produktif, aneka ragam hayati yang menurun, sampah menumpuk dan sebagainya, dan menurutnya reklamasi yang berbasis revitalisasi itu akan menjadi solusi yang baik.
Namun dari data-data tersebut, I Made Bawayasa, salah satu kordinator aksi parade budaya di Bundaran HI pagi itu memaknainya dengan cara pandang yang berbeda. Menurutnya, data yang diambil oleh PT. TWBI seperti foto-foto sampah dan luasnya lahan tidak produktif diambil saat kondisi laut saat itu masih surut.Sehingga wajar kalau lahan kosong nampak luas dan sampah terlihat jelas.“Reklamasi bukan satu-satunya cara menyelamatkan alam, karena justru lebih banyak sisi negatifnya,” tutur I Made.
Lebih lanjut I Made menjelaskan, bahwa reklamasi itu ditolak sebagian besar masyarakat Bali karena akan merusak fungsi konservasi dan kawasan perairan Teluk Benoa. “Reklamasi itu juga akan menyebabkan kerentanan terhadap bencana,” tambahnya.
Aksi tersebut mendapat sambutan baik dari masyarakat yang berkunjung ke Car Free Day pagi itu.Terbukti, banyak pengunjung yang berkenan membubuhkan tanda tangan sebagai dukungan.Hafiz salah satu dari 20 anggota komunitas Outsider Halim yang hadir saat itu turut memberikan dukungan.“Menurut saya baik, karena ini kan usaha melindungi alam,” tuturnya. (Malik/Yudhi)