Berita
PM Mahathir Mohamad: Sunni Harus Menerima Syiah sebagai Muslim
Dilansir dari The Malaysian Insight, di Malaysia, Islam mazhab Syiah sudah lama dianggap sebagai aliran yang “menyimpang” oleh otoritas keagamaan federal dan negara bagian, hal tersebut tercermin dari berbagai hukum agama, fatwa, publikasi, dan khotbah yang dikeluarkan oleh para pihak terkait.
Sebagai contoh, pada tahun 1996, Dewan Fatwa Nasional Malaysia menyatakan bahwa ajaran Syiah adalah haram. Kemudian di bawah berbagai jeratan hukum Islam Malaysia, perkumpulan minoritas Syiah Malaysia telah seringkali menjadi sasaran penggerebekan dan penangkapan, buku-buku dan perlengkapan lainnya disita, dan dalam beberapa kasus, para pengikut Syiah dituduh melakukan tindak pidana.
Pada tahun 2016, Amri Che Mat, aktivis Syiah dari organisasi kemanusiaan Perlis Hope, di negara bagian Perlis Malaysia, dinyatakan menghilang. Sebulan sebelum menghilang, Mufti Perlis, Mohd Asri Zainul Abidin menyatakan bahwa Syiah adalah ancaman bagi kemanan nasional.
Atas pernyataan Mufti Asri dan berlarut-larutnya pengungkapan hilangnya Amri Che Mat, mantan menteri hukum Malaysia, Datuk Zaid Ibrahim, pada Januari 2018, sebagaimana dilaporkan The Malaysian Times menyatakan, “Bagaimana bisa seorang Syiah yang tinggal di kota kecil di Perlis dan melakukan pekerjaan sukarela untuk membantu orang miskin menjadi ancaman bagi keamanan nasional?
“Saya berharap Mufti terpelajar dapat menjelaskan kepada kita yang bukan ahli bagaimana seseorang dapat menjadi ancaman bagi keamanan nasional hanya karena seseorang menjadi anggota kelompok atau komunitas tertentu.”
Pernyataan Mahathir Mohamad
Setelah terpilih kembali menjadi Perdana Menteri yang ketujuh, pernyataan Mahathir Mohamad tentang Syiah dari berita tahun 2015 ramai kembali dibagikan di media sosial. Dilansir dari Free Malaysia Today, dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh Ikatan Muslimin Malaysia (ISMA), organisasi Islam konservatif Malaysia, pada September 2015, Mahathir menyatakan bahwa Sunni harus menerima Syiah sebagai Muslim.
Dalam pertemuan tersebut Mahathir meminta kepada mayoritas Sunni di Malaysia untuk menerima Syiah sebagai sesama Muslim dan dengan demikian dapat menghindari perselisihan sektarian mematikan yang telah menghancurkan beberapa komunitas di Timur Tengah.
Dalam pidatonya, Mahathir mengingatkan peserta, bahwa seseorang dinyatakan Muslim apabila dia telah bersaksi bahwa Tuhan itu satu dan Muhammad adalah Nabinya. Baik Sunni maupun Syiah, menyatakan hal yang sama, katanya.
Dia kemudian menambahkan, bahwa Malaysia selama ini bebas dari perselisihan karena dalam waktu yang lama hampir seluruh Muslim Malaysia bermazhab Syafii. Namun, situasi sekarang telah berubah dengan banyaknya ekspatriat dari negara-negara yang mayoritas warganya Syiah, misalnya Iran.
Mahathir mengakui bahwa di Malaysia kondisi perdamaian di antara sesama Muslimnya lebih baik dibandingkan beberapa negara di Timur Tengah, dan dia mendesak untuk menjaga kelangsungan perdamaian itu melalui toleransi atas pandangan yang berbeda.
“Kita tidak berhak mengatakan bahwa mereka bukan Muslim hanya karena mereka tidak terlihat seperti kita atau tidak berpakaian seperti kita,” kata Mahathir.
Berbicara tentang perang yang terjadi antara Syiah dan Sunni di tempat lain di dunia Muslim, dia mengatakan bahwa mereka diperalat oleh orang Yahudi dan Amerika Serikat.
“Orang-orang Yahudi dan Amerika adalah siapa yang menertawakan,” katanya. “Kaum Muslim sedang dikerjai oleh mereka. Inilah yang terjadi ketika kita menekankan perbedaan kita, bukan persamaan kita.” (islamindonesia/asf/abi)