Berita
Pewaris Ilmu Nabi SAW
Disebutkan dalam sebuah riwayat, Imam Ali bin Abi Thalib as., berkata: “Bertanyalah kepadaku sebelum kalian kehilangan aku! Sesungguhnya yang ada di dalam dadaku ini adalah ilmu-ilmu bagai samudra yang meluap-luap.”
Dalam riwayat lain disebutkan: “Sesungguhnya aku lebih mengetahui jalan-jalan langit daripada jalan-jalan di bumi. Bahkan aku mengetahui sebelum bencana itu terjadi…”
Pewaris Ilmu Nabi saw.
Rasulullah saw. bersabda: “Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya. Siapa yang menginginkan ilmu hendaklah ia melewati pintunya. Sungguh Ali as., telah mewarisi ilmu awal dan akhir, dan aku melihat dia lebih mengetahui apa yang terhimpun pada mereka semua.”
Dalam kesempatan lain Rasulullah saw. bersabda: “Tiada satu ilmu kecuali Allah telah mengajarkannya kepadaku dan aku telah mengajarkannya kepada Ali. Allah telah menyebutkan semua ilmu kepadaku. Semua ilmu yang diajarkan kepadaku telah aku sampaikan kepada Imam orang-orang yang bertakwa (Ali bin Abi Thalib), dan tiada satu ilmu kecuali aku telah mengajarkannya kepada Ali.
Imam Ali berkata: “Sesungguhnya Rasulullah saw. mengajariku seribu bab halal dan haram, yang ada pada masa lalu dan masa akan datang hingga hari kiamat. Setiap bab darinya membuka seribu bab, termasuk aku mengetahui kematian, musibah dan keputusan pengadilan.”
Ilmu awal dan akhir
Salah satu keluasan ilmu yang dimiliki Imam Ali as., adalah mengetahui segala yang sesuatu yang terjadi pada orang-orang terdahulu, maupun yang akan terjadi sampai hari kiamat tiba, yang termaktub dalam kitabnya, al-Jafr.
Ash-Shaffar meriwayatkan dari Abu Muhammad dari Imran bin Musa dari Musa bin Ja’far al-Baghdadi dari Ali bin Asbath dari Muhammad bin Fudhail dari Abu Hamzah Tsimali dari Abu Abdillah a.s, beliau berkata: “Sesungguhnya dalam al-Jafr, Allah SWT ketika menurunkan lauh-lauh (papan-papan) Musa as., Dia menurunkan lauh-lauh itu kepadanya. Di dalamnya terdapat penjelasan bagi segala sesuatu, dan ia ada sampai datangnya hari kiamat. Ketika telah habis masa waktu Musa as., Allah mewahyukan kepadanya agar menyimpan lauh-lauh itu yang merupakan zabarjadah (permata) dari surga -ke dalam- al-jabal (baca: bukit). Maka Musa as., mendatangi jabal itu, lalu jabal itu terbelah dan ia meletakkan lauh-lauh itu di dalamnya dalam terbungkus. Setelah menaruhnya di sana, jabal itu tertutup kembali. Tetap dalam keadaan demikian jabal itu sampai Allah mengutus nabi Muhammad.
Lalu datang kafilah dari Yaman. Mereka menginginkan Nabi saw. Setelah mereka melintasi (sampai) jabal itu, jabal itu terbuka dan keluarlah lauh-lauh itu dalam keadaan terbungkus sebagaimana yang telah diletakkan oleh Musa as. Kaum itu mengambilnya. Ketika lauh-lauh itu ada di tangan mereka, diilhamkan ke dalam hati mereka agar tidak melihat lauh-lauh itu dan mereka memuliakannya, sampai mereka datang kepada Rasulullah saw., dengan membawanya.
Kemudian Allah mengutus Jibril kepada Nabi-Nya untuk memberitahukan kepadanya urusan kaum itu dan apa yang mereka alami. Ketika mereka telah berada di hadapan Nabi saw., beliau bertanya kepada mereka tentang apa yang mereka temukan. Mereka berkata: “Apa yang Anda ketahui tentang apa yang telah kami temukan?”
Beliau menjawab: “Tuhanku telah memberitahuku, dan itu adalah lauh-lauh!”
Mereka berkata: “Kami bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah.” Lalu mereka mengeluarkan lauh-lauh itu dan menyerahkannya kepada beliau.
Dilihatnya bertuliskan Ibrani. Kemudian Nabi saw., memanggil Ali Amirul Mukminin dan berkata: “Di hadapanmu ini, di dalamnya terdapat ilmu awal dan ilmu akhir, ialah lauh-lauh Musa as. Tuhanku telah memerintahkan aku agar menyerahkannya kepadamu.”
Ali as., berkata: “Ya Rasulullah, aku tidak bagus membacanya.”
Nabi saw., berkata: “Sesungguhnya Jibril menyuruhku agar memerintahkanmu untuk kamu membuka ini di malam hari hingga pagi hari, dan sungguh kamu bisa membacanya.”
Maka ia (Ali as.) membukanya hingga pagi hari. Allah telah mengajari ia segala sesuatu di dalamnya. Lalu Rasulullah saw., menyuruh ia agar menyalinnya. Maka ia menyalinnya di kulit kambing. Itulah al-Jafr. Di dalamnya terdapat ilmu awal dan ilmu akhir. “Lauh-lauh itu dan tongkat Musa as., ada pada kami, dan Nabi saw., telah meninggalkan warisan kepada kami.”
Ibnu Abbas berkata: “Imam Ali as., dikaruniai sembilan puluh persen ilmu, dan ia orang yang paling mengetahui sepuluh persen sisanya. Ia telah menyusun kitab al-Jafr al-Jami’ tentang rahasia-rahasia huruf, di dalamnya memuat apa yang terjadi pada orang-orang dahulu dan yang akan terjadi pada orang-orang belakangan. Di dalamnya terdapat nama agung Allah, mahkota Adam, cincin Sulaiman dan hijab Asif. Para imam ar-rasihkhun dari anak keturunannya mengetahui rahasia-rahasia kitab rabbani dan inti yang bercahaya ini. Ialah seribu tujuh ratus sumber, yang dikenal dengan “al-Jafr al-Jami'” dan “an-Nur al-Lami'”, adalah sebuah lauh qadha dan qadar. Kemudian Imam Husain as., mewarisi ilmu huruf dari ayahnya, kemudian Imam Zainul Abidin as., mewarisi dari ayahnya, kemudian Imam Muhammad al-Baqir as., mewarisinya dari ayahnya, kemudian Imam Ja’far ash-Shadiq as., mewarisi dari ayahnya, dan dialah yang menyelami dasar-dasarnya yang dalam, mengeluarkan mutiara-mutiaranya dari peti-peti rahasianya, mengurai teka-teki simbolnya dan membuka segel-segel kekayaannya yang tersimpan. Ia telah menyusun al-Khafiyah al-Bab al-Kabir dan abjad sampai qarsyat dalam al-Bab al-Kabir. Dinukil bahwa ia berbicara dengan kesamaran rahasia-rahasia dan ilmu-ilmu hakiki, meskipun ia berumur tujuh tahun.”
(Dikutip dari buku “Ramalan Akhir Zaman Imam Ali bin Abi Thalib” dengan sedikit penambahan)
Artikel Terkait: Keutamaan Rasulullah SAW di Atas Semua Makhluk