Berita
Pesan Persatuan pada Milad Imam Ali di Berbagai Daerah
Memperingati hari kelahiran (Milad) Imam Ali bin Abi Thalib mulai mendapat sambutan hangat di bumi pertiwi. Terpantau, masyarakat Muslimin di berbagai daerah seperti Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Jawa Timur mengadakan peringatan Milad ‘Putra Ka’bah’ ini.
Bicara tentang Islam, tak lepas dari sosok Imam Ali. Ia adalah ayah dari dua pemuda penghulu surga, Hasan dan Husein. Suami dari wanita penghulu surga, Fatimah Az Zahra. Menantu, orang terdekat, sekaligus orang pertama dari kaum laki-laki yang mengakui Muhammad sebagai utusan Allah.
Sejak kecil hingga dewasa Imam Ali berada dalam bimbingan dan asuhan Nabi. Apa pun yang diterima nabi dari Allah diajarkan kepada Imam Ali.
Sehingga dalam sabdanya, rasul berkata: “Akulah kota ilmu dan Ali adalah pintunya. Siapa yang menginginkan kota (ilmuku), maka datangilah dari pintunya”. Ringkasnya, beliaulah insan terbaik sepeninggal rasulullah. Hal ini dipertegas dalam banyak riwayat lain.
Ketegasan rasul salah satunya tertuang dalam sabda: “Barangsiapa menganggap aku sebagai pemimpinnya, maka terimalah Ali sebagai pemimpinnya.”
Setiap ilmu dan wahyu yang diterima rasulullah tak terlewat sedikitpun diajarkan kepada Imam Ali. Dari satu cabang ilmu yang diterima kemudian dikembangkan menjadi banyak cabang.
Dalam riwayat disebutkan, “Tanyailah aku tentang jalan-jalan yang ada di langit. Karena sesungguhnya demi Allah aku lebih mengetahui jalan-jalan yang ada di langit dibandingkan jalan-jalan yang ada di bumi.”
Ungkapan tersebut menegaskan keluasaan pengetahuan Imam Ali. Lebih mengetahui jalan-jalan di langit bukan berarti kurang mengetahui jalan-jalan di bumi. Kalau sesuatu yang jauh, sulit dilihat saja bisa diketahui, apalagi yang tampak, tentu lebih mudah.
Dengan kata lain, pengetahuan Imam Ali melintasi batas pengetahuan manusia biasa. Tentu semua itu didapat dengan upaya yang juga tak biasa.
Sebuah keniscayaan, bagi seorang pendamba jalan kebenaran akan mengikuti jejak Imam Ali. Sebagaimana mengikuti jejak Rasulullah sebagai pendahulunya.
Budaya Maulid/Milad khususnya peringatan kelahiran rasulullah sudah membudaya di Indonesia. Akan tetapi lain dengan Milad Imam Ali, yang masih jarang diperingati di negeri ini.
Memperingati Milad Imam Ali tak kalah penting dengan peringatan Milad Rasulullah. Karena hakikatnya, mengenal Imam Ali adalah jalan mengenal rasulullah (seperti sabda rasul di atas: Aku kota Ilmu, Ali adalah pintunya) dan mengenal rasulullah adalah jalan mengenal Allah.
Perlahan, peringatan Milad Imam Ali mulai bermunculan. Di Kalimantan, masyarakat Muslim dari organisasi Ahlulbait Indonesia (ABI) daerah Kalimantan Timur mengadakan Milad Imam Ali pada hari Selasa (11/4/17).
Di Kaltim, Milad Imam Ali digelar dengan tujuan mengenal sosok agung Amiril Mukminin Ali bin Abi Thalib, sang pahlawan Khandaq dan khaibar.
Sebagai penceramah acara itu, Sayyid Thoha Musawa menyampaikan tentang kemulian dan keagungan Imam Ali. Menurutnya, proklamasi pada peristiwa Ghodir Khum merupakan bukti keagungan Imam Ali sebagai penyempurna nikmat Allah kepada hamba-NYA sebagaimana ditegaskan dalam Firman-NYA.
Sementara itu di Kalimantan Barat, peringatan Milad Imam Ali dilaksanakan hari Kamis (13/4/17). Diselenggarakan olah ABI Kalimantan Barat. Acara digelar dengan tujuan sama, yakni mengenalkan keutamaan Imam Ali, dan pentingnya menjaga persatuan. “Kita mengakui setiap kita mempunyai perbedaan. Tapi kita hidup di ruang yang sama. Toleransi itu penting untuk bekal menuju Indonesia damai,” kata Muhammad Darwin selaku ketua DPW ABI Kalimantan Barat menyampaikan pesan Milad.
Sayyid Ahmad Al-Muthahhar sebagai penyampai tausiyah saat itu menyampaikan pesan tentang ajaran Imam Ali, yakni ajaran persatuan.
Di Sulawesi, peringatan Milad Imam Ali juga digelar ormas ABI Sulawesi Selatan. Kegiatan berlangsung hari Senin (10/4/17) dengan menghadirkan Dr Hakimelahi (Direktur ICC Jakarta) sebagai penceramah.
Menurutnya, Imam Ali merupakan sosok yang memiliki semua sifat-sifat kenabian dalam dirinya.
Di Sulawesi Tenggara, Peringatan Milad Imam Ali juga digelar. Sekjen DPP ABI ustaz Ahmad Hidayat hadir menyampaikan ceramah saat itu. Beliau menerangkan, keteladanan Imam Ali patut dicontoh, khususnya dalam hal berdakwah. “Berdakwah jangan arogan, dan mengutamakan persatuan antar umat beragama,” Pesannya.
Di Jawa Timur, Peringatan Milad Imam Ali dilaksankan hari kamis (13/14/17). Acara diselenggarakan di tempat pengungsian Muslim Syiah Sampang yaitu Rumah Susun Jemundo, Sidoarjo.
Ustaz Abdillah Baabud dalam tausiyahnya di Rusun meyampaikan tentang keutamaan Imam Ali dan konsekuensi menjadi Syiah (pengikut) Imam Ali.
Sementara itu, di Jakarta peringatan Milad Imam Ali juga terselenggara di Yayasan Fatimah, Condet, Kramat Jati, Jakarta Timur pada hari Sabtu (15/4/2017), dan di Islamic Cultural Center (ICC), Jakarta Selatan pada hari Senin (10/4/2017) serta beberapa tempat lainnya.
Imam Ali lahir sekitar 13 Rajab 23 Pra Hijriah/ 599 Masehi dan wafat 21 Ramadan 40 Hijriah/ 661 Masehi.
Imam Ali wafat terkena sambaran pedang Abdurrahman bin Muljam Al-Muradi ketika shalat subuh di masjid. Ironisnya, pembunuh Imam Ali dikenal sebagai orang Islam, umat Nabi Muhammad, serta penghafal Al-Quran.
Munculnya kelompok Islam radikal, yang jauh dari nilai-nilai kebenaran dalam Islam memang sudah tergambar sejak zaman Imam Ali. Pembunuh Imam Ali dan para penentang kebenaran berjubah Islam pada zaman itu, sudah tiada. Akan tetapi sifat dan perilaku mereka akan tetap hidup dan terwariskan kepada anak cucunya hingga kini.
Dengan berkendara hawa nafsu, gila kuasa, dan upaya menumpuk harta, para preman berjubah agama senantiasa bekerja memutarbalikkan fakta, mengadudomba, mengorbankan keutuhan bangsa, demi tercapai tujuannya.
Meneladani Imam Ali adalah meneladani jalan ilahi, yang senantiasa mengusung persatuan, dan persaudaraan sebagaimana pesan Imam, “dia yang bukan saudaramu dalam Iman, adalah saudara dalam kemanusiaan”.
(Zen/Malik)