Akhlak
Pesan Imam Khomeini untuk Kaum Milenial
Sebagai tokoh Revolusi, Imam Khomeini sudah pasti banyak merasakan asam garam kehidupan. Setiap tapak yang dilaluinya untuk menegakkan Revolusi Islam merupakan jejak-jejak yang sudah selayaknya diikuti kaum muda.
Terkait kaum muda, Imam berpesan agar mengambil kesempatan untuk memperbaiki jiwa. Sebab, menurut beliau, kaum muda lebih dekat ke dunia spiritual ketimbang generasi tua. Selain itu akar-akar kejahatan dalam diri mereka masih lemah dan belum berkembang sekuat orang tua. Kalau bahasa jaman sekarang, orang tua sudah banyak karatnya (kejahatannya) dibanding anak muda. Kendati orang tua lebih dulu dalam hal ibadah.
Jika perbaikan terhadap jiwa anak-anak milenial ini ditunda niscaya akar kejahatan akan melekat dan semakin kuat hari demi hari. Hal seperti ini biasanya juga diibaratkan dengan debu yang menempel di kaca yang akan lebih mudah dibersihkan setiap hari daripada menunggu sampai menjadi karat.
Maka Imam menekankan untuk tidak menunda-nunda perbaikan jiwa. Bahkan idealnya dimulai, saat ini, detik ini juga.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyesuaikan hidup sesuai ajaran Nabi Muhammad saw. Sebab Rasulullah saw lah yang mengetahui jalan terbaik. Beliau itu “tabib” yang mengetahui jalan untuk meraih “kesehatan”. Jika ingin “sehat” maka satu-satunya cara ialah mengikuti langkahnya.
Sebagai umat Muslim tentu tak ada lagi contoh paling sempurna jiwanya selain Nabi Muhammad saw. Maka mengikuti langkahnya merupakan satu-satunya cara untuk dapat membersihkan jiwa yang setiap hari dibombardir bujuk rayu kejahatan.
Nah, secara bertahap, kaum milenial harus melepaskan diri sendiri dari keinginan-keinginan egosentrisnya. Perkara ini jelas tidak semudah membalik telapak tangan. Namun kita juga paham bahwa ego tak akan lepas dengan sendirinya. Meski sulit, bukan berarti itu mustahil.
Setelah mampu melepaskan ego secara perlahan, kemudian mencoba untuk tidak terbelenggun duina materi. Tahap ini merupakan tantangan paling sukar. Sebab hal ini merupakan perkara yang paling tampak dan menjadi patokan banyak hal. Namun, dunia materi seperti air laut, semakin diminum akan semakin haus. Karenanya, dahaga jiwa tak akan pernah sirna dengan lautan materi.
Apalagi pada akhirnya, dunia materi akan lenyap. Satu-satunya yang akan bertahan pada Hari Akhir nanti adalah yang berkaitan dengan Allah:” … apa yang di sisimu akan lenyap, apa yang di sisi Allah akan kekal.” (QS an-Nahl: 96)
Manusia memiliki apa yang ada “pada dirinya” dan juga memiliki apa yang ada “pada Allah.” Yang ada pada dirinya merupakan hasil keasyikannya pada dirinya sendiri dan akan musnah. Namun apapun yang ia miliki berkaitan dengan Allah Swt akan bertahan, karena Dia al-Baqi (Maha Abadi)
Sumber: Imam Khomeini, Rahasia Basmalah