Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Persaudaraan dan Persatuan Islam, Kunci Kemenangan dan Kekuatan Umat

Jakarta – Meningkatnya eskalasi di Timur Tengah pasca terbunuhnya Komandan Militer Iran Qassem Soleimani oleh serangan licik militer Amerika Serikat (AS) mencerminkan kenyataan bahwa rezim AS sudah sangat takut terhadap pengaruh Iran di kawasan Asia Barat (Timur Tengah) yang kian signifikan.

Demikian diungkap Dr. Ammar Fauzi dalam acara seminar bertema “Setelah 41 tahun Revolusi Islam Iran” di Wahid Institute, Menteng, Jakarta pada Kamis (6/11).

Lebih lanjut, Kepala Deputi Riset Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra itu mengatakan bahwa di kancah internasional, isu perpecahan umat Islam di antara dua mazhab arus utamanya, yaitu Syiah dan Ahlusunnah, merupakan isu yang sengaja diangkat, digagas, dan dipertahankan oleh rezim Amerika Serikat dan para sekutunya agar umat Muslim terpecah belah dan lemah.

“Amerika takut jika Islam bersatu, maka akan menjadi sangat kuat, karena itu, isu-isu strategis Iran dalam merangkul kekuatan umat Islam menjadi sangat relevan. Iran tak pernah mempersoalkan [isu] terkait Sunni-Syiah. Iran lebih cenderung mengangkat syiar wahdah islamiyah (persatuan Islam-red.).”

Dalam konteks mempertahankan daulat dan kemandiriannya di hadapan rezim arogan Amerika Serikat, Amnar mengungkapkan bahwa Iran cukup cerdik dalam menarik simpati sehingga mampu menjalankan proxy war di Timur Tengah.

Ada beberapa isu yang sangat strategis terkait bagaimana Iran membangun hubungan kerjasama dan kekuatannya dalam skala internasional. Menurut doktor filsafat lulusan Qom itu, Iran selalu konsisten berbasiskan umat Islam dan negara-negara Islam. Sampai sekarang Iran tetap komit memberikan dukungan moral maupun material kepada seluruh gerakan perlawanan terhadap Israel. Di sisi lain, pada saat bersamaan, tegas Ammar, monarki Arab Saudi mulai kehilangan pengaruhnya.

Acara seminar yang digelar The Midle East Institute, bekerjasama dengan Islamramah.co, itu juga nenampilkan narasumber lain. Di antaranya adalah cendekiawan NU sekaligus pengamat Timur Tengah, Zuhairi Misrawi. Intelektual muda yang akrab disapa Gus Mis itu menghimbau pemerintah Indonesia untuk memperluas hubungan kerjasama dengan Republik Islam Iran dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan kebudayaan. Iran, menurut Gus Mis, adalah negara yang sangat maju di ranah ilmu pengetahuan terutama pasca Revolusi Islam di Iran tahun 1979. “Banyak hal yang sedang dikerjasamakan. Jadi tinggal bagaimana ini diperbaiki dan dikembangkan,” ujarnya.

Gus Mis menambahkan bahwa penganut mazhab Ahlulbait yang berada di Indonesia kerap menjadi sasaran fitnah dan ujaran kebencian. Ia mengingatkan tentang persaudaraan sesama anak bangsa. Sebagai negara yang mayoritas Muslim, lanjutnya, maka warga negara juga harus bisa membangun persaudaraan keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan. Sembari mengutip kalimat hikmah Imam Ali as, Gus Mis mengingatkan “Kalau kita tidak satu agama, kita sesama manusia, itu!”

“Sesama muslim kita harus bersaudara. Sesama Indonesia dan sebangsa juga bersaudara. Maka kata kuncinya adalah persaudaraan,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Gus Mis meminta pemerintah menindak tegas dan cepat turun tangan terkait kasus ujaran kebencian dan ajakan kekerasan yang menyebar di mana-mana. Karena semua itu melanggar undang-undang.

 

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *