Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Perjuangan Sayyidah Fatimah Dalam Menjaga Wilayah

Sebesar-besarnya nikmat yang diberikan Allah SWT kepada manusia adalah nikmat wilayah kepada Ahlul Bait. Hal itu disampaikan ustad Alamsyah Manu pada acara peringatan Syahadah Sayyidah Fatimah di Pesantren Darut Taqrib Jepara, Malam Rabu (22/1/2019).

“Identittas kita yang tidak boleh dilupakan adalah karena kita seorang pengikut Ahlul Bait. Sebuah kenikmatan yang tidak tidak bisa dibandingkan dengan apapun. Bisa jadi inilah kenikmatan yang murni Allah berikan bukan karena amal baik kita. Inilah yang dinamakan dengan fadl, keutamaan,” katanya.

Menurutnya, banyak sisi yang bisa dipelajari dari putri nabi itu, terutama peran Fatimah dalam menjaga wilayah sepeninggal ayahnya. Yaitu ketaatan umat kepada Imam Ali yang ditunjuk oleh Nabi untuk ditaati. Istri Imam Ali itu menanggung beban berat saat mengingatkan umat akan wilayah suaminya.

Sebagaimana para mufasir menyebutkan, bahwa bunyi ayat: “Sesunggunya wali kalian adalah Allah, RasulNya dan orang-orang beriman, yang mendirikan shalat dan memberikan zakat (sedekah) pada saat sedang ruku. (Qs. Al Maidah: 55), asbabun nuzul ayat ini adalah diturunkan untuk imam Ali as.

“Dalam ziarah harian pada hari Ahad, kita membaca ziarah kepada Sayyidah Fatimah, disebutkan bahwa Sayyidah Fatimah adalah orang yang telah diuji oleh Allah “Mumtahanah” dan dia bersabar dengan ujian yang diberikan. Yang tidak kita ketahui ujian seperti apa? dan kapan?” Tambahnya.

Ustad dari Nusa Tenggara Timur (NTT) itu melanjutkan bahwa di alam lain kita pernah ditanya tentang siapa Tuhan kita kemudian bersumpah bahwa Allahlah tuhan kita.

“Mungkin di alam sana, Sayyidah Fatimah selain disumpah juga diuji oleh Allah, kemudian mendapatkan maqom tersendiri dibanding manusia lainnya. Sehingga memiliki peran yang berbeda dengan manusia lainnya ketika di dunia,” Paparnya.

Baca juga: Wawancara – Pentingnya Mengenalkan Fathimah Az-Zahra Di Hari Perempuan Sedunia

Sebagaimana Imam Hasan Al Asykari berkata; “Kami adalah hujjah Allah untuk kalian sedangkan bunda kami Fatimah adalah hujjah bagi kami sekalian.”

Lanjutnya, Melihat sayyidah Fatimah tidak sekedar melihat seorang wanita yang yang meninggal pada usia muda sekitar 18 tahun, seperti disebutkan dalam satu riwayat, namun seorang ibu yang mengetahui apa yang akan terjadi pada putranya di Karbala, apa yang akan terjadi pada dirinya sepeninggal ayahnya dan apa yang akan menimpa rumahnya kelak.

“Tentunya dengan pengetahuan seperti itu, karena Fatimah memiliki kedudukan mulia di sisi Allah,” katanya.

Pelajaran lain, lanjutnya, perjuangan Fatimah ketika menuntut haknya selaku pemilik tanah Fadaq, sebidang tanah hadiah dari ayahnya.

Seorang wanita di usia muda, yang sebelumnya tidak pernah keluar rumah, dan sekarang dengan membawa kedua putranya yang masih kecil keluar rumah demi menuntut haknya, tentunya bukan karena nafsu tapi perjuangan menuntut hak.

“Selama hidup Sayyidah Fatimah berjuang untuk mempertahankan wilayah. Pasca meninggal ayahnya beliau keluar rumah berkeliling mengingatkan masyarakat akan wilayah suaminya pada peristiwa Ghodir Khum. Ia mengetuk dari pintu ke pintu dengan membawa putra kecilnya. Sebuah Upaya mempertahankan dan mengingatkan masyarakat akan wilayah yang menjadi haknya, sebagai kewajiban seorang hujjah bagi manusia,” katanya.

Manusia mulia seperti Fatimah sampai harus menderita dan rusuknya patah, hanya demi ingin mengingatkan siapa beliau dan posisinya di tengah umat.

“Dialah simbol penjaga wilayah, mengingatkan umat bahwa wilayah senantiasa dimiliki oleh Ali bin Abi Thalib dan anak keturunannya.” Pungkasnya. (Muh)

Baca juga: Kunjungi Kementerian PPPA, Muslimah ABI Perkenalkan Figur Fathimah Az-Zahra

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *