Berita
Perjalanan Pilu Keluarga Nabi
Selepas peristiwa Karbala, kepala para syuhada Karbala dan kaum wanita keluarga Nabi saw diarak di jalan-jalan kota Kufah. Mereka dihinakan, diperlakukan tidak terhormat. Ranta-rantai mengikat kaki, tangan, dan leher keluarga Nabi saw. Setelah puas melakukan tindakan biadab itu, pada 24 Muharram, mereka menggiring keluarga Nabi saw ke Syam (Damaskus).
Ubaidillah bin Ziyad memerintahkan Zuhair bin Qais, Abu Burdah bin Auf Azdi dan Thariq bin Ziyan Azdi untuk membawa kepala suci Imam Husain as berserta para syuhada Karbala lainnya lebih dulu ke hadapan Yazid bin Muawiyah di Damaskus.
Namun, melalui suratnya, Yazid memerintahkan Ibnu Ziyad untuk membawa kepala suci Imam as dan para pendukungnya beserta para wanita dan anak-anaknya ke Damaskus. Ibnu Ziyad kemudian menyerahkan kepala suci Imam Husain as dan Ahlul Baitnya kepada Mehfar bin Tsa’labah.
Para tawanan diperlakukan layaknya kaum musyrikin, sementara warga Kufah berduyun-duyun menonton keluarga Nabi Saw beserta kepala para syuhada diarak menuju Damaskus.
Baca juga Kisah Perjalanan Imam Husain as dari Madinah ke Padang Karbala
Imam Muhammad Baqir as mengatakan, “Aku bertanya kepada ayahku, Imam Ali Zainal Abidin as, bagaimana beliau dibawa dari Kufah ke Damaskus?”
Ayahku menjawab, ‘Mereka menempatkanku di atas unta tanpa pelana, menancapkan kepala suci ayahku di ujung tombak, dan para wanita yang dinaikkan di atas keledai tanpa pelana, diarak di belakangku. Seklompok serdadu dengan tombak menghunus, mengelilingi kami dari segala sisi, dan kalau ada seorang dari kami menangis, mereka akan memukul kepala-kepala kami dengan tombak. Begitulah kami diperlakukan sampai tiba di Damaskus.’”
Saat tiba di Nasibin, Manshur bin Ilyas memerintahkan agar kota dihiasi cermin untuk memperindah kota. Namun, ketika hendak memasuki kota, kuda-kuda pasukan yang membawa kepala suci Imam Husain as itu menolak. Kuda-kuda itu berhenti dan tak mau menuruti perintah penunggangnya untuk memasuki kota.
Berkali-kali dicoba, namun hasilnya tetap sama. Hingga kepala suci Imam Husain as terjatuh ke tanah. Saat itulah Manshur mengambil kepala itu dan mengamatinya dengan seksama. Setelah mengetahui pemilik kepala itu, ia sontak mengutuk para tentara Kufah.
Baca juga Cuplikan Kisah Tawanan Ahlulbait di Kufah
Melihat peristiwa itu, penduduk kota berusaha merampas kepala itu dari pasukan yang membawanya, membunuh mereka, dan menempatkan kepala suci itu di luar kota.
Dalam Qamqam Zakhar, disebutkan bahwa, “Di kota inilah kepala Imam as dipertontonkan kepada para penduduk. Sayyidah Zainab Kubra as melihat pemandangan yang sangat mengoyak hati itu. Beliau pun larut dalam kepiluan mendalam dan menembangkan syair:
Kami dipaksa jadi tontonan massa
Padahal Allah anuerahkan wahyu pada kakek kami
Kalian telah kafir pada Raja Penguasa Arasy dan Nabi-Nya
Seakan tak pernah datang Nabi yang diutus pada masa ini
Wahai kalian umat terburuk!
Esok paginya, para tawanan tiba di ‘Ayn al-Wardah. Penguasa kota itu telah mengetahui kabar kedatangan rombongan pasukan yang membawa tawanan dan kepala suci Imam Husain as. Ia pun mematuhi perintah para tentara.
Di kota ini, baik penduduk dan penguasanya, bersedia mematuhi prrintah untuk mengarak kepala suci Imam Husain as di setiap sudut kota. Mereka memasuki kota melalui Gerbang Arba’in. Kepala suci Imam as dipertontonkan di alun-alun kota kepada khalayak, mulai pagi hingga petang hari.
Beberapa orang terlihat senang karena tak mengenal pemilik kepala suci itu dan menganggapnya milik orang asing atau pemberontak. Namun, sebagian lainnya menangis dan meratap penuh pilu.
Innalillahi wa inna ilayhi raji’un….
Ali Nazari Munfarid, Karbala: Kisah Kesyahidan Cucu Nabi saw, al-Husain as