Berita
Perintah agar Berpegang Teguh pada Kitab Allah dan Ahlulbait
Perintah agar Berpegang Teguh pada Kitab Allah dan Ahlulbait dalam Kitab Ahlusunah
Diriwayatkan dari Zaid bin Arqam ra bahwa Rasulullah saw bersabda, ”Sesungguhnya telah kutinggalkan untuk kalian tsaqalain (dua peninggalan yang berharga). Apabila kalian berpegang teguh pada keduanya, niscaya kalian tidak akan tersesat sepeninggalku; salah satunya lebih besar daripada yang lain, yaitu Alquran yang diturunkan Allah Azza Wajalla, sebagai pegangan kokoh yang terbentang dari langit ke bumi, dan Ahlulbaitku. Keduanya tidak akan terpisah hingga datang kepadaku di telaga Haudh. Oleh karena itu, hendaklah diperhatikan bagaimana kalian memperlakukan diriku atas keduanya.” (HR. Tirmidzi, dan ia mengatakan bahwa hadis ini berkualitas hasan-gharib)
Zaid bin Arqam ra juga meriwayatkan, “Rasulullah saw berdiri di tengah-tengah kami dan berkhotbah, ‘Wahai sekalian manusia, sesunggulmya aku adalah manusia juga. Tak lama lagi, utusan Tuhanku akan datang [untuk menjemputku] dan aku pun akan menyambutnya. Sesungguhnya, telah ku tinggalkan untuk kalian dua peninggalan yang berharga. Yang pertama adalah kitab Allah; di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya. Oleh karena itu, berpegang-teguhlah kalian pada kitab Allah Azza Wajalla dan jadikanlah ia [pedoman kalian].’ Rasulullah saw memerintahkan umatnya agar berperang pada Alquran. Kemudian beliau melanjutkan, ‘Dan [yang kedua adalah] Ahlulbaitku. Kuingatkan kalian kepada Allah tentang Ahlulbaitku (beliau mengucapkannya tiga kali).”
Kemudian Zaid ditanya, ‘Siapakah Ahlulbait beliau? Bukankah istri-istri beliau juga termasuk Ahlulbait beliau?’ Zaid menjawab, ‘Tentu, istri-istri beliau termasuk keluarga beliau. Akan tetapi, yang beliau maksud dengan Ahlulbait adalah orang-orang yang diharamkan atas mereka menerima sedekah sepeninggal beliau.’ Kemudian Zaid ditanya lagi, ‘Lalu siapakah Ahlulbait itu?’ Zaid menjawab, ‘Mereka adalah keluarga Ali, keluarga Ja’far, keluarga Aqil dan keluarga Abbas.’ Kemudian ia ditanya lagi, ‘Apakah mereka semua tidak boleh menerima sedekah?’ Zaid menjawab, ‘Benar.’” (HR. Muslim)
Ahmad bin Yahya bin Jabir Baladzuri menjelaskan [1] makna hadis ini dengan berdasar pada hadis yang diriwayatkan dari Abu Sa’id yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya, tak lama lagi aku akan dipanggil [menghadap Tuhanku] dan aku akan menyambutnya, dan sesungguhnya aku telah meninggalkan untuk kalian dua peninggalan yang berharga, yaitu kitab Allah dan Itrahku. Kitab Allah merupakan pegangan kokoh yang terbentang dari langit ke bumi, sedangkan [yang ku maksudkan dengan] Itrahku adalah Ahlulbaitku. Sesungguhnya Tuhan Yang Maha Penyayang dan Maha Mengetahui memberitahukan kepadaku bahwa keduanya tidak akan terpisah hingga mendatangiku di telaga Haudh. Oleh karena itu, perhatikanlah bagaimana kalian memperlakukanku atas keduanya.”
Diriwayatkan dari Abdul Aziz dengan sanad yang bersambung kepada Nabi saw, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Aku dan Ahlulbaitku adalah sebuah pohon di surga, sedangkan batang dan cabang-cabangnya berada di dunia. Oleh karena itu, barangsiapa berpegang teguh pada kami, berarti ia telah mengambil jalan ke surga.”[2] (HR Abu Sa’d dalam Syarf an-Nubunwah)
Dikutip dari buku Syekh Muhibbudin Ath-Thabari, Penghargaan Ahlusunnah atas Ahlulbait
Catatan Kaki
- Ansabul-Asyraf karya Ahmad bin Yahya bin Jabir Baladzuri (W.779 H), bagian biografi Rasulullah saw dan biograifi Amirul Mukminin Ali kw. Diverifikasi oleh Muhammad Baqir Mahmudi, Beirut, Muassasah al-A’lami li al-Mathbu’at, cetakan pertama, tahun 1394 H.
- Al-Bidayah wan-Nihayah karya Ismail bin Umar bin Katak Dimasyqi Abul Fida’ (w .774 H), Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, cetakan keempat, tahun 1408 H.