Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Perbedaan Antara Nabi dan Rasul

Di dalam bahasa Arab tidak ada kata terpisah untuk istilah Nabi dan Rasul. Perbedaan antara Nabi dan Rasul adalah bahwa derajat kenabian lebih rendah dari derajat kerasulan. Seorang Nabi adalah orang yang menerima hukum syariat, yang dapat berisi mengenai keyakinan (‘aqaid), kehidupan Nabi itu sendiri, umatnya, atau keduanya.

Definisi ini merupakan definisi dasar dari kenabian, meskipun Nabi juga diberitahu tentang hal lainnya. Turunnya hukum syariat dapat secara langsung, atau melalui perantara seperti malaikat. Sedangkan Rasul adalah Nabi yang menerima hukum ilahi yang berkaitan dengan dirinya sendiri dan orang-orang selain dirinya. Dengan demikian,
setiap Rasul (manusia) adalah Nabi tetapi tidak semua Nabi adalah Rasul. Selain itu, setiap Nabi yang disebutkan Alquran bersama umatnya adalah Rasul.

Maka ketika Alquran menyatakan bahwa Muhammad adalah Nabi terakhir (QS. al-Ahzab:40), dengan merujuk pada definisi di atas, ia juga adalah Rasul terakhir.

Perhatikanlah bahwa kata ‘manusia’ dalam definisi Rasul sangat penting karena Alquran juga menggunakan istilah ’Rasul’ untuk malaikat yang memberi perintah atas kehendak Allah SWT.

Allah memilih Rasul-Rasul dari kelompok malaikat dan dari kelompok manusia, karena Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. al-Hajj : 75)

Telah datang kepada Nabi Ibrahim Rasul-Rasul kami dengan membawa berita gembira. Mereka berkata, “Selamat!” Ibrahim menjawab, “Selamat” Segera ia membawa daging sapi panggang. (QS. Hud : 69)

Ketika Rasul-rasul kami menemui Luth, ia merasa bersedih karena mereka dan merasa tidak berdaya (untuk melindungi) mereka. Ia berkata, “Ini adalah hari yang sukar.” (QS. Hud : 77)

(Malaikat itu) berkata, “Wahai Luth, kami adalah utusan dari Tuhanmu…” (QS. Hud : 81)

Lihat juga al-A’raf: 37, al-Hijr: 57 dan 61, Maryam: 19, al-Ankabut: 31-33.

Bagaimanapun, seorang Nabi adalah manusia. Tidak ada malaikat yang dapat disebut Nabi. Dengan demikian setiap Rasul adalah Nabi tetapi setiap Nabi belum tentu seorang Rasul.

Jumlah Rasul lebih sedikit dari jumlah Nabi dan setiap Rasul menerima sebuah kitab, tetapi hanya beberapa Nabi yang menerima kitab. Selain itu, karena ia harus meyakinkan umatnya untuk menerima ajaran baru dengan amalan-amalan yang baru, tugas seorang Rasul lebih berat daripada tugas seorang Nabi. Inilah kenyataan utama bahwa kebutuhan, pikiran dan kemampuan umat berubah, dan menerima sebuah agama baru bukan suatu tugas yang mudah. Di sinilah, perintah-perintah agama baru seorang Nabi adalah untuk dirinya sendiri (kecuali jika ia seorang Rasul). Tentunya seorang Nabi mengajak umat menuju Allah SWT, tetapi ia tidak membuat amalan-amalan baru bagi umat itu. Intinya, jika seorang Nabi bukan seorang Rasul, umat yang ia ajak untuk menuju Allah SWT akan diperintah untuk mengikuti kebiasaan dan amalan Rasul sebelumnya.

Di antara para Rasul, ada lima orang yang lebih tinggi daripada Rasul lainnya. Sebagaimana yang mungkin anda ketahui, perbedaan satu-satunya antara kelima orang Rasul ini dari Rasul-Rasul lainnya adalah bahwa mereka ditunjuk secara menyeluruh (untuk seluruh umat manusia pada zamannya), sedang Rasul-Rasul lainnya ditunjuk untuk suatu daerah tertentu (hanya satu wilayah atau suatu tempat). Kata ‘alamin dan atau jami’an telah digunakan Alquran untuk Nabi Isa dalam mendukung gagasan ini.

Suatu kali seorang Bahai menyatakan bahwa para Rasul (yang datang sebelum imam terakhir) hanyalah lima Rasul yang memiliki kitab. Tetapi sisanya adalah para Nabi, Hal ini tidak benar Karena Alquran menyatakan bahwa Nabi Daud memiliki kitab Zabur tetapi ia tidak termasuk kedalam lima rasul besar (ulul azmi). Ia adalah seorang rasul karena membawa kita bagi umatnya.

Dikutip dari buku Antologi Islam

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *