Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Peran Sayyidah Zainab Kubra di Arbain Husaini

Arbain mengingatkan umat akan perjuangan dan gugurnya Imam Husain berserta pengikutnya di Padang Karbala di hari Asyura. Arbain menguak keberanian dan pengorbanan mereka yang bersedia mengorbankan segala sesuatu, bahkan nyawanya demi menjaga dan melindungi agama Islam beserta Alquran. Selama hidupnya pahlawan Karbala hanya menuntut kebenaran.

Di peristiwa heroik Karbala hingga Arbain, peran Sayidah Zainab Kubra, putri Ali dan saudari Imam Husain sangat menonjol. Beliau selama berada di tawanan penguasa zalim, aktif menyadarkan masyarakat akan kebenaran Islam dan menghapus pendidikan kotor serta menyimpang penguasa. Zainab meski menjadi tawanan, tak henti-hentinya menjelaskan hakikat perjuangan Imam Husain kepada umat Islam.

Kebangkitan Imam Husein hingga kini menjadi bahan renungan kita. Setelah kesyahidan Imam Husein dan pengikutnya di padang Karbala, bagaimana nasib umat Islam? Apakah kesyahidan Imam Husein dan pengikutnya membangkitkan hati nurani dan kesadaran umat Islam ? Apakah penguasa lalim Dinasti Umayah menghalangi penyebaran pesan Asyura ? Realitasnya ketakutan yang diciptakan oleh dinasti Umayah terhadap masyarakat ketika itu menjadikan para pencinta Ahlul Bait dalam kondisi yang sulit.

Di sisi lain, Bani Umayah berupaya menyelewengkan peristiwa Karbala demi kepentingan melanggengkan kekuasaannya. Dalam situasi dan kondisi demikian diperlukan sikap yang bijak, sehingga sikapyang diambil bukan hanya memperjelas tujuan kebangkitan Imam Husein, tapi juga berpengaruh terhadap masyarakat. Kewajiban besar ini dijalankan oleh saudarinya, Sayidah Zainab dan putra Imam Husein, Imam Ali Zainal Abidin.

Peringatan Arbain pada hakikatnya menghidupkan perjuangan Imam Husein as. Dalam jangka waktu 40 hari pencerahan yang dilakukan Sayidah Zainab al-Kubra as dan Imam Sajjad as selama ditawan mampu membalikkan keadaan. Yazid yang awalnya merasa menjadi pemenang dalam peristiwa Karbala ini, terbalik menjadi tertuduh dan yang bertanggung jawab atas tragedi Karbala. Yazid kebingungan dan berusaha mencuci tangan dengan menjadikan Zaid bin Ziyad sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas peristiwa itu.

Kini mari kita saksikan rekaman sejarah dari pidato historis Sayidah Zainab di Kufah. Dengan pengawasan yang sangat ketat, iring-iringan tawanan perang bergerak menuju ke kota Kufah pada tanggal 11 Muharam 61 H. Mereka memasuki kota Kufah pada petang hari. Namun kemudian, Ibn Sa’ad melaporkan kejadian ini kepada Ibn Ziyad. Ia pun memerintahkan supaya menahan mereka di luar kota Kufah, sehingga pihak pemerintahannya bisa lebih matang dalam mempersiapkan perayaan kemenangannya. Mereka baru memasuki Kota kufah pada malam hari ke-12 Muharam 61 H.

Di pusat kota Kufah, di antara banyaknya rakyat Kufah, ia tengah menyiapkan serentetan pidatonya. Kemampuan yang dimiliki orator ulung ini mengingatkan kembali kepada mereka akan kefasihan ayahnya ketika berpidato.

Pidato Zainab, tidak hanya mengundang rakyat Kufah untuk meratapi dan menangisi musibah yang menimpa saudara dan keluarganya saja, namun dalam berbagai kesempatan, ia juga berorasi untuk menjelaskan tujuan revolusi agung itu.

Baca Khotbah Historis Sayyidah Zainab di Hadapan Ibnu Ziyad dan Warga Kufah

Basyir bin Khuzaim al-Asadi berkata: Aku melihat Zainab binti Ali as saat itu. Tak pernah kusaksikan seorang tawanan yang lebih piawai darinya dalam berbicara. Seakan-akan semua kata-katanya keluar dari lisan Amirul Mukminin Ali As. Kemudian ia memberi isyarat agar semuanya diam. Nafas-nafas bergetar. Suasana menjadi hening seketika. Zainab memulai untaian kata-katanya:

“Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam atas kakekku Rasulullah Muhammad Saw dan keluarga pilihannya yang suci dan mulia.

Wahai penduduk Kufah! Wahai para pendusta dan orang-orang licik. Untuk apa kalian menangis? Semoga aliran air mata kalian tidak akan pernah berhenti. Aku berharap jeritan kalian tidak akan pernah berakhir. Kalian ibarat wanita yang mengurai benang yang sudah dipintalnya dengan kuat namun kemudian kalian membuyarkannya kembali hingga bercerai-berai. Sumpah dan janji setia yang kalian lontarkan hanyalah sebuah makar dan tipu daya semata.

Baca Sayidah Zainab, Manifestasi Utuh Perjuangan

Ketahuilah, wahai penduduk Kufah! Yang kalian miliki hanyalah omong kosong, cela dan kebencian. Kalian hanya tampak perkasa di depan wanita tapi lemah di hadapan lawan. Kalian lebih mirip dengan rumput yang tumbuh di selokan yang berbau busuk atau perak yang terpendam. Ketahuilah bahwa kalian sendiri telah membuat nasib buruk terhadap hari akherat kelak dan alangkah kejinya perbuatan kalian yang telah membuat murka Allah dan kalian akan tinggal selama-lamanya di neraka.

Untuk apa kini kalian menangis tersengguk-sengguk? Ya, aku bersumpah demi Allah, perbanyaklah kalian menangis dan kurangilah tertawa kalian, sebab kalian telah mencoreng diri kalian sendiri dengan aib dan cela yang tidak dapat dihapuskan selamanya. Bagaimana mungkin kalian akan mampu untuk menghapuskan darah suci putra Nabi sedangkan orang yang kalian bunuh adalah cucu penghulu para nabi, poros risalah, penghulu pemuda surga, tempat bergantungnya orang-orang baik, pengayom mereka yang tertimpa musibah, menara hujjah dan pusat sunnah bagi kalian.

Ketahuilah, bahwa kalian sudah terjerembab dalam dosa yang sangat besar. Terkutuklah kalian! Semua usaha yang telah kau lakukan akan menjadi sia-sia, tangan-tangan jadi celaka, dan jual beli membawa kerugian. Rahmat-Nya tidak akan meliputimu karena kau telah membinasakan sendiri usaha-usaha kalian. Murka Allah telah Dia turunkan atas kalian. Kini hanya kehinaanlah yang akan selalu menyertai kalian.

Celakalah kalian wahai penduduk Kufah! Tahukah kalian, bahwa kalian telah melukai hati Rasulullah? Putri-putri beliau kalian gelandangkan dan pertontonkan di depan khalayak ramai? Darah beliau yang sangat berharga telah kalian tumpahkan ke bumi? Kehormatan beliau kalian injak-injak? Aku yakin bahwa apa-apa yang telah kalian lakukan adalah kejahatan yang paling buruk dalam sejarah yang akan disaksikan oleh semua orang dan tak akan pernah hilang dari ingatan.

Mengapa kalian mesti heran ketika menyaksikan langit meneteskan darah? Sungguh azab Allah di akhirat kelak sangat pedih.

Dan tidak akan ada seorang pun yang akan menolong kalian. Kalian jangan tertipu dengan kesempatan waktu yang telah Allah ulurkan ini. Sebab masa itu pasti akan datang dan pembalasan Allah tidak akan meleset. Tuhanmu menyaksikan semua yang kalian lakukan.”

Rakyat Kufah menangis tersedu-sedu setelah mendengar pidato itu. Mereka tertegun dan larut dalam duka dan tangisan yang tiada tara. Tangan-tangan mereka berada di mulut mereka. Khutbah ini sedemikian memberikan pengaruh yang sangat dalam kepada rakyat Kufah sehingga membuat mereka berubah, dan terdengar suara jeritan dan tangisan yang sangat memekik telinga dari segala penjuru, sehingga para wanitanya mengacak-acak rambut mereka dan memukul-mukulkan rambut ke wajah-wajahnya serta meronta-ronta.

Baca Khotbah Historis Sayyidah Zainab di Hadapan Yazid bin Muawiyah

Pidato Zainab yang yang ia sampaikan kepada penduduk Kota Kufah, telah memberikan kesadaran Rakyat Kufah yang tertipu oleh berita penguasa bahwa para kekasih Nabi Saw menemui kesyahidannya hanya karena mempertahankan akan hak kehalifahannya yang telah dirampas secara paksa dan memerangi pemerintahan tiran.

Dalam khutbah yang ia katakan, Zainab menyamakan orang-orang Kufah seperti wanita-wanita yang kurang mempunyai akal, yang telah bersusah payah menenun benang-benang dengan kuat, namun kemudian mereka mengurai lagi benang-benang yang telah mereka tenun. Perumpamaan ini sebagaimana firman-Nya:

“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi tercerai-berai kembali, sedang kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai sarana pengkhianatan di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain (dan kamu menjadikan banyaknya jumlah musuh sebagai alasan untuk membatalkan baiat dengan Rasulullah).” (Qs. an-Nahl [16]: 92)

Ayat ini merupakan perumpamaan yang paling baik dalam menggambarkan kepribadian penduduk Kufah. Orang-orang Kufah telah susah payah dalam menanam pepohonan di kebun-kebun dan ladang-ladang mereka dan mereka telah bersabar atas pekerjaan ini namun hasil jerih payah mereka dipersembahkan kepada musuh-musuh Islam. Demikian juga jalan-jalan yang mereka buat dengan memeras keringat telah dilewati oleh pembenci Ahlulbait As. Ini semua menunjukkan bahwa rakyat Kufah itu memang penduduk yang tidak menepati janji mereka sendiri dan juga menandakan ketidakrestinen mereka dalam berperilaku.

Berdasarkan riwayat, pada hari Arbain itu, Jabir bin Abdullah al-Anshari, seorang sahabat Nabi Muhammad Saw tiba di Karbala dan menjadi orang pertama yang menziarahi Imam Husein as. Ketika tiba di tempat itu, ia mengucapkan takbir (Allahu Akbar) sebanyak tiga kali dan setelah itu pingsan. Ketika sadar, dengan penuh cinta Jabir melakukan ziarah kepada Imam Husein as.

Jabir ditemani oleh Athiyah bin Saad bin Junadah Aufi. Athiyah adalah salah satu ilmuwan, mufassir dan ahli hadis yang lahir pada zaman pemerintahan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as. Ketika Athiyah lahir ayahnya pergi menemui Imam Ali as seraya berkata, “Wahai Amirul Mukminin, Allah telah mengangnugerahkan anak kepada saya, tolong beri nama untuknya!” Imam Ali as berkata:,”Anak ini adalah Athiyatullah (pemberian Allah).” Imam Ali as menamakannya dengan kata-kata yang diucapkannya yaitu Athiyah.

Arbain hari kembalinya Zainab ke Karbala. Setelah 40 hari mengalami kesulitan dan kesedihan yang mendalam, Zainab jika perempuan biasa maka sudah pasti akan jatuh. Namun ia kembali dengan penuh kemenangan. Selama 40 hari ini, Zainab dengan baik telah menjalankan kewajibannya. [PT]

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *