Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Peran Motivasi dalam Meningkatkan Kualitas Kerja

Banyak definisi yang disampaikan para ilmuan tentang apa yang dimaksud dengan motivasi. Meski tidak ada kata sepakat di antara mereka tentang definisi motivasi, tapi di antara semuanya menekankan satu hal yaitu sebuah faktor dari dalam diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan kegiatan. Dapat juga disimpulkan bahwa semua tindakan yang dilakukan seseorang  itu adalah akibat dari sebuah motivasi yang ada dalam dirinya. Semakin kuat motivasi seseorang, maka tindakannya akan semakin bagus; dengan bahasa lain bisa dikatakan bahwa jika keinginannya semakin kuat maka tindakannya juga semakin kuat.

Direktur Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta, Syekh Dr. Abdul Majid Hakim Ilahiy (Syekh Hakim) menerangkan, karena motivasi tidak lepas dari pekerjaan dan tindakan manusia, maka sebaik-baik sumber untuk memahami lebih dalam tentang motivasi adalah al-Quran. “Karena al-Qur’an adalah firman Allah swt, dan Allah lah yang menciptakan manusia, maka Dia lah yang paling tahu tentang semua dimensi yang ada dalam diri manusia termasuk motivasi di dalamnya,” papar Syekh Hakim saat memberikan sambutan acara Rakornas II Muslimah Ahlulbait Indonesia, Jumat (20/10).

Lalu, bagaimana cara menguatkan motivasi agar melahirkan kerja-kerja yang bermanfaat? Syekh Hakim menjelaskan, setidaknya ada dua hal yang bisa diambil pelajaran dari al-Qur’an untuk menguatkan motivasi dalam diri seseorang.

Pertama, metode pengetahuan. Yaitu al-Qur’an selalu mengajak manusia untuk memperdalam makrifatnya tentang Allah, yang merupakan wujud paling mulia yang menjadi sebab dari segala sesuatu sehingga dengan makrifat yang semakin dalam, motivasi seseorang juga akan semakin kuat.

Kedua, metode yang berhubungan dengan tindakan. Contoh, seperti kita ketahui bahwa manusia memiliki kecenderungan kepada kebaikan dan keburukan. Perbuatan manusia akan menjadi akibat daripada kecendrungan-kecenderungan. Kecenderungan baik akan melahirkan perbuatan baik; kecenderungan buruk melahirkan perbuatan buruk.

Karena itu perbuatan baik dan buruk menurutnya adalah kesempatan yang semestinya dimanfaatkan sebaik-baiknya. Syekh Hakim kemudian mengutip riwayat dari Imam Ja’far Shadiq yang membagi tindakan manusia menjadi tiga golongan. Pertama, tindakan manusia yang dilakukan karena takut. Mereka beribadah karena takut neraka. Kedua, tindakan dilakukan karena menginginkan pahala dan surga. Ketiga, melakukan tindakan karena kecintaan dan kebebasan. “Walaupun yang disampaikan Imam Ja’far Shadiq berhubungan dengan tindakan ibadah, tetapi bisa diluaskan kepada hal-hal lainnya,” terang Syekh Hakim.

Dalam praktiknya, tiga golongan tersebut bisa digambarkan juga dalam hal berorganisasi. Bisa saja sebagian orang melakukan berbagai program kerjanya karena takut dipecat dari keanggotaan atau pengurus, atau malu kepada yang lain; bisa juga melakukan itu karena menginginkan pahala atau kedudukan yang tinggi; bisa juga karena kecintaan, dedikasi yang tinggi.

Berkaitan dengan tiga hal itu ada beberapa contoh yang bisa diambil dalam al-Quran.  Pertama, untuk sekelompok orang yang melakukan ibadah atau pekerjaannya karena rasa takut. Dengan bahasa peringatan, misalnya dalam surat Ali Imran ayat 12, Al-Baqarah ayat 11, Surat At-Taubah ayat 68 juga dalam ayat-ayat lain Allah memperingatkan kepada mereka akan siksa api neraka sehingga mereka mampu melakukan kewajiban dan meninggalkan larangan.

Dari ayat-ayat tersebut dapat diambil inspirasi bahwa kalau saat ini tidak bekerja dengan baik, tidak bekerja keras, akibatnya dalam waktu ke depan akan mendapat kegagalan. Ketika mengatakan akibat, tidak hanya berbicara tentang akhirat. Di dunia pun kita akan mendapat akibatnya. Jika tidak bekerja dengan baik dan memanfaatkan waktu sungguh-sungguh, yang ada akan mendapat kesulitan demi kesulitan di masa yang akan datang.

Kedua, tindakan yang dilakukan karena ingin pahala. Dalam al-Quran digambarkan juga, oleh Allah Swt, untuk menggerakan sekelompok orang melakukan sebuah tindakan dan pekerjaan dengan sebuah imbalan atau keuntungan.

Dalam al-Quran surat Ali-Imran ayat 145, An-Nisa ayat 134, Surat Fussilat ayat 30 dan At-Taubah ayat 72 dan beberapa ayat lain Allah mensifati tentang surga dan menjelaskan berbagai kebahagiaan dan kesuksesan yang akan didapatkan, sehingga hal ini menjadi motivasi bagi setiap manusia. Maka setiap melakukan program kerja dengan baik, tentu akan ada masa depan yang cerah dan masa depan yang menjanjikan.

Ketiga, tindakan manusia yang disebutkan oleh al-Quran adalah yang dilakukan dengan kecintaan. Banyak yang melakukan tindakan atau program bukan karena takut apa-apa atau karena ingin sesuatu. Seorang ibu misalnya, ketika menyusui anaknya tentu ibu itu bukan karena ingin apa-apa tapi menyusui anaknya karena kecintaan.

Apresiasi

Ketika Imam Ali bin Abi Thalib a.s. mengangkat Malik Al-Asytar menjadi Gubernur Mesir saat itu, Imam Ali mengatakan dalam suratnya memerintahkan Malik untuk memberikan kebaikan-kebaikan (imbalan) bagi orang yang melakukan kebaikan di antara masyarakat, dengan berbagai hal yang kemudian mendorong yang lain juga untuk melakukan kebaikan. Karena itu sebagai pimpinan juga perlu melakukan apresiasi bagi mereka yang telah melakukan sebuah kebaikan, sehingga apresiasi itu menjadi motivasi bagi yang lain untuk meniru.

Apresiasi bisa dalam dua bentuk. Pertama, apresiasi verbal atau melalui lisan. Tidak perlu biaya apapun. Misalnya, pimpinan pusat menelfon bawahannya yang sudah melakukan karya dengan mengucapkan terima kasih kepadanya. Itu merupakan apresiasi yang dapat mendorong melakukan perbuatan-perbuatan baik lagi.

Kedua, adalah non verbal. Bisa bermacam-macam bentuk: Pertama dengan memberi hadiah materi. Karena itu Allah swt menggunakannya juga dalam al-Quran, untuk meningkatkan motivasi yaitu dengan pemberian hadiah di dunia sebagaimana tercantum di surat al-A’raf ayat  96: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”

Surat An-Nur ayat 55: “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan mengerjakan amal saleh, bahwa dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi.”

Apresiasi non verbal kedua, dalam bentuk non materi tetapi dunia. Allah Swt dalam surat al-Fath ayat 18: “Sungguh, Allah telah meridhai orang-orang Mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu dia memberikan ketenangan atas  mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat.“ Ini adalah sesuatu yang penting. Saya yakin bahwa kita bisa untuk malakukan itu. Para pimpinan bisa melakukan itu, bagi mereka yang telah melakukan pekerjaan dan program yang baik bisa diberikan apresiasi non materi seperti yang tadi ketenangan diri dan seterusnya.

Apresiasi non verbal ketiga, dalam bentuk non materi tapi adanya di akhirat. Kita dapatkannya di akhirat. Banyak sekali dalam al-Quran yang menjelaskan hal itu, bahwa Allah swt memberikan janji kenikmatan surga bagi mereka yang melakukan berbagai kebaikan. Dan bagi setiap pimpinan hendaknya bisa mengambil inspirasi seperti ini untuk menumbuhkan motivasi. (M/Z)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *