Berita
Pentingnya Memperkenalkan Nabi dan Ahlulbait Kepada Anak Sejak Usia Dini
(Wawancara dengan Ustaz Abdullah Beik)
Sejak usia berapa anak-anak harus diperkenalkan dengan agama?
Bismillahirrahmanirrahim.
Di dalam agama kita, pendidikan itu sesuatu yang sangat berharga dan ditekankan sejak usia sangat-sangat dini. Dimulai saat anak sudah mampu memahami sesuatu. Dimulai dari ketika anak sudah dapat ‘menangkap’ sesuatu, maka disitu sudah dimulai kewajiban orang tua untuk mendidiknya dengan cara memperkenalkan Allah, Nabi dan juga Ahlulbait Nabi. Jadi ya bisa saja anak diperkenalkan soal agama sejak usia dini. Tentu tiap anak akan berbeda. Mungkin sebagian anak dengan yang lain tidak sama. Ada yang umur tiga tahun sudah dapat diajari, tapi lainnya baru setelah lima tahun dapat menangkap hal-hal sederhana, hal-hal yang wajib diketahui dengan format yang sesuai dengan alam dan pikiran anak. Misalnya tentang Tuhan, tentang Nabi, ya sekadar disampaikan bahwa kita punya Nabi, ada Nabi Muhammad, ada Ahlulbait. Itu adalah sesuatu yang bisa diperkenalkan kepada anak-anak sejak usia tiga tahun ke atas.
Di Indonesia khususnya, apakah pengenalan tentang Ahlulbait dapat diperoleh di sekolah-sekolah umum?
Pendidikan umum kalau formal barangkali agak susah didapatkan. Tapi kalau yang tidak formal, katakanlah dalam ngaji al-Quran, mungkin masih ada di sebagian mushalla, masjid, atau sebagian guru ngaji yang misalnya mengajarkan tentang Nabi dan keluarga Nabi. Atau lewat lagu, kasidah seperti yang biasa dibacakan tentang li khamsatun misalnya, memperkenalkan lima orang dari Ahlulbait; yaitu Nabi, Imam Hasan, Imam Husein, Sayyidah Fatimah dan Imam Ali. Itu saya kira sesuatu yang sangat umum di masyarakat kita. Ada juga pada saat azan, di beberapa mushalla atau masjid atau yang diajarkan khusus kepada anak-anak, itu bisa didapatkan. Tentu masih sebatas nama, sebatas memperkenalkan. Bisa diperuntukkan untuk anak usia 4-5 tahun, setelah itu baru bisa diperkenalkan yang lebih dalam.
Ketika anak-anak tidak mendapatkan itu dari sekolah umum, apa solusinya?
Mungkin perlu bagi teman-teman, para pencinta Ahlulbait, berusaha untuk meluangkan waktunya, katakan di hari Minggu seperti yang sudah dilakukan saat ini. Di beberapa tempat dan yayasan mungkin di sore hari, setiap hari saat sore hari, atau misalnya dalam seminggu beberapa hari. Ada juga yang tiap minggu sekali atau dua minggu sekali. Yayasan-yayasan yang ada itu biasanya berusaha tetap memperkenalkan Ahlulbait kepada anak-anak yang tidak mendapatkan pelajaran-pelajaran itu di sekolah umum tempat anak-anak bersekolah tiap hari.
Pentingkah memperkenalkan Ahlulbait sejak dini?
Saya kira sangat penting karena kita tahu bahwa pendidikan secara umum itu harus diperkenalkan sejak dini. Pendidikan itu kan artinya membangun. Kita tidak mungkin membangun kepribadian seseorang saat usianya sudah tua atau ketika umurnya sudah lanjut. Jadi kalau kita mau membangun rumah tentu dimulai dari pondasi. Saat belum ada apa-apa, belum berbentuk bangunan, belum ada warna, membangunnya akan lebih mudah. Daripada setelah ada warna, setelah ada bangunan lalu kita runtuhkan lalu kita bangun lagi. Atau kita umpamakan pohon misalnya, maka akan lebih mudah kita pindah dari satu tempat ke tempat lain, di saat pohon itu masih kecil. Kalau pohon sudah besar, tentu akan lebih sulit dipindahkan. Bukan tidak bisa, hanya saja akan menjadi agak sulit.
Pentingnya pendidikan untuk diajarkan saat usia dini itu kan lebih mempermudah sebelum si anak ada warna. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ja’far Shadiq as, mengatakan bahwa cepat-cepatlah kalian ajarkan kepada anak-anak kalian tentang Ahlulbait sebelum didahului oleh, katakan saat itu ada sebuah kelompok yang namanya Murji’ah. Imam mengatakan agar anak-anak kita segera diajari tentang Ahlulbait sebelum didahului oleh Murji’ah. Dalam hadis lain misalnya, bergegaslah kalian ajarkan anak-anak kalian hadis Nabi sebelum didahului oleh kelompok-kelompok lain, misalnya yang melarang atau menjauhkan orang dari hadis Nabi. Apalagi dengan kondisi di Indonesia yang tontonan TV-nya tidak terlalu mendukung, maka menurut saya anak di usia dini itu bisa dibangun, bisa diperkenalkan kepada mereka tentang Ahlulbait.
Sebuah pepatah mengatakan bahwa, menuntut ilmu pada saat anak usia dini itu seperti upaya mengukir pada sebuah batu, yang bermakna bekasnya akan selalu abadi, tetap, dan tak mudah luntur. Sebaliknya belajar di usia lanjut itu ibarat menulis di atas air, akan sangat sulit, cenderung akan cepat hilang, cepat lupa dan tidak berbekas. (Malik/Yudhi)