Berita
Pengungsi Syiah Sampang Shalat Ied Bersama Warga Sekitar Rusun
Meski tiga tahun terdampar di pengungsian tanpa kejelasan nasib, jauh dari kampung halamannya, warga Muslim Syiah Sampang tetap berharap bisa pulang.
Di Hari Raya Idulfitri ini, tak bisa merayakan lebaran di kampung halaman, mereka ikhlas menerima keadaan dengan menunaikan salat Ied di dekat pengungsian. Di Masjid Nurul Huda, Jemundo, sekitar satu kilometer jaraknya dari rusun tempat mereka mengungsi, warga Muslim Syiah Sampang menunaikan salat Idulfitri bersama warga masyarakat sekitar.
“Kita salat Ied di Masjid Nurul Huda, sekitar sekilo kalau dari rusun,” tutur Jakfar, salah seorang pengungsi. “Salat Ied kita bareng sama warga Sunni. Salatnya mulai pukul enam pagi, selesai pukul tujuh,” ujar Jakfar.
Meski bisa melakukan salat Ied bersama, tapi Jakfar yang lama merindukan bisa pulang mengaku sebenernya ia ingin salat Ied di kampung halamannya.
“Saya sih pinginnya ya bisa salat Idulfitri di kampung halaman,” ujar pemuda yang belum berkeluarga ini.
Nurkholis, salah seorang pengungsi Muslim Syiah Sampang juga menyebutkan kerinduannya akan kampung halaman.
“Ya, tentu kita ingin sekali bisa salat Ied di kampung halaman,” ujar Nurkholis. “Kalau salat Ied di kampung halaman kan lebih mengena di hati. Lebih enak gitu. Kalau habis salam, kita tengok kanan tengok kiri kita melihat saudara-saudara dan keluarga yang kita kenal. Kalau di sini kan noleh kanan-kiri orang yang gak kita kenal. Rasanya gimana ya…”
Nurkholis meminta kepada Pemerintah agar jangan abai dan melupakan derita mereka yang tiga tahun terlunta-lunta di pengungsian.
“Mohon Negara jangan abaikan kami. Kami sudah tiga tahun di pengungsian, kami berharap pemerintah menyelesaikan masalah ini. Jangan dilihat seolah tak ada masalah.”
“Presiden Jokowi juga jangan diam saja. Komentar satu kali pun soal nasib kami, tidak. Seolah tak ada masalah,” keluh Nurkholis. (Muhammad/Yudhi)