Berita
Buku: Pendekatan Sunnah dan Syiah
Syekh Salim Bahansawiy, seorang ulama Ahlus Sunnah di Cairo, Mesir berupaya memperjuangkan terwujudnya persatuan Muslimin sedunia melalui tulisan-tulisannya. Salah satunya ialah buku kecil yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Ust. Husein bin Abu Bakar Al-Habsyi berjudul “Pendekatan Sunnah dan Syiah” ini.
Beliau menyadari sepenuhnya bahwa dewasa ini usaha memecah belah dunia Islam dilakukan dengan mempertentangkan Ahlus Sunnah dan Syiah. Pihak-pihak yang tidak menghendaki kehadiran Islam tahu, jika keduanya bersatu Imperium Kafir di Barat dan Timur akan goncang dan Tumbang.
Berbagai kelompok yang berusaha mendekatkan berbagai madzhab Islam menjadi cuplikan awal buku ini. Sebagai contoh, Imam Al-Banna dan Imam Al-Qummy memeberikan sumbangannya masing-masing; terciptalah kerjasama yang baik antara Ikhwanul Muslimin dan Syiah. Usaha tersebut menghasilkan terlaksanannya kunjungan Imam Nuwwab As-Shafawiy ke Cairo pada tahun 1954. Di Cairo ia berada di Markas Ikhwanul Muslimin hingga saat diminta oleh pemerintah Mesir supaya kembali ke Iran.
Tidaklah mengherankan jika usaha yang ditempuh oleh dua golongan madzhab tersebut menghasilkan kerjasama dan saling bantu. Imam Hasan Al-Banna sendiri di dalam Risalah Kongres ke-V antara lain mengatakan: “Salah satu dari pandangan menyeluruh tentang Islam ialah , bahwa segenap kaum Muslimin, lepas dari perbedaan yang ada, harus dipandang sebagai peristiwa zaman. Adalah kewajiban bagi seluruh kaum Muslimin untuk mewujudkan kesatuan Islam sebagai kekuatan Internasional…..”
Sedangkan Imam Ayatullah Khomeini mengatakan: “Landasan satu-satunya yang menjadi sandaran kita ialah keadaan pada zaman hidupnya Rasulullah s.a.w, dan zaman hidupnya Imam Ali bin Abi Thalib r.a …” Lebih lanjut dikatakan: “Kita hendak menegakkan hukum Islam sebagaimana yang diturunkan kepada Muhammad s.a.w. Bagi kita tidak ada perbedaan antara Ahlus Sunnah dan Syiah, karena madzhab-madzhab itu tidak dikenal pada zaman Rasulullah s.a.w”
Syekh Salim dalam buku ini juga menyuguhkan beberapa pandangan mengenai perbedaan-perbedaan Ahlus Sunnah dan Syiah. Seperti halnya 12 Imam yang diyakini oleh madzhab Syiah, juga terdapat pandangan yang sama mengenai jumlah 12 khalifah dalam riwayat Ahlus Sunnah. Muslim, di dalam shahih-nya Bab Imarah mengetengahkan sebuah hadits yang memberitakan tentang adanya 12 khalifah, yang semuanya berasal dari Quraisy. Kemudian yang tetap menjadi perselisihan ialah masalah ishmah (terpelihara dari kesalahan dan dosa).
Masalah lain misalnya tentang Al-Quran. Syekh Salim mengemukakan Mushaf (Kitab Suci Al-Quran) yang pada kaum Ahlus Sunnah sama saja dengan Mushaf yang ada di masjid-masjid dan rumah-rumah kaum Syiah. Kenyataan yang ada tidak seperti yang dituduhkan kelompok tertentu yang mengatakan Syiah memiliki Mushaf berbeda dengan Mushaf Ahlus Sunnah.
Selain itu, perbedaan pandangan mengenai wasiat Nabi Muhammad s.a.w, juga dikemukakan. Pandangan Syiah mengenai wasiat nabi, “Kitabullah dan Ahlulbait Nabi” juga diperkuat oleh riwayat-riwayat dari kalangan Ahlus Sunnah sendiri. Tentang wasiat ini, kemudian dikenal dengan hadits tsaqolain.
Dalam shahih At-Tirmudziy II/308, meriwayatkan, Rasulullah s.a.w mengatakan, “Hai orang-orang (kaum Muslimin) telah kutinggalkan sesuatu di tengah-tengah kalian, bila hal itu kalian ambil, kalian tidak akan tersesat: Kitab Allah dan keturunanku, Ahlul-Baitku.”
Mengenai hadits tsaqolain ini sendiri, beberapa kitab dan perawi Ahlus Sunnah juga menyebutkannya. Seperti dalam Shahih Muslim Bab Fadha’ilus Shahabah, pasal Fadha’il Ali bin Abi Thalib. Imam Muslim meriwayatkannya dari sanad-sanad lain. Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal di dalam Al-Masnad IV/336; oleh All-Bayhaqiy dalam As Sunnah II/148; oleh Ad-Daramiy di dalam ringkasan Sunan-nya II/431; juga dalam Musykilul Atsar IV/368, juga tercantum di dalam kitab-kitab At Tajul Jami’ Lil Ushul Fi Ahaditsir Rasul III/347, Fadha’il Bab IV tentang Manaqib Ahlul Bait, yang dikutib dari Shahih Muslim dan Shahih At-Tirmudziy.
(AM)