Berita
Penalaran di Balik Menangis untuk Wali Allah
Menangis disebabkan kesedihan atas wali Ailah, terutama pemimpin para syuhada, Abu Abdillah aI-Husain as, sesuai dengan logika dan alasan yang benar. Menangis untuk Ahlulbait as memiliki banyak efek dan manfaat positif, yang beberapa di antaranya akan kita lihat sekarang,
- Menangis untuk Ahlulbait, terutama Imam Husain as, adalah salah satu cara penting mewujudkan cinta seseorang kepada mereka, yang mana telah diperintahkan oleh Allah dan juga dikonfirmasi dengan logika dan nalar.
- Menangis adalah salah satu cara untuk menghormati syiar Allah, karena dengan menangis kita menunjukkan kasih sayang dan penerimaan kita terhadap tujuan dan perjuangan Ahlulbait as.
- Menangis untuk Husain as adalah sarana pertobatan. Menangis untuk Imam Husain as merupakan sarana untuk kembali pada sesuatu yang sepenuhnya baik dan suci, karena tidak ada kepentingan pribadi terlibat dalam menangisi Imam Husain as. Sebaliknya, kita meneteskan air mata untuknya karena dia adalah putra dari Nabi saw dan karena esensi dan sifatnya memiliki segala atribut yang indah. Kita menangis untuk Imam Husain as karena ia tertindas, disalahi dan syahid dalam sebuah misi untuk menghidupkan kembali agama Allah. Menangis untuk orang-orang tersebut kenyataannya merupakan sebuah tindakan pertobatan dan mendapatkan kedekatan dengan apa yang sepenuhnya baik dan suci. Telah diriwayatkan dalam hadis-hadis Islam bahwa surga menjadi wajib bagi setiap orang yang menangis, menstimulasi orang lain untuk menangis, atau memaksa diri untuk menangisi Imam Husain as karena tangisan jenis ini adalah tangisan penyesalan dan kembali ke Allah Yang Mahamulia.
- Selama manusia itu belum introspeksi pada hati nurani dan jiwa dalam dirinya yang mana dengan cara introspeksi tersebut bisa melakukan kontak dengan wali Allah, terutama Imam Husain as, hatinya tidak bisa pecah dan air matanya tidak bisa mengalir. Menangis untuk Imam Husain as adalah sarana bagi manusia yang terbatas menjadi bisa mendapatkan kontak dengan manusia tanpa terbatas yang dengan cara intuisi internal. Jelaslah bahwa melalui koneksi semacam ini, makhluk yang terbatas dapat menjadi tanpa terbatas. Sebuah contoh yang baik dari hal ini adalah sejumlah air terbatas yang terkumpul di suatu tempat. Jika tidak disambungkan ke Iaut tanpa batas, air itu akan menjadi tercemar atau mengering, disebabkan intensitas panas, dalam waktu yang sangat singkat. Namun, jika terhubung ke laut tanpa batas, air itu akan memperoleh kekayaan dari air Iaut dan akan menjadi kebal dan tidak mudah terjangkit mikroba, kontaminasi dan mengering.
- Menangis untuk orang yang tertindas menggerakkan emosi manusia dan membangkitkan belas kasihannya. Ini menjadikannya pembela yang tertindas. Meneteskan air mata lebih efektif bila yang ditangisi oleh seseorang itu adalah manusia sempurna dan wali amanah Allah di muka bumi atau pengganti Nabi saw, yang merupakan pemilik hukum llahi [syariat]. Dalam hal ini, manusia menjadi pembela hukum llahi. Manusia semacam inilah yang mampu membela yang tertindas dan terzalimi. Karena alasan inilah kaum Syi’ah Ahlulbait as, dengan memanfaatkan sosok agung kehidupan ini -dengan menangis disebabkan penindasan dan kesalahan yang dilakukan terhadap pemimpin para syuhada, Imam Husain as secara historis menjadi pembantu gigih dan pelindung kaum tertindas.
- Menangis untuk para wali Allah, terutama Imam Husain as, adalah obat penenang bagi mereka yang sakit hati. Menangis untuk wali Allah menenangkan jiwa karena penindasan dan penderitaan yang ditimpakan pada para wali Allah seperti bara api panas dan meneteskan air mata untuk mereka adalah hadiah dari hati yang membara dengan cinta dan kasih sayang. Tetesan ini berlalu jauh dalam memadamkan api itu.
- Menangis, terutama untuk para wali Allah, menyebabkan hati menjadi lembut dan membuat manusia jauh dari kerasnya hati. Ini menjadi dasar bagi cahaya Allah untuk dapat masuk secara leluasa dan menetap di hati, karena air mata yang ditumpahkan karena alasan yang baik memoles karat dari hati manusia.
- Menangis untuk Imam Husain as adalah sejenis perjuangan praktis melawan para tiran, katakanlah, dengan menangis kita mengungkapkan rasa jijik kita terhadap cara para tiran, sama seperti ketika Fathimah Zahra as banyak menangis setelah ayahnya tercinta saw meninggal dunia dan perisatiwa ”Saqifah” terjadi. Tujuan dari tangisannya adalah untuk membuat orang-orang merenungkan alasan kesedihan dan air mata putri Nabi saw dan bertanya pada diri mereka sendiri mengapa Fathimah Zahra as menangis, tanpa melihat fakta bahwa Ahlulbait as, sampai dengan saat itu, menjadi model teladan kesabaran, keteguhan dan kegigihan.
- Menangis untuk Ahlulbait as, terutama pemimpin para syuhada, Imam Husain as, adalah pengumuman dukungan untuk kelanjutan dan kebangkitan cara orang-orang besar. lni juga merupakan pengumuman yang jelas bahwa sepanjang sejarah kita menentang dan akan terus menentang Yazid dan semua tiran seperti Yazid dan juga bahwasanya kita selaras dan mematuhi Imam Husain as dan orang-orang seperti Husain as pada masa kita sendiri, serta tita-cita dan motto mereka.
Mengacu pada sejarah, bahwa menangisi wali Allah juga dicontohkan, yaitu Nabi Adam as menangis saat terbunuhnya Habil anaknya, Nabi Yaqub as terus menangis karena berpisah dengan Yusuf as, Nabi Muhammad Saw menangisi Hamzah yang terbunuh di Uhud, bahkan Rasulullah menangisi Imam Husain ketika baru terlahir ke dunia dan diberitahu Allah Swt melalui Jibril as bahwa cucunya kelak akan terbunuh dengan cara digorok lehernya.
Dikutip dari buku karya Ali Ashgar Rihwani. Asyura dan Kebangkitan Imam Husain – Menjawab Fitnah dan Tuduhan.