Berita
Pemuda Muslim Penyelamat Peradaban
Oleh : Mega Saputra
(Penggiat Remaja Masjid Hayatul Iman Bekasi)
Kita sepakat, lembaran sejarah dunia ini tidak pernah luput dari jangkauan eksistensi pemudanya. Ditengah olengnya perahu peradaban yang digoyahkan oleh deruan ombak globalisasi ini, pemuda diyakini tetap mampu menjaga kemurnian idealismenya. Idealisme ini kemudian tercermin dari para pemuda yang terus berijtihad untuk melahirkan konsepsi gerakan progresif dalam melangsungkan dan menghidupkan atmosfer peradaban yang berkemajuan. Bahkan tidak sedikit pula pemuda yang harus rela berseberangan dengan keluarganya sendiri demi menjunjung tinggi idealismenya. Lihat saja bagaimana pesan yang diriwayatkan dalam H.R Bukhari, Rasululloh bersabda : “Aku berpesan kepadamu supaya berbuat baik kepada golongan pemuda, sesungguhnya hati mereka paling lembut. Sesungguhnya Alloh telah mengutusku membawa Agama hanif ini, lalu para pemuda bergabung denganku dan orang-orang tua menentangku.” Namun kita tidak bisa menutup mata bahwa dewasa ini kita dipertontonkan dengan lahirnya berbagai pandangan hidup dan melejitnya laju perubahan zaman yang maha dahsyat. Kemajuan zaman yang terkadang tidak memihak pada nilai kebenaran yang dipegang pemuda bahkan justru menyerang dan menggerogoti jati diri pemuda. Meratapi nasib bahkan pasrah dalam menghadapi serangan globalisasi yang tidak mengenal iba ini bukanlah pilihan yang bijak bagi pemuda. Sehingga agenda mendesak pemuda adalah bagaimana mereposisi diri sebagai trend center atau hanya mampu menjadi trend follewers.
Andai saja terdapat ajaran Islam ataupun doktrin lainnya yang mengajarkan kita untuk pesimis, maka tentu kacamata pesimis menjadi acuan kita dalam melihat kemerosotan dan minimnya sumbangsih pemuda untuk peradaban saat ini. Tapi islam selalu mengajarkan kita untuk selalu optimis dalam memandang segala permasalahan dengan menyemai benih harapan. Lihat saja bagaimana inspirasi teologis optimisme ini di antaranya terdapat pada Surat Al-Hijr ayat 56 “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-Nya, kecuali Orang-orang yang sesat”. Di surat lainnya seperti surat Yusuf ayat 87 : “Tiada berputus asa dari rahmat Alloh, kecuali mereka orang Kafir”.
Dua landasan dari berbagai landasan theologis tentang optimisme lainnya ini tentu mampu memupuk harapan kita agar tetap berpandangan jauh ke depan dan kembali melihat tinta keemasan yang ditorehkan para pemuda. Secercah harapan ini kemudian akan terus terpancarkan dari wajah dan dedikasi para pemuda Muslim yang mempunyai tempat spesial di sisi Alloh SWT. Sebagaimana Imam Al-Bukhari meriwayatkan dalam sebuah Hadist : “Di antara tujuh kelompok yang mendapatkan naungan Alloh Ta’ala pada hari ketika tidak ada naungan selainnaungan-Nya, adalah pemuda yang tumbuh berkembang dalam ibadah kepada Alloh SWT“. Pada akhirnya kita semua menyadari bahwa keberadaan pemuda Muslim adalah suatu kebanggaan sekaligus berupa tanggung jawab. Tanggung jawab ini kemudian harus diejawantahkan dalam memperbaiki peradaban yang mulai rapuh dan ringkih. Dari sini kemudian penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana keemasan napak tilas para pemuda Muslim dalam berjuang menegakkan panji-panji kebenaran dan mengharumkan nama Islam.
Dalam pentas sejarah Islam lahir sosok-sosok pemuda yang patut bahkan wajib kita banggakan dan jadikan suri tauladan. Ingatkah kita dengan kisah Ashabul Kahfi, sekelompok pemuda yang lebih memilih berada dan menetap di Gua yang pengap ketimbang harus berbaur dengan hingar-bingar kefanaan dunia. Ini merupakan kisah yang mencerminkan bahwa Idealisme bagi para pemuda sudah hadir sejak lama. Pada lembaran sejarah pemuda lain, kita mengenal sosok Ibrohim muda yang menghancurkan hegemoni raja Namrud pada masa itu. Dengan keberaniannya ia hancurkan berhala-berhala dan menggantungkan kapaknya pada berhala yang paling besar. Keberanian dan kecerdasan Ibrohim adalah semata-mata mengajak umatnya untuk tidak sekali-kali menyembah berhala. Kisah Heroik ini kemudian diabadikan dalam surat Al-anbiya : 56-70.
Dalam menjawab berbagai tantangan zaman yang mengakibatkan terjadinya degradasi moral, maka kisah pemuda yang bernama Yusuf menjadi jawabannya. Lihat saja bagaimana Yusuf muda pada masa itu digoda oleh sosok wanita cantik di ruang tertutup dan hanya mereka berdua yang mengetahui apa yang mereka lakukan. Tapi berkat kematangan ahlak dan tauhidnya, pemuda tampan ini berhasil meloloskan diri dari ajakan maksiat si Zulaikha. Hingga akhirnya kisah ini pun termaktub dalam surah Yusuf : 22-24. Berbicara persoalan keperkasaan dalam mengibarkan kalimatulloh di muka bumi ini, kita memiliki banyak pemuda tangguh yang rela mengorbankan harta, jiwa, dan raganya demi mensyiarkan islam keseluruh penjuru dunia.
Di bumi pertiwi Indonesia ini tentu juga melahirkan berbagai sosok pemuda muslim yang patut kita banggakan atas segala perjuangannya. Kita mengenal KH. Abdul Wahid Hasyim, Tokoh besar NU yang juga merupakan ayah dari Gus Dur mantan preasiden RI ini memiliki kelebihan tersendiri yang spektakuler. Walaupun tidak mengenyam pendidikan formal yang diusung pemerintah kolonial, pada umur 15 tahun ia sudah menguasai bahasa latin, inggris, dan belanda. Sosok yang berhasil menghafal Al-quran sejak umur 7 tahun ini juga sudah berangkat ke tanah suci untuk melakukan ibadah Haji sekaligus menimba ilmu agama di sana sejak umur 18 tahun. Begitu juga dengan sosok pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan muda juga merupakan ikon pemuda Muslim yang mencerahkan pada massanya. Seorang guru bangsa yang memiliki nama kecil Muhammad Darwisy ini pada umurnya yang ke 15 sudah menginjakkan kakinya ke tanah suci.
Pada tempat lain, para pemuda Islam yang bergabung dan menjadi berbagai organisasi- organisasi pemuda islam, seperti HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), KAMII (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia), remaja masjid, karang taruna dan organisasi kepemudaan lainnya. Kelompok pemuda ini juga terus menyumbangkan jiwa raganya untuk menyelesaikan tugasnya sebagai khalifah-khalifah muda dalam merawat peradaban dunia yang makin hari makin menghawatirkan.
Berangkat dari berbagai perjalanan dan peranan pemuda Muslim di Indonesia maupun kancah dunia, maka dengan gamblang kita mampu menarik berbagai pelajaran serta menegakkan kepala dengan tegak atas kebanggan kita menjadi pemuda Muslim. Pertama, begitu bangganya kita dengan keberanian (syajaah) para pemuda Muslim yang ditunjukkan dengan keberanian mereka melawan berbagai keadaan yang tidak memihak pada kebenaran sebagaimana para pemuda Muslim yang menjadi panglima perang pada massanya. Kedua, pemikiran kritis (critical thinking) yang lekat bersemayam dalam diri pemuda dalam melihat berbagai ketimpangan realita yang terjadi. Hal ini sudah dikisahkan pada kisah Ibrohim sebelumnya dan dengan berbagai gerakan kepemudaan yang tiada henti menjadi “agen of control” roda pemerintahan yang seakan berjalan terseok-seok, bungkuk dan tak lagi mampu mengangkat kepala. Ketiga, kebanggan ini pun makin memuncak di mana para pemuda Muslim mampu menjaga kelurusan ahlaqnya di tengah kecamuk kemerosotan moral yang terjadi. Sebagaimana yusuf dan para Ashabul kahfi yang tetap memegang kemurnian ahlaqnya untuk menghalau berbagai godaan dunia yang semu. Keempat, komitmen para pemuda Islam untuk berkumpul dan membentuk suatu gerakan yang mencerahkan. Tentu hal itu menandakan bahwa mereka telah membingkai dakwahnya secara organisasional. Sehingga organisasi yang semakin lama semakin besar dan memiliki pengaruh signifikan terhadap perbaikan zaman ini menjadi tanda kebangkitan para pemuda-pemuda Muslim progresif dan modernis. Keempat alasan kebanggan kita menjadi pemuda Muslim ini pun akan terus bertambah, mengingat dinamika pemikiran dan prestasi pemuda Muslim yang terus maju dan mampu mengambil posisi strategis sebagai bagian dari penyelamat peradaban.
Akhirnya, kebanggaan kita karena terlahir sebagai pemuda Muslim haruslah menjadi tanggung jawab bersama. Meminjam istilah Buya Syafii Maarif bahwa “kerja-kerja intelektual adalah kerja seumur hidup”, maka Melakukan kerja-kerja intelektual dengan mengaktualisasikan kekayaan ilmu pengetahuan kita untuk menyelamatkan peradaban dan mencerdaskan masyarakat adalah agenda mendesak yang harus segera kita kerjakan dan tuntaskan.