Berita
Pemimpin Berani Untuk Perubahan
Sabtu (21/03/2015) merupakan hari kedua sekaligus terakhir penyelenggaraan rangkaian acara tur Kompas Kampus di Aula Convention Center (ACC) Kampus C Universitas Airlangga. Guna memeriahkan penutupan acara, panitia menghelat talkshow selama lebih kurang dua jam dipandu oleh Rosiana Silalahi, wartawan senior yang kini menjabat sebagai pemimpin redaksi Kompas. Disambut oleh Pandji Pragiwaksono dan Billy Beatbox, Rosi –panggilan akrab Rosiana – memasuki panggung melewati bagian tengah area penonton sambil menyapa dengan dialek plus umpatan khas Suroboyoan.
Belum selesai kehebohan karena sapaan Rosi, audiens yang didominasi mahasiswa semakin riuh ketika Tri Rismaharini dipanggil ke panggung sebagai narasumber. Tema talkshow yang diangkat pada sesi ini sendiri adalah “Berani untuk Perubahan.” Walikota Surabaya peraih gelar doktoral dari ITS ini ditanya mengenai sikap tegasnya, terutama soal rekaman dirinya ketika marah pada panitia acara bagi-bagi es krim gratis yang merusak area hijau Taman Bungkul. “Ya saya marah karena itu (Taman Bungkul-ed.) kan dibangun dari uang rakyat dan untuk fasilitas hiburan warga Surabaya,” ungkapnya. Rosi bertanya lebih jauh, kekuatan luar biasa apa yang mampu membuat Risma berpendirian teguh dan seolah tegar menghadapi tekanan politik dari berbagai arah? “Keyakinan saja, Mbak. Apalagi saya terikat sumpah ketika pertama dilantik. Bahkan sampai saat ini saya belum bisa umroh karena diingatkan suami bahwa saya harus tetap di sini memenuhi sumpah melayani Surabaya selama aktif menjabat”. Selain ketegasannya, Risma juga dianggap berjasa dalam perjuangan membebaskan perempuan dan anak dari ancaman trafficking. Ia mencontohkan salah satu korban yang berhasil ia selamatkan kini mampu melanjutkan sekolah, menjadi juara kelas, serta sukses membuka usaha secara mandiri. “Bahkan kalau saya harus lepas jabatan, kalau perlu dengan nyawa saya siap membebaskan perempuan dan anak dari jerat perdagangan orang. Karena mereka punya hak untuk mendapat masa depan cerah,” tekadnya disambut tepuk tangan meriah.
Narasumber kedua adalah Abdullah Azwar Anas. Bupati Banyuwangi ini dinilai sukses menjadikan kabupaten yang ia pimpin menjadi the rising star of the east. Dari kabupaten kecil yang dulu hanya sambil lalu dilewati orang sebagai sarana transit semata jika ingin menyeberang ke Pulau Bali, Anas mampu memaksimalkan potensi alam Banyuwangi seperti Kawah Ijen, Teluk Hijau, serta Pulau Merah untuk menarik minat wisatawan. Cara ini terbukti berhasil meningkatkan pendapatan industri pariwisata Kota Osing tersebut. Tidak puas lewat kekayaan alam, Anas juga menginisiasi acara Banyuwangi Batik Festival yang dipromosikan secara masif. Selain wisata, tidak lupa penguatan ekonomi lokal dilakukan dengan membatasi pertumbuhan gerai minimarket. Ungkap mantan anggota MPR termuda ini, pembatasan dilakukan sebagai upaya pemerintah daerah untuk ikut aktif melakukan perlindungan terhadap eksistensi pasar tradisional. Terakhir, guna mencetak sumber daya manusia berkualitas, Banyuwangi mencanangkan program melek internet bagi warga. Salah satu upaya konkret yang telah dilakukan adalah membuat Kampung Cyber. “Prinsip saya ketika menerapkan program ini adalah Banyuwangi boleh saja jauh dari kota, tapi harus dekat dengan dunia,” tegasnya.
Narasumber ketiga adalah novelis muda Raditya Dika yang mengapresiasi Risma dan Anas sebagai pribadi langka yang berani berdiri seorang diri membuat perubahan di atas kebobrokan sistem. (Fikri/Yudhi)