Berita
Pembebasan Pikiran adalah Kunci Kemerdekaan Palestina
Pergolakan Timur Tengah seperti tak pernah ada habisnya, terutama apa yang terjadi dengan Palestina. Sehingga menjadi topik yang selalu relevan untuk dikaji. Seperti Seminar Internasional yang digelar oleh VOP (Voice of Palestine), Islamic Human Right Commission (IHRC), KAHMI dan Universitas Paramida di Aula Nurcholis Madjid, Paramadina Jakarta Selatan dengan tema World Politic Trend Analysis of Middle East & Palestine Issues, Kamis (28/1).
Kritik Saudi
Dalam kesempatan tersebut Dr. Imam Muhammad Al-Asi, Imam Masjid di Islamic Center Washington DC, Amerika Serikat mengkritik kebijakan sejumlah negara di Timur Tengah terutaka kebijakan yang dikeluarkan oleh Saudi Arabia. Sebab alih-alih mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina, Saudi malah menyerang Yaman. Bahkan Saudi baru-baru ini membentuk koalisi bersama beberapa negara untuk menggempur Yaman.
“Apakah mereka tidak berpikir untuk membentuk koalisi bagi kemerdekaan Palestina?” tanya Al-Asi.
Al-Asi juga mempertanyakan Saudi, yang selalu mengklaim dan mendoakan kebebasan warga Palestina pada setiap Salat Jumat, tapi di sisi lain telah memberi akses bagi Israel untuk membuat pangkalan militer di wilayah Saudi Arabia.
“Betapa kita telah dibodohi,” ujar Al-Asi.
Tak hanya itu, kini menurut Al-Asi, Saudi Arabia membuat isu sektarian yang membedakan antara Sunni-Syiah dan menyatakan Syiah bukan Islam. Saudi ingin membuat perang sektarian di seluruh dunia agar kita, umat Islam saling membunuh, sementara Israel dan Saudi menonton umat Islam yang saling membunuh.
“Inilah agenda mereka,” tegas Al-Asi.
Peran Barat
Pembicara lainnya, Dr. Massoud Sadjareh, Ketua IHRC yang berkantor pusat di London, Inggris, menyoroti peran Barat untuk menyudutkan umat Islam dan menciptakan kelompok-kelompok teror, sehingga muncullah Islamphobia di Barat yang mencoreng nama Islam itu sendiri.
Massoud menegaskan bukan umat Islam yang membuat Al-Qaeda dan Taliban. Umat Islam tidak melatih kaum Muslim untuk melakukan bom bunuh diri, mereka dilatih oleh Amerika, oleh CIA. Tapi apa yang terjadi? Mereka tidak menyalahkan diri mereka karena telah menciptakan Al-Qaeda dan kelompok teror yang lain. Tapi mereka justru menyalahkan umat Islam.
“Kini mereka melakukan hal yang sama dengan Dhaesh (ISIS),” tegas Massoud. “Mereka melatihnya dan mempersenjatainya,” lanjutnya.
Massoud menyarankan agar hal pertama yang perlu dilakukan adalah membebaskan pikiran. Sebab, tidak bisa membebaskan Palestina sementara pikiran masih terjajah.
“Hingga saat ini pikiran kita masih terjajah dan kita harus membebaskan pikiran kita,” tegas Massoud.
Jika pikiran kita masih terjajah oleh prasangka-prasangka buruk terhadap sesama umat Islam sehingga antara sesama umat Islam saling curiga-mencurigai. Apalagi ketika racun-racun sektarian terus disebarkan oleh musuh-musuh Islam, akibatnya persatuan umat akan sulit untuk tercapai. Demikian juga dengan cita-cita kemerdekaan Palestina yang hanya akan tinggal mimpi. (Lutfi/Yudhi)