Berita
Pembangunan Jangan Hancurkan Alam
Tak ada orang yang menolak pembangunan dan kemajuan. Namun jika semua pembangunan, eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam yang dilakukan itu tanpa memperhitungkan terjaganya kelestarian alam, maka hal itu tak bisa didiamkan.
Pentingnya menjaga kelestarian sumber daya alam ini ditekankah oleh Edo Rakhman, Manajer Kampanye Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) dalam wawancara dengan ABI Press.
Bagaimana WALHI melihat kondisi pelestarian alam kita saat ini?
“Saat ini kita melihat trennya bahwa pemerintah kita masih konsen untuk memanfaatkan kekuatan sumber daya alam (SDA). Artinya sektor SDA ini masih jadi fokus untuk dalam tanda petik sebagai ‘penguatan ekonomi bangsa’ ini. Tapi sebenarnya itu mengabaikan apa yang menjadi perintah Undang-Undang. Misalnya mengedepankan perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup dan lebih berpikir untuk generasi masa datang juga. Artinya ada prinsip keadilan generasi masa datang yang harus diperhatikan.”
“Trennya adalah, WALHI melakukan gugatan hukum di mana-mana itu karena kita ingin melindungi lingkungan dan semata-mata untuk menyelamatkan SDA dalam konteks ekstratkfif. Karena selama ini industri ekstraktif yang selama ini dimajukan, seperti sawit, Logging, Hutan Tanaman Industri, tambang, itu industri yang dimajukan.”
“Dan pemerintah juga tidak berkomitmen, tak ada lagi perluasan sawit di Indonesia. Karena itu yang kita dorong selama ini tidak ada lagi ekspansi kelapa sawit, dan kita mendorong pemerintah untuk melakukan review perizinan. Izin-izin perkebunan sawit yang ada itu harus direview. Karena terlalu luas. Karena ada perusahaan yang tak mampu mengurus luas lahan konsesinya. Dan itulah yang menjadi penyebab kenapa setiap tahun ada kebakaran hutan. Ya karena itu tadi, perusahaan menguasai ratusan ribu hektar yang kemudian itu tak dihabiskan ratusan kali. Kan dia cicil itu tiap tahun untuk membuka lahan dan seterusnya. Kan seperti itu. Dan itu yang menjadi penyebabnya.”
“Artinya, konsep pengelolaan tata kelola sumber daya alam ini yang kemudian kita masih karut-marut. Itu yang harus kita perbaiki sebetulnya.”
Apa yang paling merusak alam dari semua itu?
“Saya kira itu industri ekstraktif yang saat ini konteksnya mempersempit lahan hutan yang ada saat ini. Artinya tiga sektor ini sawit, HTI, tambang ini yang memberikan sumbangsih terbesar dalam perusakan kawasan hutan kita. Data dari WALHI kalau yang terluas sekarang ini HPH, pembalakan, kedua Hutan Tanaman Indusrtri (HTI), yang ketiga perkebunan sawit, yang keempat adalah pertambangan.”
“Kalau sekarang yang ramai diberitakan juga ada reklamasi pesisir pantai. Kalau reklamasi, kita sebenarnya bicara wilayah. Kalau reklamasi dalam konteks PP no. 122 tahun 2012 itu konteksnya kan di wilayah pesisir. Istilah reklamasi lain itu reklamasi pasca tambang, itu di sektor pertambangan, begitu selesai digali harusnya ditutup lagi. Kalau data WALHI kurang-lebih sekarang ada 32.000 hektar yang saat ini sudah, sedang dan akan berlangsung di berbagai titik di Indonesia.”
“Soal reklamasi, juga ada masalah perebutan wilayah tangkap nelayan, pencemaran wilayah tangkap nelayan. Ada juga sektor lain yang merugikan wilayah pesisir, misalnya pencemaran yang diakibatkan oleh pembangkit listrik dari pendistribusian batu-bara. Itu kan mengakibatkan perusakan dan pencemaran di pesisir.”
Siapa aktor yang paling banyak melakukan perusakan alam ini?
“Menurut data WALHI, aktor utama perusak sumber daya alam atau lingkungan itu korporasi. Yang kedua adalah kerjasama antara korporasi dan pemerintah. Baru yang ketiga adalah pemerintah. Masyarakat itu ada juga, tapi tidak banyak. Lebih sering mereka dijadikan alat oleh korporasi untuk merusak alam.”
Bagaimana sikap WALHI mengenai hal ini?
“Tentu kita ajukan protes atau kritik. Kita ingin menunjukkan kepada pemerintah Indonesia bahwa kita juga ingin melibatkan pemerintah untuk turut melindungi lingkungan hidup yang ada saat ini. Tidak melulu kemudian bicara soal eksploitasi, eksplorasi, pemanfaatan dan seterusnya. Tapi penting juga untuk perlindungan lingkungan hidup itu sendiir. Jadi kritik, kampanye itu sebetulnya modal kita untuk melakukan protes ke pemerintah bahwa penting untuk melindungi lingkungan itu.”
“Kita tak jarang ketemu kawan-kawan di KSP, menteri juga kita lobi langsung. Lobi-lobi itu terus kita lakukan. Target kita, kita ingin menghadirkan negara untuk melindungi lingkungan hidup, sumber daya alam yang tersisa saat ini. Karena selama bertahun-tahun invest pertumbuhan kita sangat tergantung pada pemanfaatan SDA. Nah, apakah SDA ini mau kita habiskan sekarang? Apakah kita tak mengenal lagi prinsip keadilan antar generasi misalnya? Prinsip-prinsip itu yang kemudian ingin kita dorong dalam proses perlindungan dan penyelamatan sumber daya alam yang ada saat ini.”
Tak hanya korporasi dan pemerintah, kita juga justru melihat banyak masyarakat malah mendukung perusakan alam atas nama pembangunan. Bagaimana pendapat Anda?
“Saya kira itu adalah fakta yang ada saat ini. Karena tidak semua masyarakat saat ini mempunyai pemahaman mengenai penyelamatan lingkungan dan soal menjaga lingkungan itu sama. Terus tidak sedikit juga yang apatis. Yang ketika dipengaruhi oleh investasi timbul pikiran itu. Atau karena media yang kemudian mempengaruhinya.”
“Itu memang adalah fakta yang terjadi saat ini. Tapi bagaimanapun fakta saat ini, negara tidak boleh melupakan kewajibannya. Kita punya Undang-Undang Dasar, kita punya konstitusi. Harusnya itu yang dijalani. Dan kemudian kalau sudah diregulasi ya hormati regulasi itu, jalani regulasi itu. Jangan kemudian disalahgunakan.” (Muhammad/Yudhi)