Berita
Parade Upacara Tabut Bengkulu
Indonesia, negara ribuan pulau dengan ribuan tradisi di dalamnya. Tak salah jika Indonesia disebut sebagai negara surganya tradisi dengan begitu banyaknya tradisi di tengah masyarakat, utamanya pada bulan-bulan tertentu seperti Muharam.
Salah satu tradisi dan adat yang cukup menarik perhatian masyarakat Indonesia bahkan dunia adalah upacara Tabut tiap 10 Muharam. di Bengkulu.
Tabut mengacu pada sebuah peti kayu berbentuk kubus, disusun bertingkat, diberi hiasan dan perlengkapan seperti daraga, panja dan kain dominan warna merah-putih.
Ada bermacam-macam sebutan Tabut, namun yang paling utama adalah Tabut Imam, Tabut Bangsal, Tabut Panglima dan Tabut Syeh Behdan. Ke empat Tabut beserta puluhan Tabut lain yang dipersiapkan oleh para keluarga pewaris Tabut itu kemudian diarak dari lapangan Merdeka, Bengkulu menuju Makam Kerbala.
Parade dimulai dengan urutan barisan dimulai dari keluarga pewaris keluarga Tabut, diikuti para pemegang Panji, lalu barisan pemegang bendera, barisan Dol (alat music tradisional Bengkulu). Di belakangnya, ada barisan Tabut Imam, Tabut Bangsal dan Tabut-Tabut lain.
Para peserta parade mayoritas berbaju hitam-hitam dan sebagian lagi putih-putih dengan lafal bertuliskan “Salamu Husain” di dada. Merekapun mengenakan ikat kepala, warna hitam dan hijau, yang juga bertuliskan “Husain Mazlum”.
Sementara khusus para pewaris Tabut, mereka tampil berpakaian hitam-hitam dengan tulisan di punggung “Assalamualaika ya Aba Abdillah”.
Tak hanya pakaian, sepanjang jalan di Bengkulu dihias dengan bendera hitam sebagai perlambang duka atas syahidnya cucu Rasulullah, Imam Husain di padang Karbala.
Alunan music Dol dengan irama Suvena atau irama duka cita, mengiringi parade Tabut yang dimulai siang hari selepas salat Zuhur dengan prosesi pertama Duduk Penja, yaitu jari-jari perlambang jari Imam Husain dan pengambilan tanah Karbala dari pemakaman Karbela di Bengkulu untuk ditempatkan pada Tabut.
Parade Tabut ini kemudian berjalan menuju Makam Karbela dengan melakukan prosesi Menjara yaitu berkunjung ke keluarga pewaris Tabut terutama Tabut Imam dan Tabut Bangsal yang merupakan Tabut utama dalam upacara ini.
Di sepanjang jalan sejauh hampir 10 Km dari lapangan Merdeka, Bengkulu hingga Makam Karbela, ratusan ribu masyarakat memadati tepian jalan untuk menyaksikan parade Tabut yang panjangnya kurang lebih 10 kali lapangan bola dengan lebar jalan hampir sama dengan lapangan voli penuh dengan parade Tabut.
Sesampainya di Makam Karbela di Kebun Tebeng, Kota Bengkulu, tetua Tabut kemudian memimpin prosesi ziarah ke Makam Syeh Burhanudin yang dipercaya sebagai keturunan Ali Zainal Abidin, yang juga keturunan Rasulullah.
Sebagai budaya dan penjelmaan dari ungkapan kesedihan, Tabut memiliki catatan tersendiri di Nusantara sebagai sebuah alkuturasi sejarah dan budaya yang menciptakan ekspresi bentuk duka dan kecintaan kepada keluarga Rasulullah. Tradisi inilah yang sesuai dengan adat istiadat setempat kemudian disebut Tabut.(Asep/Yudhi)