Berita
Paguyuban Sabilulungan Se-Jawa Barat Ajak Warga Hidupkan Shalawat dan Maulid Nabi
Di bawah tenda biru, ditemani rintik hujan Senin (9/2) itu, warga Desa Pakutandang, Ciparay, Bandung Jawa Barat bersama Majelis zikir dan Shalawat Sabilulungan rayakan Maulid Nabi Muhammad Saw.
Berlokasi di sebuah dusun yang jauh dari kota, tempatnya pun cukup sederhana, beralas tanah yang becek karena guyuran hujan. Hal itu tak menghalangi para pencinta Nabi hadir dalam acara itu. Bahkan, pembicara dari Jawa Timur dan Jakarta tak mengurungkan niatnya untuk hadir, seperti halnya Kepala Desa setempat. Hujan seharian memang bukan halangan kala itu. “Justru hujan ini adalah rahmat, bagian dari Maulid ini,” kata Kades Agus Nurul Huda.
Dibuka pukul satu siang, acara tampak khidmat dengan iringan lagu marawis dan shalawatan. Pembawa acara yang dengan suka cita menyambut hadirin, menumbuhkan kecintaan kepada Nabi mulia Muhammad Saw.
Direktur Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta, Sayyid Musawi yang menyempatkan diri menghadiri acara itu turut memberikan sambutan. “Mudah-mudahan, kita mendapat keberkahan dari Allah Swt, walaupun dengan adanya hujan, Bapak-Ibu tetap hadir untuk menunjukkan kecintaan kepada Sayyidul Wujud Muhammad Saw,” tuturnya mengawali sambutan usai mengucapkan salam.
Ia juga menceritakan riwayat Nabi tentang betapa pentingnya mencintai Nabi dan keluarganya. “Kecintaan seorang hamba kepada Rasulullah akan dianggap sebagai hutang yang akan dibayar oleh Rasulullah di hari kiamat kelak dengan berbagai pertolongan,” tambahnya. Juga dalam riwayat lain ia bercerita bahwa, siapa yang mencintai Rasulullah dan keturunannya, walau sekadar memberikan air minum atau menghormatinya, akan dianggap Rasul sebagai hutang yang akan dibayar kepada para pencintanya itu di akhirat kelak.
Berlanjut ke acara berikutnya, pembacaan narasi Maulid Nabi. Sesi itu mengawali acara inti yaitu Hikmah Maulid yang kemudian disampaikan oleh Ustaz Muhammad bin Alwi Bsa dari Jawa Timur.
Dalam ceramahnya, Ustaz Muh mengajak hadirin tetap semangat menunjukkan kecintaan kepada Rasulullah. “Untuk Rasulullah, demi keagungan Rasulullah, demi kecintaan kepada Rasulullah, maka pasti orang tersebut tidak akan menganggap apapun yang menimpa dirinya, dalam kondisi panas, hujan, dingin, angin atau apapun kalau untuk Rasulullah semua menjadi ringan dan tidak berarti,” tuturnya.
“Memang kita sekarang bukan berada di bulan Rabiul Awal, tapi memperingati kelahiran Rasulullah tidak hanya pada bulan Rabiul Awal. Sepanjang tahun kita peringati kelahiran beliau. Agar kita selalu bersama beliau. Bahkan Allah telah mengatur agar kita tidak terpisah dengan beliau, walau sesaat. Ketika kita shalat, shalat yang merupakan Rukun Islam yang amat pokok dan harus diperhatikan, ketika kita shalat, dan shalat itu hanya hubungan antara kita dengan Allah, tidak kita bawa yang lain. Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan. Hubungan yang paling khusus antara makhluk dan khalik (pencipta). Tetapi ternyata shalat itupun tidak diterima Allah kalau tidak kita hadirkan di tengah shalat kita, Sayyidil Wujud Muhammad Saw,” urai Ustaz Muh.
Adakah shalat tanpa kita menyampaikan ‘assalamu’alaika ayyuhannabiyyu warahmatullahi wa barakatuh,’ salam bagimu wahai Nabi, bukan salam bagi yang hadir di tengah-tengah kita? Kalau tidak, Allah tidak terima shalatnya. Artinya, seolah Allah hendak mengatakan, “Dalam posisi engkau wahai hamba-Ku, dalam hubungan pribadi antara Aku dan engkau, Aku tidak akan menerima itu kalau kau tidak menghadirkan kekasih-Ku bernama Muhammad.”
“Hadirin selamat berbahagia. Kita mendapat anugerah terbesar Allah sehingga dapat mengayunkan langkah menghadiri acara untuk memperingati kelahiran Rasulullah Saw. Kita tidak boleh sombong, dan membanggakan sesuatu. Bukan membanggakan golongan dan lain-lain. Tapi yang kita banggakan adalah, saya umat Muhammad Saw. Tidak ada yang lebih mulia dari ini. Ada banyak nabi, yang paling mulia ada 5 nabi yang disebut ulil azm. Nabi-nabi ulil azm, mereka itu; Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad. Dari lima ini yang paling mulia Nabi Muhammad. Tapi tingkatan ulil azm, nabi yang mulia salah satunya adalah Nabi Musa. Nabi Musa yang ceritanya, namanya paling banyak disebut dalam Al-Quran, ada 136 kali Allah menyebutkan Musa dalam Al-Quran. Baru yang kedua, nama Ibrahim.”
“Ternyata Nabi Musa, hadirin, Bapak-Ibu, supaya kita bangga bahwa kita umat Muhammad, dan kebanggaan itu kelak ada konsekuensinya. Nabi Musa yang menghadapi Firaun yang sangat zalim dan menghadapi umatnya Israil yang sangat biadab bagaimana pula beliau menghadapi Qarun tokoh konglomerat, bermacam-macam cara dakwahnya. Ternyata Nabi Musa ini setiap bermunajat kepada Allah untuk berdoa selalu disebutkan dalam doanya, apa yang diminta? Banyak permintaannya. Tapi selalu dia menyebut satu permintaan ini, selalu dia menengadahkan tangan di hadapan Allah, dan berkata ‘Allahummaj’alni bi ummati Ahmad, Ya Allah jadikan aku ini umatnya Ahmad, artinya umat Muhammad.’ Sudah nabi, sudah ulil azm, setiap saat minta Allah jadikan dirinya menjadi umat Muhammad. Ya Allah, kita tidak minta menjadi umat Muhammad tapi kita diberi Allah, dijadikan umat Muhammad. Ini sungguh anugerah besar.’’
Lebih lanjut Ustaz Muh mengutarakan beberapa hal terkait tujuan Maulid di antaranya untuk mengenal Rasulullah, membersihkan hati dan mempererat hubungan sesama umat Muhammad. “Kita tidak akan mempu mencintai kalau tidak mengenal, tidak akan mampu mencintai makhluk paling suci kalau hati kita kotor, akan mampu dipecah-belah musuh Islam kalau kita tidak mempererat hubungan sesama umat Muhammad.”
Dalam kesempatan itu pula Ustaz Muhammad bin Alwi menceritakan beberapa kisah teladan Rasulullah untuk menggugah hadirin agar senantiasa menumbuhkan kecintaan kepada Rasulullah.
Hingga sore hari acara berlangsung, hujan tak kunjung reda. Di sela kesempatan yang ada ABI Press menyambangi Kades Agus Nurul Huda yang hadir saat itu. Kepada ABI Press, dia menyampaikan apresiasinya. “Kami atas nama Kelurahan Desa Pakutandang Kecamatan Ciparay sangat bersyukur dan bangga atas kaum muslimin wal muslimat, sahabat-sahabat se-Islam yang telah mencoba mensyiarkan nilai-nilai keteladanan Baginda Rasulullah dalam tugas kehambaan kita. Ini tentunya sangat layak mendapatkan apresiasi dari pemerintahan. Ini juga bukti dari sahabat-sahabat kaum muslimin yang ada di Paguyuban Sabilulungan ini, senantiasa menguatkan nilai keislaman. Paguyuban Sabilulungan telah membuktikan, telah mengaplikasikannya ke dalam tatanan umat. Mudah-mudahan menjadi contoh yang mewarnai tatanan masyarakat yang taat. Ini juga upaya untuk membangun ukhuwah insaniyah, islamiyah, ukhuwah wathaniyah, ukhuwah berbangsa dan bernegara. Ini sangat bermanfaat terhadap kemaslahatan umat,” tuturnya.
Lebih lanjut Kades Agus menilai di era sekarang ini diperlukan insan jihad, jihad ilmu, harta dan sebagainya, yang membawa amar ma’ruf nahi munkar. “Komunitas Sabilulungan se-akidah se-Islam ini telah menunjukkan ukhuwah tadi. Jadilah Paguyuban Sabilulungan ini yang jelas-jelas Islam, menjadi warna di dalam lingkungan di tempat sendiri, tempat kita berada, berpijak, dimanapun melangkahkan kaki dan dimanapun berada. Jadilah golongan khairunnas anfa’uhum linnas,” anjurnya.
Sementara itu Ustaz M. Nadjmi salah satu panitia Maulid dari Paguyuban Sabilulungan mengatakan bahwa menghidupkan tradisi Maulid adalah bagian dari tujuan utama di antara tujuan-tujuan lain yaitu menghidupkan tradisi-tradisi keagamaan yang sudah ada sejak lama di Indonesia. “Khususnya akhir-akhir ini begitu banyak golongan yang memaksakan kehendak, menyebut Maulid itu bid’ah, mereka tidak mau mengadakan Maulid, kita terdorong untuk menghidupkan tradisi yang baik itu dan menyebarkan rahmat Rasulullah dengan merayakan Maulid. Tradisi-tradisi yang sudah ada sejak lama seperti Maulid, Isra’ Mi’raj dan lainnya itu, Sabilulungan terus menjaga dan melestarikannya.” (Malik/Yudhi)