Berita
Operasi Awal Tanggap Bencana Kelud
Saat ini para pengungsi sudah dievakuasi menjauh dari lokasi pusat letusan dengan radius 10 km sebagaimana ketentuan BVMGB (Badan Vulkanologi Metereologi Geologi dan Bencana). Namun demikian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan; di antaranya distribusi masker yang belum sepenuhnya merata ke para pengungsi, dan masih terlambatnya pembagian makanan meskipun dapur umum telah tersedia. Karena ini masih penanganan awal saja maka kekurangan pelayanan terhadap para pengungsi masih bisa dimaklumi. Namun untuk hari berikutnya, sinergi penanganan pengungsi diharapkan bisa lebih baik lagi.
Demikian disampaikan Deni kepada ABI Press melalui sambungan telepon. Saat ini Deni adalah koordinator tiga tim relawan, yaitu relawan Jausan, Arema Rescue dan warga lokal Kediri.
Di Malang, sayup gemuruh letusan Gunung Kelud sudah dirasakan warga sejak Kamis malam (13/2) kemarin. Bukan hanya itu, bahkan sebagian warga pun sempat melihat semacan percikan dan kilatan cahaya di langit.
“Meski sebenarnya gunung Kelud sendiri tak terlihat secara langsung dari kota Malang karena terhalang Pegunungan Kawi, namun karena percikan cahaya letusannya sangat tinggi, membuat sebagian warga Malang mengaku melihatnya dari kejauhan,” kata Deni.
Saat ini wilayah lereng pegunungan Kawi yang merupakan daerah perbatasan antara Malang dengan Blitar juga terimbas abu vulkanis. Malam hari pasca letusan, ketebalan abu vulkanis di daerah itu sudah mencapai 1 cm. Maka demi keamanan, jalur Malang- Kediri dan Jombang pun sudah ditutup.
Menurut Deni, satu hal penting yang harus diperhatikan warga adalah soal abu vulkanis yang menimpa atap rumah mereka. Bila dirasa atap tak mampu lagi menahan beban, maka dianjurkan agar warga segera pindah ke tempat pengungsian yang telah disediakan.
Dalam pantauan koordinator relawan Kelud itu, intensitas hujan abu saat ini sudah semakin menurun. Masalahnya adalah ketika abu vulkanis ini berada di jalanan. Seperti yang terjadi di kota Blitar, kepulan asap debu akibat lalu lalang kendaraan bisa sangat berbahaya bagi kesehatan terlebih karena di kota itu masih banyak warga yang belum memakai masker pengaman.
Deni menjelaskan bahwa pada dasarnya para relawan hanya sekadar membantu apa yang sudah dilakukan oleh otoritas setempat dengan menyediakan beberapa kebutuhan yang layak bagi para korban. Pada tahap awal minimal aktif membagikan masker dan logistik. Selain itu, dia dan timnya terus berupaya mencapai beberapa daerah yang sulit dijangkau sekaligus melakukan penyisiran ke wilayah-wilayah rawan untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang bisa terjadi jika ada warga yang masih belum mau segera mengungsi.
Antisipasi bencana bagi warga sekitar gunung Kelud sebenarnya sudah dipersiapkan sejak erupsi belum terjadi. Bahkan kata Deni simulasi tanggap erupsi Kelud sudah pernah dilakukan beberapa kali sebelumnya oleh warga di sana. Dalam simulasi itu, pos-pos evakuasi pun sudah ditentukan dan disiapkan jauh hari oleh otoritas setempat. Sehingga warga sudah paham betul apa yang harus dan tak boleh dilakukan saat erupsi gunung Kelud benar-benar terjadi.
Sementara dari pesan elektronik BBM yang dikirmkan Sutopo selaku Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB dapat diketahui bahwa hingga saat ini tiga orang telah dinyatakan meninggal dunia. Mereka adalah Mbok Nya (perempuan, 60 th) warga dusun Plumbang, desa Pandansari, kecamatan Ngantang kabupaten Malang, yang meninggal karena sesak nafas akibat terpapar abu vulkanik. Kedua adalah Sahiri (laki-laki, 70 th) warga dusun Nguntut, desa Pandansari kecamatan Ngantang, kabupaten Malang, yang meninggal akibat tertimpa tembok saat menunggu kendaraan untuk dievakuasi. Yang ketiga adalah Sanusi (laki-laki, 80 th) warga dusun Plumbang, desa Pandansari kecamatan Ngantang, kabupaten Malang, meninggal akibat sesak napas saat berlindung di bawah meja. Ketiga korban ini tinggal sekitar 7 km dari puncak gunung Kelud, dengan ketebalan abu vulkanik mencapai 20 cm.
Sesuai data dan laporan BNPB, jumlah pengungsi saat ini adalah 76.388 jiwa yang berasal dari 5 kabupaten/kota. Dari Kediri 66.139 jiwa; kota Batu, Malang 3.220 jiwa; kabupaten Blitar 2.070 jiwa; kabupaten Malang 3.610 jiwa dan dari kabupaten Tulungagung sebanyak 1.349 jiwa. (Lutfi/Yudhi)