Ikuti Kami Di Medsos

Nasional

Wapres Ma’ruf Amin Geram: Pesantren Bukan Tempat Kekerasan

Wapres Ma'ruf Amin Geram: Pesantren Bukan Tempat Kekerasan

Wapres Ma’ruf Amin Geram: Pesantren Bukan Tempat Kekerasan

Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin menyatakan kegeramannya atas pemberitaan pesantren yang kembali mencuat akibat kasus-kasus yang bertolak belakang dengan nilai-nilai pesantren sesungguhnya. Ia menegaskan bahwa pesantren adalah tempat mendidik, bukan sarang kekerasan.

“Pesantren tentu harus diawasi dengan baik. Kasus-kasus seperti ini jelas bukan mencerminkan pesantren yang sebenarnya,” ujar Wapres dalam keterangannya usai menghadiri peletakan batu pertama pembangunan masjid dan pesantren di Rawagede, Sukamakmur, Bogor, Jawa Barat, Minggu (13/10), dilansir Republika.co.id.

Menurutnya, pesantren memiliki misi mulia untuk mencetak generasi berakhlak luhur. Jika ada kekerasan di pesantren, hal itu merupakan penyimpangan yang tidak ada hubungannya dengan santri sejati.

“Kalau ada kekerasan, itu bukan santri yang sesungguhnya. Itu penyelundupan, penyelewengan. Mereka yang melakukan kekerasan itu bukan bagian dari pesantren,” tegas Wapres Ma’ruf Amin.

Sebagai langkah pencegahan, Wapres mengusulkan dibentuknya Dewan Kiai yang bertugas mengawasi pesantren, agar tidak terjadi penyimpangan.

“Kami meminta ke depannya ada Dewan Kiai untuk mengawasi pesantren, agar tidak terjadi hal-hal seperti ini lagi,” ucapnya.

Baca juga : Wapres Ma’ruf Amin Desak ASEAN-Australia Tegas Dukung Palestina: Tolak Standar Ganda!

Lebih lanjut, Wapres menekankan pentingnya pesantren dalam mencetak generasi yang paham agama, yang akan meneruskan perjuangan para ulama.

“Pesantren itu penting karena mencetak orang yang paham agama. Ulama tidak hidup selamanya, mereka akan meninggal satu per satu. Harus ada generasi pengganti,” ungkapnya.

Sementara itu, Jaringan Pondok Pesantren Ramah Anak (JPPRA) menyuarakan keprihatinan mendalam terhadap kasus kekerasan di pesantren. Koordinator Nasional JPPRA, Kiai Yoyon Syukron Amin, menegaskan bahwa pesantren harus menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi anak-anak untuk belajar, bukan sarang kekerasan.

“Kami mengecam keras segala bentuk kekerasan di lingkungan pesantren. Pesantren harus menjadi garda terdepan dalam menciptakan generasi penerus yang berakhlak mulia tanpa kekerasan,” ujarnya dalam pernyataan resmi pada Jumat (4/10).

Kasus terbaru di Aceh Barat dan dugaan tindak asusila yang melibatkan pengasuh pondok pesantren, menurut JPPRA, harus menjadi momentum untuk mengevaluasi sistem pendidikan pesantren secara menyeluruh, demi memulihkan citra pesantren yang sempat tercoreng.

“Pesantren harus tetap menjadi tempat suci untuk mendidik generasi masa depan tanpa ada ruang untuk kekerasan atau penyimpangan,” tegas Kiai Yoyon.

Baca juga : Menag: Indeks Kerukunan dan Kesalehan Sosial Meningkat