Ikuti Kami Di Medsos

Nasional

Walhi Bantah Klaim Pemerintah Curah Hujan Penyebab Banjir

Walhi Bantah Klaim Pemerintah Curah Hujan Penyebab Banjir

Walhi Bantah Klaim Pemerintah Curah Hujan Penyebab Banjir

Manager Kampanye Pangan, Air, dan Ekosistem Esensial Walhi Wahyu Perdana menyebut dalih pemerintah yang kerap menyalahkan curah hujan sebagai penyebab banjir merupakan sikap yang terlalu menyederhanakan persoalan banjir.

“Saya kira terlalu simplifikasi ketika mengatakan intensitas hujan tinggi sebagai penyebabnya. Kalau begitu harusnya tiap tahun dan tiap empat tahun banjirnya besar dan seintens seperti sekarang, bertahan lebih dari dua pekan. Tapi kan faktualnya tidak seperti itu, artinya ada faktor perubahan lain,” tuturnya, Kamis (11/11).

Sebelumnya, ketika banjir menerjang sejumlah wilayah di Kalimantan Selatan, Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), MR Karliansyah menyebut penyebabnya adalah anomali cuaca dan bukan soal luas hutan di DAS Barito wilayah Kalsel.

Wahyu melihat pemerintah terkesan lepas tangan jika selalu menyalahkan curah hujan sebagai penyebab banjir.

“Buat saya pemerintah enggak hanya menggampangkan, menurut kami lepas tanggung jawab,” katanya.

Ia mengatakan, pemerintah bukan tidak tahu penyebab bencana banjir di berbagai wilayah. Wahyu pun menyoroti soal kerusakan ekosistem, khususnya gambut. Sebab, gambut sejatinya memiliki fungsi hidrologis yang tinggi.

Baca juga : Indef: Wacana Pajak Judi Online Menyesatkan

Sayangnya, di musim kemarau gambut malah kerap dibakar untuk pembukaan lahan. Padahal, secara teori, gambut yang tumbuh secara baik memiliki 13 kali daya tampung massa air. Artinya, lanjut Wahyu, jika ekosistem gambut rusak, maka ada 13 kali lipat daya tampung air yang hilang di wilayah tersebut.

“Sehingga menurut kami bukan ketidaktahuan, tapi pengabaian, agak keras kami bilang kalau cara pembukaan lahannya seperti itu, itu merencanakan bencana,” tutur Wahyu.

Terlebih, konsesi untuk tambang hingga perkebunan sawit, misalnya, juga sering berada di dalam ekosistem hutan, termasuk gambut.

“Itu yang kemudian menjadi PR kita, pemerintah akhirnya dalam konteks ini membiarkan merencanakan bencana,” ucap Wahyu.

Bukan hanya Walhi, Gubernur Kalimantar Barat (Kalbar) Sutarmidji mengakui bahwa penyebab banjir di wilayahnya bukanlah karena curah hujan, namun karena deforestasi dan pertambangan.

Ia membandingkan penyebab banjir tahun ini dengan banjir tahun 1963. Menurutnya, ada perbedaan antara keduanya. Ia mengatakan, banjir tahun 1963 dipicu oleh perubahan iklim bukan deforestasi. Sebab, saat itu aliran sungai dan serapan air masih terbilang bagus.

“Kalau sekarang ini lebih banyak karena deforestasi dan pertambangan tidak diikuti dengan menangani tempat pembuangan, aliran air dan sebagainya,” kata Sutarmidji dalam wawancara di TV One, Selasa (9/11).

Seperti diketahui, sejumlah daerah di Indonesia dilanda banjir dalam beberapa pekan terakhir. Banjir dialami mulai dari DKI Jakarta, Sintang Kalimantan Barat, Serdang Bedagai (Sergai), Simalungun Sumatera Utara, hingga Gresik Jawa Timur.

Baca juga : KPAI Peringatkan Kurangnya Kesadaran Pesantren Cegah Kekerasan Seksual

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *