Nasional
Terpukul Boikot “Israel”: Starbucks Indonesia Alami Kerugian
Terpukul Boikot “Israel”: Starbucks Indonesia Alami Kerugian
Di balik kilauan cangkir kopi Starbucks yang biasa disesap oleh banyak orang, tersembunyi kenyataan pahit bagi PT MAP Boga Adiperkasa Tbk. Anak perusahaan raksasa Mitra Adiperkasa (MAPI) ini, yang mengelola berbagai merek makanan dan minuman terkenal, baru saja mengumumkan kerugian besar pada triwulan pertama 2024. Penurunan drastis ini terutama disebabkan oleh boikot terhadap Starbucks, gerai kopi favorit yang kini menjadi pusat kontroversi di tengah krisis geopolitik. Bagaimana boikot ini mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, dan apa langkah yang diambil untuk menghadapi badai ini? Mari kita telusuri lebih dalam.
Dilansir Kompas.id, PT MAP Boga Adiperkasa Tbk (MAPB) mengaku mengalami penurunan penjualan yang signifikan pada triwulan pertama 2024, dengan Starbucks menjadi penyumbang terbesar dari penurunan tersebut. Dalam acara paparan publik di Jakarta pada Kamis (27/6), Direktur Utama PT MAP Boga Adiperkasa Tbk, Anthony McEvoy, mengungkapkan bahwa kinerja keuangan mereka menunjukkan tren negatif, dengan penjualan bersih turun sebesar 17,7 persen secara tahunan, dari Rp 957 miliar menjadi Rp 788 miliar.
“Kami mencatat pertumbuhan penjualan bersih sebesar 16,4 persen pada tahun 2023 dibandingkan tahun 2022 dengan margin solid di bawah 70 persen. Namun, sejak invasi “Israel” ke Gaza pada Oktober 2023, kami mengalami kesulitan pada triwulan keempat 2023 yang berlanjut hingga triwulan pertama 2024,” jelas Anthony.
Boikot terhadap produk-produk yang diduga terafiliasi dengan “Israel” paling berdampak pada penjualan Starbucks. Toko kopi asal Amerika Serikat ini diboikot di banyak negara karena dirumorkan berafiliasi dengan “Israel”.
Starbucks Indonesia, dengan 607 gerainya di seluruh Indonesia, menjadi kontributor terbesar MAP Boga Adiperkasa. Dari total 843 toko yang dimiliki oleh berbagai merek di bawah bendera MAPB, seperti Subway, Krispy Kreme, dan Genki Sushi, Starbucks menempati urutan pertama.
“Kami memiliki 75.000 petani kopi di Indonesia yang bergantung pada Starbucks. Selain itu, ada 6.000 orang Indonesia yang bekerja di PT Sari Coffee Indonesia, dengan hanya satu ekspatriat, yaitu saya. Dampak boikot terlihat setiap hari, mulai dari aksi vandalisme hingga protes di media sosial dan toko,” ungkap Anthony.
Ia juga berharap masyarakat lebih cerdas dalam menyaring informasi terkait konflik “Israel”-Palestina dan memahami posisi Starbucks baik di tingkat global maupun Indonesia. “Kami bangga dengan merek kami, bangga dengan karyawan kami, dan menghargai mereka yang mencari kebenaran. Starbucks tidak mendukung tindakan apapun yang melawan orang tidak bersalah. Kami tidak memiliki toko di “Israel” dan tidak memberikan kontribusi apapun kepada mereka,” tegasnya.
Baca juga : Indonesia Kecam Legalisasi Permukiman Zionis di Tepi Barat
Mendukung pernyataan tersebut, CEO Grup MAP, VP Sharma, menjelaskan bahwa Starbucks Indonesia turut mendukung kemanusiaan bagi masyarakat Palestina dengan berdonasi melalui yayasan mereka. “Baru-baru ini, Starbucks mendonasikan Rp 5 miliar untuk Gaza,” ujarnya dalam kesempatan yang sama. Donasi ini disalurkan pada Mei 2024 kepada World Central Kitchen, organisasi nirlaba yang menyediakan makanan bagi masyarakat di Gaza.
Selain bantuan kemanusiaan tersebut, Starbucks Indonesia juga aktif dalam berbagai kegiatan kemanusiaan di dalam negeri. Sharma berharap masyarakat dan pelanggan dapat melihat komitmen dan aksi mereka, karena boikot pada akhirnya juga merugikan masyarakat Indonesia.
“Harapan saya, Anda bisa menyebarkan pesan ini. Kami mencoba mengedukasi lebih banyak orang. Ini tentang Indonesia, tidak ada hubungannya dengan Amerika Serikat. Boikot ini juga menyakiti orang Indonesia,” tambahnya.
Untuk mengatasi kerugian, MAPB telah mengambil langkah-langkah dengan menutup sejumlah gerai dan mengalokasikan sumber daya mereka ke bisnis yang lebih produktif, seperti produk home-tech yang kini unggul dengan merek Apple.
Tidak hanya Starbucks, boikot juga berdampak pada penjualan barang konsumer milik PT Unilever Indonesia Tbk. Direktur Keuangan Unilever, Vivek Agarwal, menyebutkan bahwa penjualan perusahaan pada triwulan pertama 2024 turun dibandingkan periode yang sama tahun 2023.
Penjualan domestik Unilever menurun 4,7 persen secara tahunan menjadi Rp 10,1 triliun dari sebelumnya Rp 10,6 triliun. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penjualan produk kecantikan dan perawatan pribadi yang turun 4,2 persen, serta produk kebutuhan rumah tangga dan perawatan tubuh yang turun 5,8 persen. Sementara itu, produk minuman ringan turun 2,6 persen dibandingkan tahun lalu. Namun, kategori produk solusi makanan membukukan pertumbuhan positif sebesar 2,1 persen.
Baca juga : Kepada Austria, Retno Marsudi: Saatnya Akui Palestina!