Nasional
Sambut Budiman Sudjatmiko di DPP ABI, Ketum: Kami Siap Sumbang Tafsir Pancasila
Sambut Budiman Sudjatmiko di DPP ABI, Ketum: Kami Siap Sumbang Tafsir Pancasila
Kantor DPP Ahlulbait Indonesia (ABI) kali ini mendapat kunjungan seorang tamu spesial. Ia adalah Budiman Sudjatmiko. Aktivis reformasi 1998 itu disambut hangat oleh Ketua Umum ABI, Habib Zahir bin Yahya yang didampingi Wakil Ketua Umum, Ahmad Hidayat, Sekjen, Ali Ridho, Kepala Bidang Humas, Dede Azwar Nurmansyah, dan anggota Dewan Syura ABI, Dr. Muhsin Labib.
Dalam pertemuan yang berlangsung akrab dan dialogis itu, direktur utama Bukit Algoritma itu terlihat antusias dalam berbicara dan menyimak. Ia juga mengungkapkan sejumlah gagasan yang sedang diperjuangkannya serta kiprah sosial politiknya selama ini. “Semua itu untuk mengantisipasi tantangan masa depan Indonesia yang kompleks, khususnya dalam bidang teknologi,” ujarnya.
Sementara itu, Habib Zahir Yahya menyampaikan tekad organisasi yang dipimpinnya untuk tidak sekadar memperjuangkan hak konstitusionalnya sebagai elemen bangsa. Selain itu, ABI juga tidak hanya mendukung Pancasila, kebangsaan, dan kebhinekaan sekadar secara retorik. Lebih dari itu, ABI siap menyumbangkan tafsir filosofis Pancasila serta perspektif baru mengenai kebangsaan dan kebhinekaan. Karena itu, tawaran ini kiranya perlu segera disambut oleh pihak pemerintah, terutama oleh lembaga yang khusus mengawal Pancasila.
Baca juga : Peringati Al-Quds Day 2023, Teriakan “Mampus Israel” Menggema di Tolitoli
Mengapresiasi usulan Habib Zahir, Budiman menyatakan sangat bersepakat dengan pandangan itu. Lebih lanjut, ia mengajak semua pihak untuk merawat apa yang disebutnya dengan Soekarnoisme (ajaran dan perjuangan Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno). “Merawat Soekarnoisme itu bukan sekadar mempertahankan ide-idenya dikarenakan faktor ruang dan waktu. Tapi yang perlu dipertahankan dan dikembangkan adalah landasan ideologisnya,” tegas Budiman.
Pada gilirannya, Dr. Muhsin Labib selaku anggota Dewan Syura ABI menekankan tentang pentingnya pemahaman filosofis dalam merumuskan kebijakan politik. “Ini agar produk kebijakan pemerintah tidak terjebak dalam pragmatisme politik yang berjangka pendek. Karenanya pemerintah perlu membentuk dewan penasihat yang diisi oleh para filosof dan ilmuwan,” ungkap Dr. Labib.
Setelah berbincang hangat dengan diselingi canda tawa selama tiga jam lebih, akhirnya Budiman Sudjatmiko mohon pamit. Seraya itu ia menyatakan akan berusaha untuk menindaklanjuti semua usulan dan masukkan yang diterimanya dalam pertemuan itu.
Baca juga : Hari al-Quds di Sulbar, Serukan Tolak Normalisasi dengan Penjajah “Israel”