Ikuti Kami Di Medsos

Nasional

Rektor UIN Sunan Kalijaga Minta Masyarakat Lebih Toleran di Medsos

Rektor UIN Sunan Kalijaga Minta Masyarakat Lebih Toleran di Medsos

Rektor UIN Sunan Kalijaga Minta Masyarakat Lebih Toleran di Medsos

Media sosial menjadi sangat penting dan tak terpisahkan di era digital, lantaran mampu mempermudah aktivitas banyak orang. Namun, bukan berarti media sosal tak memiliki dampak buruk. Rendahnya etika dan literasi masyarakat membuat media sosial menjadi sesuatu yang buruk.

Bahkan pada beberapa penelitian, interaksi masyarakat Indonesia di media sosial masih menunjukkan sikap intoleransi. Tak jarang laman media sosial menjadi tempat perundungan akibat perbedaan pandangan.

Menanggapi rendahnya literasi digital masyarakat Indonesia, Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Profesor Al Makin meminta agar masyarakat lebih bertoleransi dengan belajar menahan diri dan memberi ruang bagi orang yang berbeda pendapat.

“Sering-sering memberi apresiasi kepada orang-orang yang tidak setuju dengan kita. Warganet kita (saat ini ada dalam kondisi yang kalau) berbeda sedikit saja cenderung dibesar-besarkan, dipotong kalimatnya, di-bully, kemudian dipojokkan. Ini membuat trauma orang-orang yang punya pandangan lain sehingga yang terjadi di medsos itu seperti aksi teror,” jelas Al Makin.

Baca juga : Epidemiolog UI Sebut Indonesia Siap Akhiri Darurat Covid-19

Hal itu ia sampaikan dialog kebangsaan antarumat beragama dengan tema “Pembangunan Narasi Persatuan dalam Kebhinekaan dan Moderasi Beragama antar Tokoh Agama se-Indonesia”, di Yogyakarta, Rabu (30/3), seperti yang dilansir Kompas.com, Kamis (31/3).

Ia menambahkan, kondisi tersebut sebetulnya pernah terjadi pada era Orde Baru. Meski saat itu medsos belum ada, tapi masyarakat dipaksa untuk berperilaku seragam.

Untuk menghindari kejadian serupa, ia meminta agar warganet dapat menahan diri dan menghargai perbendaan pandangan.

Tak hanya itu, Al Makin juga berpesan kepada para influencer agar tak hanya fokus dalam menambah jumlah follower dan popularitas.

“Jangan cuma mencari kontroversi, apalagi mencari kesalahan kawan-kawan sendiri. Sebab, dunia maya (online) itu bukan dunia sesungguhnya. Kita harus dermawan dalam kehidupan sesungguhnya, bukan hanya di dunia maya. Untuk apa kita kelihatan hebat di dunia maya, tapi di dunia sesungguhnya kita berkelahi,” tutupnya.

Baca juga : Jika Kedaruratan Covid-19 Dicabut, Kemenkes: Vaksinasi Tak Lagi Gratis

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *