Ikuti Kami Di Medsos

Nasional

Radikalisme Anak, Begini Penjelasan BNPT

Radikalisme Anak, Begini Penjelasan BNPT

Radikalisme Anak, Begini Penjelasan BNPT

Kegiatan doktrin radikalisme kini mulai menyasar anak-anak Indonesia. Fenomena ini tentu berbahaya bagi tumbuh kembang anak di Tanah Air.

Mitra Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Iqbal Khusaini menjelaskan, ada beberapa sumber intoleransi dan radikalisme yang sering terjadi pada anak. Pertama, adanya congenital knowledge atau pengetahuan yang diyakini turun temurun.

Kedua, sumber eksternal berupa pendidikan formal, non-formal, dan media sosial. Ketiga, sumber lainnya, anak-anak di wilayah eks-konflik atau ketika orang tua, guru dan ustadznya ditangkap pihak berwajib serta anak-anak yang dibesarkan saat orang tuanya di dalam penjara dan lingkungan sosial berekonomi rendah.

“Generasi Y dan Z mudah terbawa dan terpapar, apalagi dengan perkembangan teknologi dan media sosial saat ini dimana semua informasi dapat dengan mudah di akses. Virus-virus ideologi banyak bermunculan di dunia maya dengan menanamkan makna thoghut,” ujarnya, Kamis (17/2), seperti dikutip Jawa Pos.

Baca juga : Hari ini, 7 Ribu Jamaah Haji Indonesia Terbang ke Mekkah

Sementara psikolog Densus Mabes Polri, Iptu Sidik Laskar menjelaskan bahwa anak sebagai pelaku teroris adalah korban karena anak bukanlah pelaku intelektual terorisme, namun hanya menjadi korban janji dan iming-iming orang dewasa.

“Secara psikososial, anak-anak itu juga bukanlah anak yang sehat dan cukup matang dalam menerima informasi baru, sebab kinerja otak mereka sudah terdoktrin dan terpapar oleh nilai-nilai pemahaman radikal,” katany.

Kepala Balai Rehabilitasi Sosial Anak Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) Handayani Kementerian Sosial, Sulistya Ariadhi menyoroti pentingnya upaya pembinaan kepada anak korban terorisme dan radikalisme menggunakan proses yang komprehensif, kerjasama dan sinergi berbagai pihak terkait yang erat.

“Pendekatan secara emosional dengan dialog ringan dan mencari sosok yang dapat dijadikan tauladan positif adalah salah satu kunci proses rehabilitasi,” pungkasnya.

Baca juga : Wapres Harap Nilai-nilai Agama Mampu Ciptakan Perdamaian

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *