Nasional
Pusat Studi Keamanan UGM: Rekrutmen Teroris Dilakukan di Media Sosial
Kepala Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian Universitas Gadjah Mada (UGM), Muhammad Najib Azca, mengatakan isu terorisme dan ekstrimisme belum selesai di Indonesia. Namun, terorisme yang terjadi akhir-akhir ini tidak teroganisir dan banyak menebar ketakutan di masyarakat.
Menurutnya, aksi teror saat ini lebih memfokuskan pada efek ketakuatan. Efek ini merupakan lanjutan dari serangan teror, yaitu melalui pemberitaan dan kabar yang viral di media sosial. Pandangannya itu disampaikan setelah membandingkan aksi terorisme di negara lain seperti di Afghanistan dan Suriah.
“Disini hampir beberapa tahun ini kan tidak ada yang besar, lebih dari 10 korban itu tidak ada yang di luar aktor, dan lebih banyak aktornya yang menjadi korban,” kata Najib seperti dikutip Tempo, Kamis (1/ 4).
Ia menambahkan bahwa perekrutmen kelompok-kelompok teroris banyak dilakukan di media sosial dan yang menjadi target adalah tenaga kerja Indonesia yang perempuan di luar negeri.
Najib menduga para tenaga migran itu mudah teralienasi dari lingkungan, sehingga membuat mereka mengalami kegalauan dan melampiaskannya dengan berselancar di media sosial.
“Setelah banyak mengulik informasi di media sosial, para TKW akan terekspos oleh ajaran-ajaran radikalisme, lalu mengikuti pengajian yang diselenggarakan oleh kelompok-kelompok tersebut.”
Najib mencontohkan kelompok pengajian via telegram, sebuah aplikasi perpesanan yang sistem keamanannya lebih tinggi dibandingkan WhatsApp. “Itu kira-kira rekrutmen tetap berlangsung dengan personal, kecil-kecil dan tidak banyak, tapi sekali dapat seperti sekarang ini efeknya.”
Rekrutmen calon teroris pun menurutnya tidak harus menggunakan dana besar-besaran dan mendatangkan uang dari luar negeri, “Tapi cukup dengan dana-dana lokal.”
Namun, Najib bilang faktor utama tetaplah soal ideologi bagaimana pengaruh keyakinan ekstrem bahwa membunuh orang kafir itu pahalanya surga. Kelompok teroris yang melancarkan serangan bom Makasar pun sama dengan bom Surabaya.
“Kira-kira keyakinannya memerangi orang kafir itu jihad pahalanya surga. Bahkan yang Surabaya itu kan mengajak anak-anaknya.”