Nasional
PBB Tetapkan Pidato Bung Karno Sebagai Memori Kolektif Dunia
PBB Tetapkan Pidato Bung Karno Sebagai Memori Kolektif Dunia
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menetapkan arsip pidato Presiden Soekarno di Sidang Umum PBB pada 1960 sebagai Memory of the World (MoW) atau Memori Kolektif Dunia. Hal itu ditetapkan pada sidang pleno Executive Board Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) pada 10-24 Mei 2023.
“Arsip pidato Bung Karno di Sidang Umum PBB pada tahun 1960 telah diputuskan dan ditetapkan sebagai usulan Indonesia sebagai MoW,” kata Duta Arsip Nasional Republik Indonesia Rieke Diah Pitaloka, Kamis (25/5), dilansir Republika.
Dewan Pakar Indonesia untuk Memory of The World UNESCO itu menambahkan arsip pidato Presiden pertama RI tersebut berjudul To Build the World A New. Penetapan ini menurut Reike ketiga arsip tersebut merupakan kapital simbolik bagi Indonesia untuk memosisikan diri dalam percaturan geopolitik saat ini dan masa mendatang.
“Serta pengingat untuk ada dalam prinsip politik para pendiri bangsa yang bertujuan bagi kepentingan nasional Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat yang terlibat dalam perjuangan perdamaian dunia,” katanya.
Baca juga : Densus 88 Tangkap Anggota JI dan JAD
Dalam pidato 90 menit itu, Presiden Soekarno menegaskan seruan anti-imperialisme dan anti-kolonialisme. Beliau juga coba mengenalkan Pancasila kepada dunia.
“Imperialisme, dan perjuangan untuk mempertahankannya, merupakan kejahatan yang besar didunia kita ini. Banyak di antara Tuan-tuan dalam Sidang ini tidak pernah mengenal imperialisme. Banyak di antara Tuan-tuan lahir merdeka dan akan mati merdeka. Beberapa di antara Tuan-tuan lahir dari bangsa-bangsa yang telah menjalankan imperialisme terhadap yang lain, tetapi tidak pernah menderitanya sendiri. Akan tetapi Saudara-saudara saya di Asia dan Afrika telah mengenal cambuk imperialisme. Mereka telah menderitanya. Mereka mengenal bahayanya dan kelicikannya serta keuletannya,” begitu penggalan pidato Soekarno.
Rieke mengatakan saat ini terdapat tiga arsip penting yang disebut sebagai Tiga Tinta Emas Abad 20 yang telah ditetapkan sebagai MoW. Ia melanjutkan, Tiga Tinta Emas Abad 20 tersebut diajukan sebagai MoW melalui ANRI.
Tiga arsip tersebut, yakni arsip Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada 1955, arsip Gerakan Non-Blok Pertama di Beograd pada 1961, serta arsip pidato Presiden pertama RI Soekarno di Sidang Umum PBB pada 1960.
Terkait penetapan ini, Reike menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan hingga arsip tersebut menjadi Memori Kolektif Dunia.
Baca juga : Hari ini, 7 Ribu Jamaah Haji Indonesia Terbang ke Mekkah