Ikuti Kami Di Medsos

Nasional

Pakar UNPAD Peringati Serius Ancaman Gempa Bumi

Pakar UNPAD Peringati Serius Ancaman Gempa Bumi

Pakar UNPAD Peringati Serius Ancaman Gempa Bumi

Dosen Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran, Dr. Ir. Ismawan, M.T., mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada terhadap ancaman gempa bumi yang tidak dapat diprediksi. Mitigasi bencana gempa, menurutnya, menjadi kunci penting dalam mengurangi risiko.

Dilansir lama Universitas Padjadjaran, Rabu (10/1), penjelasan Ismawan mengenai penyebab gempa bumi di Sumedang yang disebabkan oleh pergerakan patahan aktif yang belum terpetakan memberikan pemahaman mendalam. Dalam Bincang Santai FTG yang disiarkan di Kanal YouTube Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran, ia menegaskan, “Meskipun kita tidak berada di daerah yang selama ini sudah dipetakan, tetapi tetap harus waspada.”

Ismawan menyoroti bahwa gempa bumi tektonik seringkali tidak menunjukkan tanda-tanda sebelumnya dan terjadi secara mendadak. Oleh karena itu, penelitian untuk mengidentifikasi lokasi sesar dan menggali informasi letaknya menjadi sangat penting untuk langkah-langkah pencegahan yang lebih efektif.

Baca juga : BNPB: Selama 2023 Indonesia Dilanda 4.940 Bencana Alam

Lebih lanjut, ia menggarisbawahi urgensi studi yang berkelanjutan terkait sesar yang telah teridentifikasi. “Karena kalau ada gempa yang paling rusak itu sepanjang garis itu. Kalau sekitar-sekitarnya gempanya tidak terlalu besar, meskipun merusak, goncangan saja mungkin tidak membuat infrastruktur yang cukup besar rusak,” jelas Ismawan.

Tak hanya itu, Ismawan membahas tentang gempa susulan yang sering terjadi setelah gempa utama. Meski memiliki getaran lebih kecil, bukan berarti risiko bahaya berkurang. “Karena pada saat gempa utama banyak infrastruktur yang sudah mulai rusak, sehingga mungkin digoyang sedikit saja bisa rusak. Jadi tidak bisa mengatakan bahwa gempa susulan lebih aman,” tegasnya.

Ismawan menegaskan bahwa gempa di Kota Sumedang bukan berasal dari aktivitas sesar Cileunyi-Tanjungsari yang sudah terpetakan, namun, masyarakat, khususnya di wilayah Jatinangor, tetap perlu menjaga kewaspadaan. Terkait mitigasi, ia memberikan penekanan pada pentingnya memberikan simulasi mitigasi bencana kepada anak-anak. Kebiasaan ini, menurutnya, dapat meningkatkan kesigapan dan mengurangi risiko bencana.

“Tindakan kita mungkin bukan dari hasil pikiran, tetapi sudah otomatis, sehingga risiko bencana itu bisa jauh dikurangi,” paparnya dengan lugas.

Baca juga : Kedubes Republik Islam Iran Kutuk Serangan Teroris di Kerman