Connect with us

Nasional

Menko Polhukam: Terorisme Siapkan Anak Muda untuk Teror VVIP

Menko Polhukam Mahfud MD mengaku mendapatkan informasi bahwa kelompok teroris saat ini sedang menyiapkan anak-anak muda yang dilatih khusus untuk meneror orang-orang penting atau VVIP (very very important person).

“Saya mendapat informasi ada sekelompok anak-anak muda yang dilatih di suatu tempat khusus untuk meneror VVIP. Saya dapat foto latihannya juga,” katanya.

Namun Mahfud tak merinci lebih jauh terkait keterangan yang disampaikannya itu. Ia menambahkan bahwa teror itu terjadi karena salah memahami makna jihad.

“Nah, yang seperti ini ideologi itu radikalisme yang mengarah menghantam ideologi itu, yaitu intoleran. Yang lebih parah dari itu adalah teror-teror itu karena paham jihadis, paham jihad yang salah,” ucap Mahfud.

Hal itu disampaikan Mahfud dalam acara ‘Penyerahan Hasil Evaluasi & Rekomendasi Kebijakan Kementerian/Lembaga di Bidang Kesatuan Bangsa’ yang digelar Rabu (16/12), seperti yang dikutip Detiknews.

Mahfud juga menjelaskan tingkatan radikalisme yang kini tengah menghantam Indonesia.

“Radikalisme sedang ada di tempat kita yang kalau ada ditingkat-tingkatkan itu ada tiga radikalisme. Satu, intoleran, ya tidak suka aja gitu kalau ada yang berbeda, tidak mau bergabung dengan orang yang berbeda. Lalu yang kedua, teror. Radikalisme dalam bentuk teror,” katanya.

Selain melalui intoleransi dan teror, Mahfud mengatakan radikalisme juga menyebar melalui wacana di Indonesia. Wacana tersebut, katanya, masuk ke lembaga pendidikan hingga lembaga-lembaga pemerintah.

“Karena misalnya banyak sekali sekarang misalnya masjid-masjid yang diduduki satu kelompok. Mula-mula ikut makmum, lalu kalau imamnya kosong salat, lalu tiba-tiba terus bikin pengajian, terus semakin lama semakin intens, lama-lama menguasai, lalu yang diajarkan di situ radikal. Itu banyak sekali,” pungkasnya.

Nasional

Kapolri Apresiasi Brimob-Densus: 181 Teroris Ditangkap!

Densus 88 Sebut 181 Lembaga Nonprofit Terkait Kelompok Teroris

Ahlulbaitindonesia.or.id – Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memberikan apresiasi tinggi atas sinergi apik antara Brimob dan Densus 88 dalam menghalau ancaman terorisme di Indonesia. Dalam setahun terakhir, kolaborasi ini berhasil membekuk 181 terduga teroris, sebuah pencapaian yang patut diacungi jempol.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Jenderal Sigit dalam perayaan HUT Ke-79 Korps Brimob Polri di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Kamis (14/11) dilansir Detiknews. Dalam sambutannya, ia menegaskan peran krusial Brimob dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas).

“Peran Brimob sangat penting dalam menjaga Kamtibmas. Kehadiran mereka yang selalu siap dan sigap menjadi andalan dalam menjaga keamanan,” ujar Jenderal Sigit.

Baca juga : Menag Tegaskan Aturan Ketat Tangkal Pelecehan di Pesantren

Ia juga menyoroti kolaborasi Brimob dengan Densus 88 yang sukses menekan angka terorisme sepanjang tahun 2023 hingga 2024. Melalui kerjasama ini, sebanyak 181 tersangka teroris berhasil diamankan, yang menunjukkan efektivitas operasi gabungan antara dua unit elit Polri tersebut.

“Terima kasih kepada rekan-rekan Brimob atas kolaborasi bersama Densus. Selama satu tahun ini, kita berhasil mengamankan 181 tersangka teroris. Ini bukti nyata komitmen kita melawan teror,” jelasnya.

Lebih lanjut, Jenderal Sigit menekankan bahwa Presiden Prabowo memberikan instruksi jelas untuk mencegah segala bentuk ledakan, sekecil apapun. Dengan prinsip *zero crime*, Polri melaksanakan tindakan preventif secara tegas, memastikan keamanan dengan bukti-bukti yang kuat di lapangan.

“Instruksi Bapak Presiden adalah zero crime, tidak boleh ada ledakan sekecil apapun. Ini membuat kita harus menerapkan *preventive strike*, mengantisipasi potensi ancaman dengan bukti yang cukup. Alhamdulillah, dukungan dan peran Brimob sangat besar dalam hal ini,” pungkas Jenderal Sigit.

Baca juga : Pengamat: Terorisme Masih Jadi Ancaman Serius!

Continue Reading

Nasional

Menag Tegaskan Aturan Ketat Tangkal Pelecehan di Pesantren

Menag Tegaskan Aturan Ketat Tangkal Pelecehan di Pesantren

Ahlulbaitindonesia.or.id – Menteri Agama Nasaruddin Umar menanggapi maraknya kasus pelecehan seksual di lingkungan pesantren, menyerukan agar para majelis di pesantren segera menyusun aturan yang tegas untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual oleh oknum pengurus. Menurutnya, langkah ini sejalan dengan peran Majelis Masyayikh sebagai lembaga independen yang bertanggung jawab dalam merumuskan dan menetapkan sistem penjaminan mutu pendidikan di pondok pesantren.

“Itu cambuk buat kita semua. Majelis pesantren di Indonesia perlu segera merumuskan tata tertib yang mampu melindungi pondok pesantren dari segala bentuk kekerasan,” ujar Nasaruddin kepada media di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Selasa (12/11) dilansir Beritasatu. Ia menekankan pentingnya langkah ini agar pondok pesantren terus berfungsi sebagai lembaga pendidikan yang mencerminkan nilai-nilai Islam.

Baca juga : Pengamat: Terorisme Masih Jadi Ancaman Serius!

Sejalan dengan Menteri Agama, Ketua Majelis Masyayikh KH Abdul Ghaffar Rozin, atau Gus Rozin, mengungkapkan bahwa pihaknya telah menetapkan standar kepengasuhan khusus yang menjadi pembeda dalam menjaga mutu pengurus pesantren. “Kami punya standar kepengasuhan yang jelas untuk menjaga para pengasuh, guru, pembina, dan pembimbing agar memiliki kemampuan khusus dalam mengasuh santri. Ini cara kita mencegah segala bentuk kekerasan dan pelecehan,” tutur Gus Rozin.

Langkah ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan pesantren yang aman dan nyaman, sehingga pesantren bisa terus beradaptasi dan tetap relevan sebagai pusat pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai luhur Islam.

Baca juga : Operasi Senyap Densus 88: Tiga Tersangka Teroris Diciduk

Continue Reading

Nasional

Pengamat: Terorisme Masih Jadi Ancaman Serius!

Pengamat: Terorisme Masih Jadi Ancaman Serius!

Ahlulbaitindonesia.or.id – Aksi terorisme kembali mengguncang Jawa Tengah dengan ditangkapnya tiga terduga teroris yang diduga terkait jaringan Jamaah Anshor Daulah pada Senin (4/11). Penangkapan ini seakan menegaskan bahwa ancaman ekstremisme masih nyata dan terus berkembang di Indonesia. Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto pun didesak untuk mengambil langkah lebih tegas demi menjaga stabilitas negara dari ideologi-ideologi yang merongrong Pancasila.

Kepala Program Studi Kajian Terorisme Universitas Indonesia (UI), Muhammad Syauqillah, menilai bahwa insiden ini menunjukkan masih ada kelompok yang ingin menggantikan Pancasila dengan paham radikal. “Ini menandakan masih banyak yang menginginkan ideologi Pancasila diganti,” ujarnya dilansir RRI Pro 3 (11/11).

Baca juga : Menag Tegaskan Aturan Ketat Tangkal Pelecehan di Pesantren

Dalam operasi Densus 88 Antiteror Polri tersebut, tiga terduga teroris berhasil diringkus di tiga lokasi berbeda di Jawa Tengah. Mereka adalah BI, ST, dan SQ, yang masing-masing memiliki peran signifikan dalam jaringan terorisme Jamaah Anshor Daulah. BI, anggota kelompok tersebut di Jawa Tengah, ditangkap di Jalan Lingkar Utara Kudus. Sementara itu, ST, yang berperan sebagai ideolog internal, diringkus di Kebonbatur, Demak, dan SQ, penyebar propaganda radikal melalui media sosial, diamankan di Karanganyar.

Menurut Syauqillah, kelompok-kelompok radikal ini kerap memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan paham ekstremis, menggunakan narasi keagamaan yang keliru untuk menarik simpati. “Di media sosial, masih sangat bertebaran gagasan-gagasan ekstrem,” ucapnya, seraya menambahkan bahwa kelompok ini sering membidik anak muda dan kalangan keluarga dengan literasi agama yang rendah.

Ia pun menggarisbawahi pentingnya pemantauan lebih ketat oleh pemerintah terhadap aktivitas ekstremisme di media sosial. “Selain judi online, Kementerian Komunikasi dan Digital juga harus memantau pergerakan kelompok ini di media sosial,” tegas Syauqi.

Baca juga : Operasi Senyap Densus 88: Tiga Tersangka Teroris Diciduk

Continue Reading

Trending