Nasional
Lomba Bernuansa Islami di Panti Asuhan Tunanetra
Di pertengahan bulan puasa ini, panti asuhan tunanetra Taman Harapan, sebuah panti asuhan yang menaungi para penyandang tunanetra di Jl. Dewi Sartika, Jakarta Timur memiliki banyak kegiatan. Di antaranya adalah lomba-lomba bernuansa Islami.
Dari Festarini, Kepala Bidang Bimbingan dan Penyaluran Siswa, ABI Press mendapat informasi, bahwa lomba ini diselenggarakan selama lima hari, mulai dari Senin(14/7) hingga Jumat(18/7), dengan jadwal dan jenis lomba berbeda-beda.
Hari Selasa (15/7), jadwal lombanya adalah ceramah agama dan menyanyi lagu religi. Suara tepuk tangan meramaikan aula panti ketika tim ABI Press meliput acara itu. Sekitar 50-an penyandang tunanetra, juri, serta pegawai panti hampir memenuhi aula berukuran 10×8 m.
“Biasanya penuh mas, tapi sekarang banyak anak-anak yang sudah pulang dan tidak ikut lomba,” tutur Festarini.
Pukul delapan pagi acara dimulai dengan lomba ceramah agama. Suwandi, salah satu penyandang tunanetra, peserta lomba yang membawakan tema ceramah “Kasih Sayang Seorang Ibu,” mendapat nilai tertinggi. Meski ia tinggal di panti asuhan dan tidak tinggal bersama ibunya, ia mengaku kalau kasih sayang ibu tak terbatas kepada anak-anaknya. Pengorbanan seorang ibu juga dibuktikan saat ia menjaga anaknya semasa dalam kandungan dan belum terlahir ke dunia.
Sementara itu, nilai tertinggi kedua diraih Alia. Dalam ceramahnya, gadis tunanetra ini membawakan tema “Khusyuk dalam Shalat.” Menurutnya, manfaat shalat; mencegah perbuatan keji dan munkar, hanya dapat diraih kalau shalat yang kita jalankan itu shalat yang khusyuk.
“Sedangkan khusyuknya shalat dapat diraih jika kita mengenal Allah terlebih dahulu,” tutur Alia. Selain mengenal Allah, memahami bacaan shalat dan maknanya adalah faktor yang juga penting untuk meraih shalat yang khusyuk. Dengan shalat khusyuk akan membawa manusia lebih sayang kepada Allah.
“Ketika sudah sayang, maka tidak akan terasa berat dalam beribadah, menjalankan setiap perintah dan menjauhi larangan-Nya,” tambahnya.
Itulah menurut Alia, hikmah shalat khusyuk yang dapat membawa pelakunya menjauhi perbuatan keji dan munkar.
Setelah lomba ceramah, dilanjutkan dengan lomba nyanyi lagu religi. Diiringi alat musik orgen, Ayu Sinta, salah satu peserta lomba membawakan lagu berjudul “Aku Hambamu.” Suara merdu gadis tunanetra ini disambut tepuk tangan teman-temannya yang juga hadir di aula panti. Ia dan teman-temannya mengaku tak ada latihan khusus untuk menyambut lomba ini.
“Ini sudah menjadi bagian dari ekstrakurikuler yang diajarkan di sini, selama seminggu dua kali. Jadi sudah terbiasa,” tuturnya.
Di tengah keterbatasan mereka yang tidak dapat melihat, keceriaan yang mereka perlihatkan tampak seperti ingin menunjukkan bahwa mereka tetap semangat belajar untuk berubah menjadi lebih baik.
Sementara itu, pihak panti, Festarini mengatakan bahwa semua pendidikan dan kegiatan ini dilakukan untuk membekali para penyandang tunanetra agar mandiri dan memiliki kemampuan untuk terus menggali potensi dalam dirinya di tengah keterbatasan indera penglihatannya itu. (Malik/Yudhi)