Nasional
Kronologi Lengkap Ancaman Ormas Intoleran Berujung Dialog dan Forum Klarifikasi
Oleh: AM Shafwan
Bulan November 2013 yang lalu, Rausyan Fikr Institute Yogyakarta mendapat ancaman dari sejumlah kelompok yang mengatasnamakan Ormas Islam, karena Rausyan Fikr dituduh sebagai kantor pusat Syiah di Yogyakarta.
Berikut adalah kronologi kejadian pengancaman hingga dialog yang Media ABI dapatkan via email dari Rausyan Fikr Institute Yogyakarta.
Konstruksi Kasus Ancaman atas Rausyan Fikr Institute Yogyakarta:
Kamis, 14 November 2013.
Pkl. 08.00-09.00 WIB:
Dua personil kepolisian dari Polda datang ke kantor Rausyan Fikr mengabarkan adanya informasi ancaman pembubaran acara Syiah (Asyura, pada 10 Muharram/ 14 November 2013) dari kelompok yang menamakan dirinya Front Jihad Islam (FJI).
Dalam hal ini, selain koordinasi keamanan bersama pengurus Rausyan Fikr, kepolisian sedang mengidentifikasi tempat-tempat komunitas Syiah di Yogyakarta sebagai target yang terancam.
Selain memberikan informasi ini, kepolisian meminta data pengurus Rausyan Fikr dan sebagai institusi terbuka, data kepengurusan itu diberikan.
Pkl. 13.30-14.00 WIB:
Rausyan Fikr mengadakan Haul Imam Husain, cucu Nabi Muhammad Saw, yang biasa disebut sebagai hari Asyura.
Meskipun tidak dipublikasikan secara terbuka, namun acara Asyura yang diadakan setiap 10 Muharram ini telah diketahui oleh sebagian umat Islam khususnya Syiah dan Nahdatul Ulama.
Acara haul ini diadakan di perpustakaan Rausyan Fikr yang kira-kira mendatangkan 70 orang peserta dan direncanakan berlangsung dari pukul 13.30-17.00 WIB.
Acara haul semacam ini telah lazim diadakan sejak berdirinya Rausyan Fikr tahun 1995 dan belum pernah mendapat laporan pengaduan gangguan dari masyarakat sekitar tentang eksistensi acara ini.
Pkl. 14.00-14.45 WIB:
Sejumlah personil kepolisian dari Polda tanpa seragam mendatangi lokasi acara yang sedang berlangsung 30 menit dan meminta bertemu dengan AM Safwan sebagai Direktur Rausyan Fikr.
Dari hasil pertemuan tersebut, pihak kepolisian meminta mempersingkat acara hingga pukul 15.00 WIB karena pertimbangan keamanan.
Menurut pihak kepolisian, sekolompok orang yang intoleran akan bergerak dari Bantul menuju Rausyan Fikr untuk membubarkan acara.
Pkl. 15.00 WIB:
Acara Haul Imam Husain dihentikan oleh pengurus Rausyan Fikr atas permintaan kepolisian (berita acara penghentian ini tertulis dan ditandatangani oleh aparat Polda DIY)
Kepolisian menginformasikan, atas arahan dari aparat kepolisian yang bertugas, kelompok intoleran ini tidak jadi melakukan aksinya karena menerima informasi bahwa acara Haul Imam Husain di Rausyan Fikr telah dihentikan oleh kepolisian.
Pkl. 17.00 WIB:
Rausyan Fikr mendapatkan laporan dan bukti berupa poster dan baliho “Syiah bukan Islam” yang dibuat oleh Forum Umat Islam (FUI) dan terpajang di beberapa sudut Yogyakarta termasuk di sekitar Rausyan Fikr Institute.
Kamis, 21 November 2013
Pkl. 10.00-11.00 WIB:
Salah satu anggota Kominda dari pemda Sleman datang ke Rausyan Fikr untuk melakukan koordinasi keamanan. Selain berkoordinasi, anggota Kominda yang bernama Trisno ini meminta jadwal kegiatan yang ada di Rausyan Fikr.
Pkl. 12.30-13.30 WIB:
Pengurus Rausyan Fikr berkunjung ke Kabid Intel Polda DIY untuk memberikan informasi dan klarifikasi tentang Rausyan Fikr yang dianggap sebagai kantor pusat Syiah.
Pkl. 14.00-16.00 WIB:
Kapolres Sleman, Kepala Kementerian Agama Sleman, Kapolsek Bulaksumur, dan Kesbanglinmas mengadakan rapat koordinasi bersama pengurus Rausyan Fikr tentang pencegahan aksi anarkis pada hari Jumat, 22 November 2013 oleh kelompok intoleran karena adanya isu pengajian pada hari Jumat di Rausyan Fikr.
Papan nama lembaga (plang) Rausyan Fikr diturunkan dan kegiatan yang mengundang orang luar dihentikan sementara sebagai salah satu saran (hasil keputusan) rapat koordinasi Kemenag dan Kapolres.
Pkl. 21.00 WIB:
Rausyan Fikr mendapati selebaran provokatif yang ditempel di masjid dusun dekat kantor Rausyan FIkr yang menyebutkan tentang Syiah yang berkantor di Rausyan Fikr.
Pengurus Rausyan FIkr mengadakan rapat koordinasi internal mengenai kemungkinan terburuk yang akan terjadi besok hari, diantaranya:
o Berkoordinasi dengan Padukuhan masyarakat setempat dan Kepolisian sebagai mediator untuk senantiasa mendahulukan mekanisme dialog sebagai jalan keluar permasalahan dengan pihak mana pun yang mengancam atau menyerang Rausyan Fikr.
o Menghindari konsolidasi massa sebagai sikap perlawanan dalam menghindari konflik sosial di masyarakat.
Jum’at, 22 November 2013.
Pkl. 10.00 WIB:
Rausyan Fikr mendapat jaminan keamanan dari Sultan HB X dan Kapolda DIY.
Pkl. 13.00 WIB:
Pertemuan dengan para wartawan media
o Pengurus Rausyan FIkr mengklarifikasi bahwa isu pengajian pada hari Jumat adalah informasi yang tidak benar.
o Selain mengklarifikasi isu pengajian, Rausyan Fikr mengklarifikasi bahwa institusi ini bukan kantor pusat Syiah sebagaimana isu yang beredar.
Senin, 25 November 2013.
Pkl. 10.30-13.00 WIB:
Acara dialog tentang eksistensi Syiah di DIY diadakan di ruang rapat 1 Kanwil Kemenag DIY dan dihadiri oleh:
1. Polda DIY
2. Kejaksaan Tinggi DIY
3. Badan Intelejen Daerah DIY
4. Kesbanglinmas DIY
5. Ketua MUI DIY
6. Kapolres Sleman
7. Kesbanglinmas Sleman
8. Kemenag se-DIY
9. Nahdatul Ulama
10. Front Jihad Islam (FJI)
11. Majelis Muhahidin Indonesia (MMI)
12. Rausyan Fikr Institute
13. MUI Kabupaten Sleman
14. Dewan Syura Ahlul Bait Indonesia (ABI) Jakarta.
Kepala Kementerian Agama DIY sebagai mediator menginginkan adanya “tabayyun” atas isu yang selama ini melekat pada Rausyan Fikr dan Syiah.
Ketua MUI DIY menegaskan bahwa MUI Pusat belum pernah mengeluarkan fatwa sesat kepada Syiah dan mengajak penganut Syiah di DIY untuk berkoordinasi dengan MUI DIY.
Perwakilan NU menyatakan bahwa PBNU dan beberapa kyai NU tidak pernah memberikan pernyataan tentang kafir atau sesatnya Syiah.
FJI dan MMI tidak menginginkan Syiah eksis di Yogyakarta atau di dunia secara umum dengan bermacam alasan dan berbagai tuduhan.
Klarifikasi oleh ABI dan Rausyan Fikr atas segala tuduhan yang diberikan tidak berlangsung dengan maksimal karena sebagian peserta dialog tidak siap dengan perbedaan dan dialog yang sehat dan terbuka. Selain itu porsi waktu yang diberikan kepada pihak yang menentang eksistensi Syiah dan pihak yang mengklarifikasi (ABI dan Rausyan FIkr) tidak berimbang.
MMI secara terbuka menyatakan tidak akan menggunakan kekerasan terhadap Syiah, tapi MMI menginginkan debat ilmiah di depan publik dengan ormas atau penganut Syiah yang difasilitasi oleh MUI DIY dan Departeman Agama Yogyakarta.