Ikuti Kami Di Medsos

Nasional

KPAI: Kasus Candaan Palestina, Krisis Empati di Kalangan Remaja

KPAI: Kasus Candaan Palestina, Krisis Empati di Kalangan Remaja

KPAI: Kasus Candaan Palestina, Krisis Empati di Kalangan Remaja

Ketika empati tersesat di tengah gemerlap dunia digital, tragedi bisa berubah menjadi bahan candaan yang menyakitkan. Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Ai Maryati Solihah, menyoroti sebuah insiden mengejutkan di mana lima siswa SMP membuat lelucon tentang penderitaan anak-anak Palestina. Candaan tak sensitif ini menggugah kita untuk mengevaluasi kembali pendidikan karakter di Indonesia.

Maryati menegaskan bahwa kejadian ini mengungkap kelemahan mendasar dalam pendidikan karakter, meskipun berbagai inisiatif seperti kurikulum Merdeka Belajar dan pendidikan karakter Pancasila telah diterapkan. “Mereka harus melihat kasus ini dengan penuh empati dan solidaritas,” kata Ai, Rabu (12/6), dilansir Tempo.

Dalam video yang viral, seorang siswa merekam empat temannya yang sedang makan di restoran cepat saji, mengklaim bahwa tulang ayam dan saus yang mereka tunjukkan adalah tulang, daging, dan darah anak-anak Palestina. Hal ini mencerminkan kurangnya empati dan solidaritas yang seharusnya tertanam dalam diri anak-anak sejak dini.

Baca juga : Prabowo: Indonesia Dukung Penuh Kemerdekaan Palestina

Maryati mengimbau agar pendidikan karakter tidak hanya berupa teori di atas kertas, melainkan juga berupa sikap baik yang diinternalisasi oleh anak-anak. Di era digital saat ini, di mana anak-anak semakin melek teknologi, kebijaksanaan dalam menggunakan media digital sangatlah penting. Pendidikan karakter adalah tanggung jawab bersama yang melibatkan sekolah, orang tua, dan masyarakat.

“Pendidikan karakter anak merupakan tugas bersama, tak hanya sekolah tapi juga orang tua dan masyarakat di sekitar mereka,” tambah Maryati.

Harapannya, lingkungan di sekitar anak dapat membimbing mereka untuk memiliki pandangan dan penilaian yang lebih luas terhadap peristiwa yang mereka lihat, sehingga empati dan solidaritas tidak hanya terbentuk di sekolah tetapi juga di rumah dan lingkungan sekitar.

Sebagai respons terhadap insiden ini, Dinas Pendidikan DKI Jakarta akan memberikan pembinaan karakter dan wawasan kebangsaan kepada para siswa, orang tua, dan sekolah. Pembinaan ini akan diisi dengan materi tentang nilai-nilai pengembangan karakter dan kebangsaan. Salah satu siswa dari SMP 216 Jakarta yang terlibat telah ditegur oleh pihak sekolah dan akan menerima pembinaan lebih lanjut. Kelima anak yang terlibat juga telah mengunggah video permintaan maaf atas tindakan mereka.

Baca juga : Haji 2024: DPR RI Pastikan Semua Aspek Terpantau!