Nasional
Komnas Perempuan: Stigma Keliru, Kekerasan Seksual Merajalela
Komnas Perempuan: Stigma Keliru, Kekerasan Seksual Merajalela
Di balik tembok rumah, tempat yang seharusnya menjadi pelindung, ternyata justru menjadi lokasi banyak perempuan terjebak dalam mimpi buruk kekerasan seksual. Stigma yang mengakar di masyarakat Indonesia, bahwa perempuan hanya objek yang bisa diserang, terus menjadi bahan bakar utama bagi tingginya angka kekerasan seksual. Hal ini bukan sekadar angka dalam laporan, tetapi kisah-kisah getir yang sering kali tenggelam dalam anggapan bahwa penyerangan seksual adalah hal biasa, wajar, dan dapat diselesaikan tanpa keadilan.
Wakil Ketua Komnas Perempuan, Mariana Amiruddin, mengungkapkan bahwa tingginya kasus kekerasan seksual di Indonesia disebabkan oleh stigma yang mengakar di masyarakat, yang masih memandang perempuan sebagai objek. Menurutnya, banyak pihak menganggap kekerasan seksual terhadap perempuan sebagai sesuatu yang wajar, dan sering kali dianggap bisa diselesaikan dengan pendekatan kekeluargaan.
Baca juga : Pesan Perpisahan Retno Marsudi: Dukungan Berkelanjutan untuk Palestina
“Selama budaya kita masih memaklumi penyerangan seksual sebagai naluri laki-laki terhadap perempuan, kekerasan seksual akan terus terjadi,” ujar Mariana dalam tayangan Metro TV, Kamis, (12/9).
Ia juga menyoroti bagaimana perempuan kerap disalahkan saat mengalami kekerasan seksual. Alasan yang sering digunakan seperti pakaian atau aktivitas keluar malam, padahal data menunjukkan bahwa kekerasan seksual justru lebih sering terjadi di rumah.
“Jika kita lihat datanya, kekerasan seksual sering terjadi di rumah, seperti kasus anak perempuan yang sendirian dan tiba-tiba didatangi oleh sekelompok laki-laki dan diperkosa,” tambahnya.
Untuk menekan angka kekerasan seksual, Mariana menyarankan agar pemerintah gencar melakukan sosialisasi, mulai dari tingkat RT/RW, sekolah, hingga ruang publik. Langkah ini penting agar pelaku tidak lagi merasa aman dalam melakukan tindakan kekerasan.
Baca juga : Ibu Negara Gaungkan Moderasi Agama Sejak Dini