Nasional
Kominfo: Awas! Orang Tua, Guru, dan Murid Jadi Target Phising
Ketika di masa pandemi semua kegiatan pendidikan dilakukan secara daring, hal ini menjadi lahan para pelaku phising. Yaitu upaya untuk mendapatkan informasi pribadi pengguna, seperti identitas, PIN, nomor rekening bank, dan nomor kartu kredit secara ilegal.
Komenterian Komunikasi dan Informatika (kominfo) mengatakan, merebaknya phishing disebabkan mininnya pengetahuan masyarakat akan literasi digital.
“Mereka menyasar orangtua, siswa, bahkan guru yang masih minim dengan literasi digital. Kebanyakan mereka tergiur akan iming-iming hadiah, berupa kuota gratis atau potongan belanja online,” kata Pengembang Teknologi Kemdikbud Nur Fitriana, seperti dikutip dari Liputan6.com, Senin (15/2).
“Akibatnya, tanpa sadar mereka masuk ke situs-situs palsu dan memberikan data pribadi, yang mana merupakan salah satu modus dari phishing,” tambahnya.
Informasi yang didapat ini biasanya akan digunakan pihak tidak bertanggung jawab untuk mengakses rekening, melakukan penipuan kartu kredit, dan memandu nasabah untuk mentransfer uang ke rekening tertentu dengan iming-iming hadiah.
Maka dari itu, Kominfo mengajak masyarakat untuk lebih waspada dan berhati-hati berselancar di dunia maya. Sebab, menurut Nur, perkembangan dan kemajuan teknologi informasi dan berbagai kemudahan mengakses internet membuat phising sering terjadi.
“Dibutuhkan kewaspadaan tinggi agar masyarakat tidak mudah terlena dalam memberikan informasi data diri di dunia siber ini,” katanya.
Sementara itu Pembuat Konten Siberkreasi sebagai Gerakan Nasional Literasi Digital yang mendukung dan menyebarkan konten positif mengatakan bahwa masyarakat perlu mendapatkan informasi yang tepat guna meminimalisasi tindak kejahatan siber berupa phishing.
”Phishing sering terjadi di grup-grup obrolan seperti WhatsApp, misalnya pengiriman pesan berantai ke 10 orang untuk mendapatkan hadiah dari sebuah brand. Dengan mengirimkan pesan tersebut, tanpa kita sadari, kita sudah menjadi pelaku phishing,” ujarnya.