Nasional
Ketika Para Pemuda Memaknai Kesaktian Pancasila
Ketika Para Pemuda Memaknai Kesaktian Pancasila
Ketua Pimpinan Nasional (Pimnas) Pandu Ahlulbait Sayid Abbas Hasny mengatakan bahwa sejarah menjadi salah satu acuan untuk kehidupan yang lebih baik. Sejarah bukan sebagai kegiatan selebrasi dari ketercapaian Hari Kesaktian Pancasila.
Salah satu sejarah itu adalah penguatan kembali ideologi bangsa yaitu Pancasila, katanya. Ini ditandai dengan meletusnya Gerakan G30S, yang bertujuan memecahbelah persatuan dan kesatuan bangsa.
Hal tersebut disampaikannya dalam “Diskusi Pemuda Memaknai Kesaktian Pancasila” yang dilaksanakan Pandu Ahlulbait dan bekerjasama dengan Islamic Cultural Center (ICC) di Jakarta, Sabtu (1/10).
Baca juga : BEM PTNU Se-Nusantara Tolak Timnas “Israel” ke Indonesia
Upaya Gerakan 30S, lanjutnya, mengorbankan para pahlawan yang notabene masih muda. Ini sebagai contoh bagi para pemuda agar tidak semata-mata menjadikannya hanya sekedar sajak dan orasi, namun sebagai sebuah inplementasi.
“Peran pemuda adalah corong menyuarakan nilai-nilai perjuangan para pahlawan. Bukan hanya mengimplementasikannya di ruang-ruang diskusi, melainkan melalui program-program yang bersinggungan langsung dengan masyarakat,” ujar Sayyid Hasni.
Pembicara kedua, Perwakilan dari Hikmah Budhi, Candra Aditya menjelaskan bahwa secara historis, saat itu memang ada peristiwa pembunuhan enam jenderal dan satu perwira. Namun lebih jauh dari itu bahwa kita memaknai Pancasila bukan sekedar nilai-nilai yang bersifat narasi, melainkan sebagai pedoman hidup yang harus diimplementasikan.
“Ketika kita membaca Pancasila, kita akan paham dengan poin-yang ada di Pancasila. Namun, yang berat adalah upaya implementasi dari nilai-nilai Pancasila tersebut. Pancasila adalah pedoman kita dalam hidup berbangsa dan bernegara,” ujarnya.
Pembicara dari ICRP (Indonesian Conference on Religion and Peace) Ai Siti Rahayu mengatakan bahwa kita perlu memaknai Pancasila dalam keberagaman. Sebab, keberagaman merupakan bagian penting dalam Pancasila.
“Untuk memaknai Pancasila. Kita harus mampu membuka kesadaran diri untuk tidak sekedar menjadi slogan tetapi sebuah gerakan. Bagaimana kita belajar, agar hal-hal yang lalu tidak terulang lagi,” katanya.
Lebih jauh, ia mengatakan bahwa pemuda pada hari ini menghadapi bonus demografi dan akan menjadi penentu Indonesia di masa depan.
“Lalu apakah Pancasila juga akan tetap menjadi ideologi bagi bangsa Indonesia atau tidak?” tanyanya retorik.
Diskusi menjadi semakin hangat pada saat sesi tanya jawab dari peserta yang hadir hari itu. Sejumlah komunitas yang ikut hadir untuk memeriahkan diskusi tersebut berasal, antara lain dari komunitas Peace Leader, Temu Kebangsaan, Metamorfosis, Agen Toleransi, Gusdurian, serta beberapa pemuda dan aktivis toleransi dari sekitaran Jakarta. [Mujib]
Baca juga : Wagub Jabar Tolak Timnas U-20 “Israel” ke Indonesia