Ikuti Kami Di Medsos

Nasional

Kesiapsiagaan Komunitas Jadi Fokus BNPB Hadapi Bencana di Momen Nataru 2025

Kesiapsiagaan Komunitas Jadi Fokus BNPB Hadapi Bencana di Momen Nataru 2025

Ahlulbait Indonesia – Dalam upaya menghadapi potensi bencana selama perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025, Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menekankan pentingnya kesiapsiagaan komunitas di tingkat terkecil, seperti RT dan RW. Menurutnya, bencana memang tidak bisa dicegah, tetapi dampaknya dapat diminimalkan, baik dari segi korban jiwa maupun kerugian harta benda.

Ia mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman bencana akibat cuaca ekstrem, seperti banjir, tanah longsor, dan banjir bandang. Meskipun BMKG memberikan prediksi hujan dengan intensitas tinggi, Abdul menegaskan bahwa waktu dan lokasi pasti terjadinya bencana kerap sulit diprediksi. “Hujan deras yang berlangsung lebih dari dua jam harus menjadi alarm bagi kita untuk segera bertindak,” ujarnya pada Minggu (15/12), dilansir Media Indonesia.

Kesiapsiagaan di tingkat komunitas, menurut Abdul, menjadi langkah awal yang sangat penting. Salah satu upaya konkret yang direkomendasikan adalah mengaktifkan patroli kebencanaan yang melibatkan aparat desa, Babinsa, Bhabinkamtibmas, Satpol PP, hingga masyarakat setempat. Patroli ini bertujuan memantau kondisi sekitar selama hujan deras. Jika ditemukan tebing rawan longsor atau wilayah rentan banjir, evakuasi sementara harus segera dilakukan untuk menghindari risiko lebih besar.

Baca juga : Indonesia Dorong Gencatan Senjata di Gaza melalui PBB

BNPB juga memberikan perhatian khusus pada wilayah-wilayah yang menjadi pusat bencana hidrometeorologi, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah. Pendampingan berupa evaluasi kesiapsiagaan, pelatihan simulasi, dan pengaktifan rencana kontingensi atau renkon akan dilakukan di wilayah ini. Abdul menekankan bahwa renkon bukan sekadar dokumen administratif, melainkan pedoman operasional saat bencana terjadi. “Ketika renkon berubah menjadi rencana operasi, setiap pihak yang terlibat harus tahu persis apa yang harus dilakukan,” tegasnya.

Persiapan lain yang dilakukan BNPB meliputi pengecekan pintu air, pemantauan debit sungai, dan penyiapan pompa pengendali banjir. BNPB juga memastikan ketersediaan alat, personel, dan logistik pendukung di lokasi-lokasi strategis. Selama periode Nataru, posko-posko siaga akan dioptimalkan sebagai pusat informasi dan koordinasi untuk tanggap darurat.

Sebagai langkah tambahan, program modifikasi cuaca disiapkan untuk mengurangi intensitas hujan di wilayah-wilayah yang rentan bencana. Abdul mengingatkan bahwa evaluasi kesiapsiagaan harus dilakukan secara menyeluruh, dan jika ditemukan kekurangan, status siaga harus segera ditetapkan agar semua rencana operasi dapat berjalan efektif.

Dengan berbagai langkah tersebut, diharapkan dampak bencana di momen Nataru 2025 dapat diminimalkan, sehingga masyarakat dapat merayakan Natal dan Tahun Baru dengan lebih aman dan nyaman.

Baca juga : BNPT Gelar Dialog Kebangsaan untuk Perkuat Toleransi